Berita Pemkot Balikpapan

Mengenal “Lautan RT” Program Pemkot Balikpapan dalam Mencegah Kekerasan Anak

Pemkot Balikpapan menggelar penyuluhan bertajuk Lautan RT (Penguatan Pengasuhan dari RT ke RT) di sejumlah kelurahan.

HO/PEMKOT BALIKPAPAN
CEGAH KENAKALAN REMAJA - Pemerintah Kota Balikpapan melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) menggelar penyuluhan bertajuk Lautan RT (Penguatan Pengasuhan dari RT ke RT) di sejumlah kelurahan. Kegiatan ini menyasar langsung masyarakat sebagai upaya penguatan pola asuh dalam keluarga guna mencegah kenakalan remaja dan kekerasan terhadap anak sejak dini. (HO/PEMKOT BALIKPAPAN) 

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Untuk menekan angka kekerasan terhadap anak yang terus meningkat, Pemerintah Kota (Pemkot) Balikpapan melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) menggelar penyuluhan bertajuk Lautan RT (Penguatan Pengasuhan dari RT ke RT) di sejumlah kelurahan. 

Kegiatan ini menyasar langsung masyarakat sebagai upaya penguatan pola asuh dalam keluarga guna mencegah kenakalan remaja dan kekerasan terhadap anak sejak dini.

Untuk hari ini, Kamis (26/06/2025), ada dua kelurahan yang digelar sekaligus secara berasama. 

Yakni Kelurahan Margo Mulyo Kecamatan Balikpapan Barat, dan Kelurahan Batu Ampar di Kecamatan Balikpapan Utara. 

Baca juga: Kekerasan Terhadap Anak di Balikpapan Didominasi Kekerasan Seksual

Di Kelurahan Margo Mulyo, kegiatan digelar di Aula Kantor Kelurahan dan dihadiri warga setempat.

Materi disampaikan oleh Putri Nilawai, S.Psi., M.Psi., Psikolog dari Ikatan Psikolog Klinis Indonesia (IPK), yang mengangkat isu pola pengasuhan anak dan kenakalan remaja.

Peserta diajak mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kenakalan remaja, serta melakukan refleksi atas peran mereka sebagai orang tua dalam membentuk karakter dan perilaku anak.

Sementara itu, kegiatan serupa juga dilaksanakan di Kelurahan Batu Ampar, tepatnya di Balai Pertemuan RT 55. Materi disampaikan oleh Patria Rahmawaty, S.Psi., M.Psi., Psikolog dari Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI).

Baca juga: TRC PPA Sebut Kekerasan terhadap Anak di Kaltim Ibarat Fenomena Gunung Es

Dalam sesi ini, peserta diminta mengamati bentuk-bentuk kenakalan remaja yang terjadi di lingkungan mereka dan mendiskusikan pendekatan penanganan yang tepat di lingkup keluarga dan komunitas.
 
Penyuluh Pemberdayaan Perempuan dan Anak DP3A Kota Balikpapan, Rona Zahidah, menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari strategi Pemkot Balikpapan dalam menekan angka kekerasan terhadap anak yang cenderung meningkat.

“Berdasarkan data, korban kekerasan terbanyak adalah anak perempuan, disusul anak laki-laki dan perempuan dewasa. Bahkan, anak-anak juga sudah mulai terlibat sebagai pelaku kekerasan seksual,” ujar Rona

Ia menambahkan, fenomena ini harus menjadi perhatian serius semua pihak, khususnya keluarga sebagai pelindung utama anak.

Baca juga: Kasus Kekerasan pada Anak di Kukar Meningkat, DP3A Genjot Pencegahan hingga Desa

“Karena itu, penguatan pengasuhan dalam keluarga menjadi kunci utama untuk menjaga anak-anak kita dari potensi kekerasan dan perilaku menyimpang,” tegasnya.

Program Lautan RT diharapkan menjadi ruang dialog yang efektif antara masyarakat dan tenaga profesional dalam membangun lingkungan yang aman dan ramah anak, dimulai dari keluarga dan komunitas terkecil.

Rona menjelaskan, isi materi yang disampaikan dalam setiap sesi sosialisasi disusun secara fleksibel, menyesuaikan dengan dinamika sosial dan permasalahan yang menonjol di masing-masing kelurahan.

Di beberapa wilayah, seperti Batu Ampar, isu kenakalan remaja menjadi fokus utama. Karena tingginya laporan terkait aktivitas negatif yang melibatkan anak-anak usia sekolah.

Baca juga: DP3A Kukar Ajak Keluarga Jadi Garda Terdepan Hadapi Ancaman Sosial Bagi Anak

“Misalnya di Batu Ampar, kami lebih banyak membahas soal kenakalan remaja karena memang itu yang menjadi masalah utama di sana. Sedangkan hari ini, di Karang Joang, warga secara spesifik meminta. Agar topik pendidikan seks atau sex education lebih diperkuat,” jelasnya.

Menurut Rona, meskipun materi disesuaikan, tema besar dari kegiatan ini tetap mengacu pada pola asuh yang baik dan bertanggung jawab.

Penyesuaian dilakukan semata untuk meningkatkan relevansi dan efektivitas pesan yang disampaikan.

“Benang merahnya tetap pola asuh. Yang berbeda hanya pendekatannya, tergantung urgensi masalah yang dihadapi oleh masyarakat setempat,” tegasnya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved