Liputan Khusus

Prostitusi di IKN Kaltim Disorot, Modus Cari Pelanggan, Bertukar Nomor WhatsApp hingga Peran Mami

Ramainya praktik prostitusi di IKN Kaltim menjadi sorotan. Modus cari pelanggan dari bertukar nomor WhatsApp hingga peran Mami.

Penulis: Tribun Kaltim | Editor: Amalia Husnul A
TRIBUNKALTIM.CO/DWI ARDIANTO
GELIAT PROSTITUSI IKN - Ilustrasi pembangunan rumah pekerja IKN di Sepaku, PPU, Kalimantan Timur. Pembangunan IKN Kaltim yang mendatangkan banyak pekerja menjadi kerawanan sosial tersendiri ketika kemudian praktik prostitusi juga tumbuh subur. Modus cari pelanggan dari bertukar nomor WhatsApp hingga peran Mami. (TRIBUNKALTIM.CO/DWI ARDIANTO) 

"Tak  usah munafik kaya kamu tidak pakai aja," timpal pekerja yang lain sambil tunjuk-tunjukan disertai dengan tawa lepas.

Saat Tribun Kaltim mengunduh aplikasi yang dimaksud, dalam hitungan menit, notifikasi pertemanan langsung berdatangan, mayoritas dari akun wanita muda yang memajang foto-foto menarik.

Tribun Kaltim mencoba memulai percakapan dengan beberapa akun, salah satunya bernama "Rena."

Langsung to the point obrolan mengarah pada tawaran tarif yang berkisar mulai dari Rp400 ribu hingga Rp700 ribu untuk sekali pertemuan dengan layanan full service. 

Mereka bahkan langsung mengirimkan lokasi guest house tempat mereka menginap yang sebagian besar berada di wilayah Desa Bumi Harapan dan sekitarnya.

"Open BO ST 600, bisa nego, ful servis, stay. Gercep, OTW sekarang, kk saya tunggu," tulis salah satu akun sambil menyebutkan nama penginapan yang berada tak jauh dari Rest Area IKN.

Seiring meningkatnya jumlah pekerja dan tamu proyek IKN, jumlah guest house di Kecamatan Sepaku pun melonjak. 

Tarifnya bervariasi, mulai dari Rp350 ribu hingga Rp400 ribu per malam.

Lokasi inilah yang kerap digunakan para pekerja seks online untuk "stay" dan menerima tamu.

"Serius gak ini KK, gercep 600 nego + ful servis," ujar akun lainnya sambil mengirimkan share lock dan alamat guest house yang juga berada di sekitaran IKN.

Dari hasil percakapan dengan belasan pekerja dan warga, mayoritas mengetahui praktik tersebut namun mengaku tidak memiliki kuasa untuk mencegahnya.

"Sudah lama itu (prostitusi). Mereka tinggalnya tidak ketahuan karena nggak menetap. Biasanya mereka nyewa di guest house," ujar Ramlan, warga Sepaku.

Sejumlah pekerja seks komersial (PSK) yang berhasil ditemui secara anonim mengakui bahwa mereka mulai melirik IKN sebagai "lahan baru" karena tingginya permintaan dari kalangan pekerja proyek.

Namun dibalik praktik yang mereka lakukan terselip rasa takut yang terus membayangi

 Lewat media sosial dan aplikasi perpesanan instan, para PSK ini menawarkan layanan seksual dengan sistem booking online, lengkap dengan katalog foto dan tarif.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved