Berita Nasional Terkini

Harga BBM Pertamina di Seluruh SPBU Akibat Perang Iran-Israel, Apakah Harga Minyak Melonjak?

Konflik di Timur Tengah berpotensi besar mengguncang harga minyak dunia, yang pada akhirnya akan menimbulkan tekanan terhadap ekonomi nasional

Penulis: Tribun Kaltim | Editor: Amelia Mutia Rachmah
TRIBUNKALTIM.CO/NEVRIANTO
HARGA BBM INDONESIA - Ilustrasi minyak BBM. Eskalasi konflik di Timur Tengah berpotensi besar mengguncang harga minyak dunia, yang pada akhirnya akan menimbulkan tekanan terhadap ekonomi nasional. (TRIBUNKALTIM.CO/NEVRIANTO) 

TRIBUNKALTIM.CO - PT Pertamina (Persero) mengumumkan tengah melakukan evaluasi harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi menjelang pergantian bulan. 

Evaluasi ini menjadi perhatian penting mengingat meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah yang turut mendorong kenaikan harga minyak dunia.

Fokus evaluasi Pertamina kali ini tertuju pada BBM jenis Pertamax Series, yang meliputi Pertamax, Pertamax Turbo, Pertamina Dex, dan Dexlite.

Peninjauan harga ini dijadwalkan akan diumumkan pada awal Juli 2025, sesuai dengan kebijakan penyesuaian harga bulanan yang telah diterapkan secara rutin.

Menurut Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM), Fahmy Radhi, eskalasi konflik di Timur Tengah berpotensi besar mengguncang harga minyak dunia, yang pada akhirnya akan menimbulkan tekanan terhadap ekonomi nasional.

Baca juga: Harga BBM Pertamina Setelah Idul Adha 2025, Pertalite dan Pertamax Turun Lagi? Ini Daftarnya

Saat konflik pecah, pasar global merespons dengan cepat. Harga minyak mentah jenis Brent langsung melonjak sebesar 13 persen ke angka USD 78,50 per barel—angka tertinggi sepanjang 2025.

“Jika perang ini terus meluas dan memanas, harga minyak mentah dunia bisa menembus USD 100 per barel,” ungkap Fahmy dalam pernyataan resminya yang dikutip dari Kompas.com, Selasa (17/6/2025).

Ia menambahkan bahwa skenario terburuk yang diproyeksikan oleh lembaga keuangan global seperti JP Morganmenyebutkan kemungkinan harga minyak bahkan bisa melonjak ke level USD 130 per barel apabila Iran memutuskan untuk menutup Selat Hormuz, salah satu jalur pelayaran minyak paling vital di dunia.

Selat Hormuz, yang berada di antara Teluk Persia dan Teluk Oman, merupakan jalur pelayaran penting yang menangani sekitar 20 persen pasokan minyak dunia.

Sekitar 80 persen ekspor minyak dan gas alam cair (LNG) dari negara-negara seperti Iran, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab melewati selat ini setiap harinya.

Baca juga: Kilang Minyak Israel di Haifa Lumpuh Dihantam Rudal Iran, Serangan Langsung Kena Titik Vital

Penutupan selat ini oleh Iran sebagai respons militer bisa mengakibatkan kekacauan logistik energi global, memperparah kelangkaan dan memicu lonjakan harga energi internasional.

Dampak Langsung Bagi Indonesia

Sebagai negara yang mengimpor sebagian besar kebutuhan BBM-nya, Indonesia sangat rentan terhadap fluktuasi harga minyak mentah global.

“Sebagai net-importer, kenaikan harga minyak dunia sudah pasti akan berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia,” jelas Fahmy.

Dalam kondisi seperti ini, pemerintah akan dihadapkan pada dilema kebijakan: apakah akan menaikkan harga BBM subsidi atau tetap menahannya?

Halaman
12
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved