Berita Kaltim Terkini

Angka Kematian Ibu dan Bayi Masih Tinggi, DPRD Kaltim Desak Perluas Puskesmas Plus

Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kalimantan Timur (Kaltim), Andi Satya Adi Saputra, menyoroti masih tingginya angka kematian ibu dan bayi di wilayah Kaltim.

HO/DPRD KALTIM
ANGKA KEMATIAN TINGGI - Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kalimantan Timur (Kaltim), Andi Satya Adi Saputra, menyoroti masih tingginya angka kematian ibu dan bayi di wilayah Kaltim. Ia mendorong perluasan layanan Puskesmas Plus, penguatan infrastruktur, hingga digitalisasi sistem rujukan sebagai langkah konkret yang harus segera dilakukan pemerintah daerah. (HO/DPRD KALTIM) 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA – Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kaltim, Andi Satya Adi Saputra, menyoroti masih tingginya angka kematian ibu dan bayi di wilayah Kalimantan Timur.

Ia mendorong perluasan layanan Puskesmas Plus, penguatan infrastruktur, hingga digitalisasi sistem rujukan sebagai langkah konkret yang harus segera dilakukan pemerintah daerah.

“Penurunan AKI (Angka Kematian Ibu) dan AKB (Angka Kematian Bayi) bukan sekadar angka, ini soal menyelamatkan nyawa dan memberi harapan bagi generasi yang akan datang,” tegas Andi Satya, Kamis (3/7/2025), saat agenda kerja DPRD Kaltim di Jalan Teuku Umar, Samarinda.

Ia menilai, program seperti Puskesmas Plus dan revitalisasi layanan PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar) perlu diperluas jangkauannya ke pelosok, mengingat masih banyak fasilitas kesehatan yang kekurangan tenaga medis dan alat vital.

Baca juga: Angka Kematian Ibu dan Bayi di Balikpapan Menurun Drastis, IBI Beberkan Kiatnya

“Masih banyak puskesmas di pelosok kekurangan tenaga medis dan peralatan penting. Kami sudah mendorong penambahan anggaran untuk memperkuat SDM dan infrastruktur kesehatan di daerah-daerah tersebut,” jelasnya.

Menurutnya, penanganan tidak bisa hanya mengandalkan satu sektor saja.

Harus ada kolaborasi lintas lembaga, regulasi yang diperkuat, serta anggaran yang memadai untuk mendukung pelayanan kesehatan primer, terutama di wilayah terpencil.

Andi Satya juga mendorong penerapan sistem digitalisasi layanan rujukan agar kasus-kasus ibu hamil berisiko tinggi maupun bayi baru lahir bisa tertangani lebih cepat.

Baca juga: 1.060 Bidan di Kukar Diminta Turunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi

“Sistem rujukan digital penting, apalagi untuk kasus ibu hamil berisiko tinggi atau bayi yang lahir dengan berat rendah. Kita jangan terlambat bertindak karena menunggu laporan tahunan,” ujarnya.

Tak hanya itu, edukasi bagi ibu hamil dan keluarga juga dianggap krusial.

Mulai dari pemahaman soal gizi, tanda komplikasi kehamilan, hingga kapan harus mencari pertolongan medis.

“Edukasi harus menyeluruh, melibatkan tokoh masyarakat, lintas sektor, dan dilakukan secara konsisten. Kita harus pastikan semua ibu hamil tahu kapan harus mencari pertolongan,” ucap politisi Golkar ini.

Baca juga: Angka Kematian Ibu dan Bayi Cukup Tinggi di Penajam Paser Utara

Berdasarkan data per Oktober 2024, tercatat 57 kasus kematian ibu, 394 kematian neonatal, 464 kematian bayi, dan 699 kematian perinatal di Kaltim.

Langkah Dinas Kesehatan Kaltim seperti program Pelayanan Kesehatan Gratis (PKG) dan Cek Kesehatan Gratis (CKG) dinilai sudah tepat, namun harus terus diperluas dan ditingkatkan.

“Langkah yang dilakukan Dinkes sudah bagus, tetapi kalau kita ingin melihat penurunan nyata dalam AKI dan AKB, perlu kerja sama lintas sektor dan kebijakan yang lebih komprehensif,” tegasnya.

Baca juga: Dinkes Tekan Angka Kematian Ibu dan Bayi, Sosialisasi Buku KIA Revisi 2020 untuk Tenaga Kesehatan

Data historis Dinkes Kaltim mencatat fluktuasi kematian ibu:

2017: 105 kasus

2018: 74 kasus

2019: 79 kasus

2020: 92 kasus

2021 (puncak pandemi): 168 kasus

2022: turun menjadi 73 kasus

Oktober 2023: tercatat 46 kasus

Baca juga: Pelayanan Terbaru di Puskesmas Kelay Berau Kaltim, Penting Bagi Kesehatan Ibu dan Bayi


Penyebab utama kematian ibu (2021–2022):

Pendarahan: 23,9 persen

Hipertensi: 16,4 persen

Infeksi: 5,5 persen

Masalah jantung: 8,2 persen

Gangguan darah dan metabolik: masing-masing 4,1 persen

Covid-19: 4,1 persen

Sementara itu, kematian bayi didominasi oleh kelainan kongenital, diare, pneumonia, DBD, dan Covid-19, dengan angka tertinggi terjadi pada usia 0–6 hari (75 persen dari total kasus).

Baca juga: Ibu dan Bayi 11 Hari Dideportasi Malaysia Melalui Nunukan, Melahirkan saat di Tahanan Imigresen

Tren kematian bayi:

2020: 662 kasus

2021: 702 kasus

2022: 592 kasus

Wilayah geografis yang sulit dijangkau dan keterlambatan rujukan medis juga disebut sebagai penyumbang utama tingginya angka kematian ibu dan bayi di Kaltim. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved