Berita Samarinda Terkini
Buras Jadi Sajian Wajib saat Hari Raya Idul Adha di Samarinda Seberang, Setiap Tahun Selalu Ada
Tidak lengkap rasanya jika saat Idul Adha tanpa menyantap menu buras dengan lauk daging
Penulis: Mohammad Fairoussaniy | Editor: Nur Pratama
“Pertama jemur daun pisang di bawah terik sinar matahari, pagi–pagi itu jemurnya, untuk membuat buras. Dibiarkan sampai kering setelah itu cuci bersih. Baru dipotong sesuai ukuran (buras), sesuai mau kita saja, kebutuhannya,” jelasnya.
Beras sebelum dimasak, juga dipersiapkan santan yang dimasak dengan api kecil hingga mendidih dan mengeluarkan suatu bau aroma yang khas.
Ibu Arka menerangkan, saat memasak buras ia memasukkan beras ke santan.
Kemudian menambahkan garam, lalu mengaduk–aduk hingga mengering.
Adonan yang sudah siap inilah diletakkan ke daun pisang yang sudah kering dan telah dijemurnya.
Yang unik, setelah daun pisang terisi beras dan dilipat, diikat dengan tali rafia.
“Sudah diikat, lalu dikukus 3 sampai 4 jam, kalau masak tinggal kita sajikan, lalu makan ramai–ramai keluarga, kadang dengan tetangga kanan–kiri, kalau buras nggak ada, rasanya nggak lebaran.” kata dia.
Nisa, salah satu tetangga Ibu Arka juga menambahkan bahwa buras bukan saja sekedar makanan.
Selain melestarikan tradisi, kegiatan masak buras bersama bagi warga di Samarinda Seberang ini juga jadi ajang berkumpul serta mempererat persaudaraan antar-tetangga.
“Jadi kami bertetangga ini jadi rukun–rukun semua. Bukan sekedar makan saja, tetapi silaturahmi juga terjaga antar warga kampung,” kata dia.
Jika kata tetua–tetua dulu, lanjut Nisa, buras ini punya makna solidaritas supaya bisa membentuk nilai sipakatau (saling menghargai), sipakalebbi’ (saling memuliakan) dan sipakainge’ (saling mengingatkan) dalam keluarga dan kehidupan sosial.
Bagi masyarakat Bugis dan Makassar, membuat Buras sudah menjadi tradisi terutama saat keluarga ingin merantau atau bepergian jauh.
“Jadi dulu, orang dulu, orang tua kita bilang, makanan ini “Bokong na Passompe” artinya bekal para perantau. begitu ceritanya,” tandasnya.
Jadi tidak jarang, warga khususnya ibu–ibu dan anak perempuan bisa banyak bercengkrama atau mengobrol sangat lama dengan saudara dan tetangga, saat moment mengikat buras.
Penghuni satu rumah bisa berkumpul di kawasan dapur, berbagi cerita, bercanda sambil bersama-sama mengikat buras, karena makna solidaritas hingga mempererat persaudaraan. (*)
Penataan Kawasan Kumuh Samarinda Lewat Program Konsolidasi Tanah |
![]() |
---|
Decafe Samarinda jadi Pilihan untuk Nongkrong, Pengunjung Suka Mantau Mangkok |
![]() |
---|
Aksi Demo DPRD Kaltim, Dishub Samarinda Siapkan Rekayasa Lalu Lintas |
![]() |
---|
Hujan Hari Ini, Daftar 28 Titik Banjir di Samarinda hingga Longsor di Sempaja, Imbauan BPBD |
![]() |
---|
Longsor di Sempaja Selatan, BPBD Samarinda Minta Warga di Area Rawan Mengungsi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.