Berita Samarinda Terkini

Jendela dan Pena Band Siap Rilis Album Metamorfosa 2025: Refleksi Mandiri Setelah 7 Tahun Jeda

Kini, Jendela dan Pena kembali dengan album penuh makna: “Metamorfosa 2025” catatan hidup, suara hati, dan proses panjang yang layak dirayakan

Penulis: Sintya Alfatika Sari | Editor: Budi Susilo
HO/Jendela dan Pena
BAND DARI SAMARINDA - Jendela dan Pena kembali bukan hanya dengan album, tapi dengan napas baru. Metamorfosa 2025 adalah perayaan atas konsistensi, ketekunan, dan keberanian untuk terus berjalan meskipun jalannya panjang dan sunyi. (HO/Jendela dan Pena) 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Tujuh tahun mereka diam. Bukan karena berhenti berkarya, tapi karena sedang bertumbuh.

Kini, Jendela dan Pena kembali dengan album penuh makna: “Metamorfosa 2025” catatan hidup, suara hati, dan proses panjang yang layak dirayakan.

Di tengah geliat musik yang terus berubah, Jendela dan Pena, band asal Samarinda yang dikenal lewat kekuatan lirik dan sentuhan musikalisasi puisi, kembali memperkenalkan karya baru mereka.

Setelah merilis mini album Alinea Pertama pada 2018, kini mereka bersiap meluncurkan album penuh berjudul “Metamorfosa 2025”.

Baca juga: Grup Musik Samarinda, Jendela dan Pena Hadirkan Ketiadaan di Single Reda

Beranggotakan Rudini Vaud (vokal), Nata (gitar akustik), dan Dako Chandra (biola), Jendela dan Pena memilih jalan yang tidak biasa, yakni meramu semuanya sendiri. Mulai dari ide awal hingga album tuntas, tanpa melibatkan pihak luar. 

Dako menjelaskan bahwq Metamorfosa 2025 berbeda secara fundamental dengan mini album mereka sebelumnya, Alinea Pertama yang dirilis pada tahun 2018.

Jika pada album pertama mereka masih bergantung pada kolaborasi dan dukungan pihak luar, maka kali ini seluruh proses kreatif mereka jalani secara mandiri.

“Prosesnya kami kerjakan sendiri di sela-sela semua hambatan yang kami hadapi. Makanya album ini butuh waktu lebih lama dibandingkan mini album sebelumnya,” ungkap Dako, sang pemain biola pada TribunKaltim.co, Minggu (25/5/2025).

Album ini berisi sembilan lagu:

  • Metamorfosa;
  • Di Sebelahmu;
  • Alam Memeluk Kita;
  • Reda;
  • Di Teras Rumah;
  • Bila Kita Adalah Puisi;
  • Bunga Bakung & Seorang Pria;
  • Sang Periang;
  • dan Bulan. 

Menurut Dako, benang merah dari album ini adalah peran dan fase-fase dalam kehidupan.

Ia menggambarkan bahwa setiap lagu dalam Metamorfosa lahir dari kepingan pengalaman personal para personel, yang kemudian tumbuh menjadi refleksi kolektif.

Menariknya, seluruh personel Jendela dan Pena kini telah berkeluarga.

Hal ini memperkaya perspektif dan kedalaman emosi yang mereka bawa ke dalam lagu-lagu mereka. 

Tema hubungan dengan keluarga, dengan alam, dan dengan sesama manusia sebagai makhluk sosial menjadi elemen yang berulang di berbagai trek album ini.

“Awalnya sifatnya personal, seperti saya sebagai anak, suami, dan ayah. Tapi benang merahnya adalah bagaimana manusia menjalani berbagai peran dalam hidup dengan keluarga, sesama, juga dengan alam,” kata Dako.

Baca juga: Jendela dan Pena Rilis Single Baru Reda, Bercerita tentang Kehilangan Seseorang yang Berarti

Halaman
123
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved