Liputan Khusus

Prostitusi di IKN Kaltim Disorot, Modus Cari Pelanggan, Bertukar Nomor WhatsApp hingga Peran Mami

Ramainya praktik prostitusi di IKN Kaltim menjadi sorotan. Modus cari pelanggan dari bertukar nomor WhatsApp hingga peran Mami.

Penulis: Tribun Kaltim | Editor: Amalia Husnul A
TRIBUNKALTIM.CO/DWI ARDIANTO
GELIAT PROSTITUSI IKN - Ilustrasi pembangunan rumah pekerja IKN di Sepaku, PPU, Kalimantan Timur. Pembangunan IKN Kaltim yang mendatangkan banyak pekerja menjadi kerawanan sosial tersendiri ketika kemudian praktik prostitusi juga tumbuh subur. Modus cari pelanggan dari bertukar nomor WhatsApp hingga peran Mami. (TRIBUNKALTIM.CO/DWI ARDIANTO) 

Selain berburu tamu secara mandiri, mereka juga mengandalkan jaringan sesama PSK.

Seringkali, pelanggan yang merasa puas akan merekomendasikan rekannya ke PSK lain.

"Kadang tamu dari teman, misal dia udah langganan tapi temennya juga mau, ya dibagi-bagi gitu,” kata PSK lainnya.

Menariknya, mayoritas PSK yang beroperasi di IKN berasal dari luar Kalimantan, seperti Makassar, Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera, hingga Jawa Tengah.

Mereka datang dengan tujuan khusus, yakni menjajakan jasa di tengah peluang ekonomi yang menjanjikan di area yang sedang berkembang pesat ini.

"Saya dapat informasi dari teman, katanya di sini (IKN) tamu banyak dan royal. Setelah saya coba  sendiri, ternyata benar," ungkap seorang PSK lainnya.

Sebagian dari mereka bahkan direkrut melalui perantara yang mereka sebut “mami”, yang berperan sebagai koordinator.

Para mami ini mengatur segala kebutuhan, mulai dari tempat tinggal hingga mencarikan pelanggan. 

"Kalau teman-teman saya banyak yang pakai mami, jadi nggak perlu repot.

Semuanya sudah diatur dari awal," tambahnya.

Guest House Jadi Favorit

Andi Armada, warga Desa Bumi Harapan, menyebut prostitusi online melalui aplikasi memang sudah terjadi sejak pertama kali ramainya pembangunan IKN ditambah lagi banyaknya pekerja konstruksi yang kebanyakan didatangkan dari luar daerah.

"Prostitusi itu gak mungkin hilang. Orang punya kebutuhan. Coba buka , pasti banyak yang online di sekitar sini," katanya.

Para pelaku prostitusi di kawasan IKN mayoritas bertransaksi menggunakan aplikasi online yang lebih simpel dan lebih mudah. 

Setelah ada kesepakatan harga dengan pelanggan, eksekusi prostitusi itu kemudian dilakukan di guest house.

Salah satu guest house di Sepaku disebut-sebut sebagai tempat favorit para PSK melayani tamunya.

Satpol PP Lakukan Pengawasan dan Penertiban

Maraknya kasus prostitusi di Ibu Kota Nusantara (IKN) menjadi atensi Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU).

Sejak tiga bulan terakhir, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) terus melakukan pengawasan dan penertiban, di kawasan ibu kota baru itu.

Dalam prosesnya, ditemui bahwa praktek tersebut memang semakin marak sejak adanya IKN, jauh berbeda saat Sepaku masih wilayah biasa.

Kepala Bidang (Kabid) Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat (Trantibum) Satpol PP PPU Rakhmadi mengatakan bahwa, informasi mengenai adanya praktek tersebut, diketahui setelah adanya laporan masyarakat, dan pemerintah desa setempat.

"Terkait dengan kegiatan praktek prostitusi online di IKN, memang kami sudah melakukan pemantauan sejak tiga bulan lalu," ungkapnya pada Selasa (6/5).

Laporan tersebut langsung ditindak lanjuti oleh Satpol PPU, karena masyarakat cukup resah dengan keadaan tersebut.

Rakhmadi mengungkapkan modus para Pekerja Seks Komersial (PSK) di IKN, yakni dengan menetap beberapa hari di penginapan atau guest house, dan hotel.

Dari situ kemudian mereka mengaktifkan aplikasi, untuk mencari pelanggannya.

Modus tersebut terungkap, dari investigasi mendalam tim Satpol PP bersama dengan pihak lainnya.

"Kami melakukan operasi ke guest house dan memang kami menemukan beberapa pasangan yang bukan sah," jelasnya.

Dalam operasi tersebut, para PSK yang ditemukan langsung diamankan ke kantor desa terdekat.

Rata-rata, para PSK ini mencari pelanggan lewat aplikasi.

Mereka datang dari luar daerah, seperti Jawa, Makassar dan Balikpapan.

"Adapun mereka sebagian besar penduduknya dari luar Kaltim, ada dari Jawa Barat dan Makassar juga Balikpapan," terangnya.

PSK yang melancarkan aksinya dengan aplikasi, datang secara mandiri.

Tetapi ada pula ditemukan yang datang dibawa oleh orang lain (mucikari).

"Sebagian besar memang datang secara mandiri," singkatnya.

Selama kurang lebih tiga bulan, telah ada setidaknya 30 orang PSK yang telah diamankan.

Mereka dibuatkan surat pernyataan, lalu diminta untuk bertanda-tangan.

Setelah itu, mereka diminta atau diharuskan untuk pulang ke daerah asalnya.

Meski terus dilakukan penertiban, tetapi praktek itu masih saja ada sampai saat ini.

Diakui Rakhmadi, setelah ada yang pulang, tidak berselang lama PSK baru kembali datang dan menyewa kamar di guest house yang ada di PPU.

Hal ini menjadi tantangan tersendiri, dan dibutuhkan kolaborasi yang kuat antar pihak-pihak terkait, dalam upaya penertibannya.

Praktek prostitusi kata dia tidak akan bisa dibenarkan, karena dapat memicu timbulnya masalah-masalah baru, di tengah masyarakat.

"Harapan kami praktik prostitusi online ini harus ada kerjasama yang kuat antara pemerintah desa setempat, kemudian kerjasama dengan RT, tokoh agama dan tokoh masyarakat, memberikan edukasi kepada pemilik guest house untuk memfilter tamu yang datang, tidak hanya serta merta menerima profit," tegasnya. 

Baca juga: Pengakuan Pelaku Prostitusi di IKN Kaltim, Sehari Bisa Layani 8 Pelanggan karena Permintaan Tinggi

(TribunKaltim.co/Zainul/Nita Rahayu)

Ikuti berita populer lainnya di saluran berikut: Channel WA, Facebook, X (Twitter), YouTube, Threads, Telegram

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved