Berita Kukar Terkini

Disdikbud Kukar Gencarkan Literasi Siswa SMP Kaltim, Wajibkan Program 15 Menit Membaca

Disdikbud Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) terus mendorong peningkatan budaya literasi di jenjang Sekolah Menengah Pertama

TRIBUNKALTIM.CO/PATRICK VALLERY SIANTURI
TINGKATKAN LITERASI - Plt Kepala Bidang SMP Disdikbud Kukar, Emy Rosana Saleh, mengungkapkan terus mendorong peningkatan budaya literasi di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Upaya ini dilakukan seiring penerapan Kurikulum Merdeka yang sudah berlangsung sejak tahun 2022. Demi meningkatkan kualitas belajar siswa pendekatan baru yang digaungkan oleh Kementerian Pendidikan saat ini adalah deep learning atau pembelajaran mendalam, sebagai strategi. (TRIBUNKALTIM.CO/PATRICK VALLERY SIANTURI) 

TRIBUNKALTIM.CO, TENGGARONG - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) terus mendorong peningkatan budaya literasi di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). 

Upaya ini dilakukan seiring penerapan Kurikulum Merdeka yang sudah berlangsung sejak tahun 2022.

Plt Kepala Bidang SMP Disdikbud Kukar, Emy Rosana Saleh, mengungkapkan sejak kemunculan Kurikulum Merdeka pada 2022, pihaknya telah aktif melakukan pendampingan dan pembinaan terhadap sekolah-sekolah dalam hal penguatan literasi dan numerasi.

“Saya mulai mendampingi pembinaan itu sejak tahun 2022, bersamaan dengan munculnya Kurikulum Merdeka. Saat itu kami memberikan materi penguatan literasi dan numerasi,” ujar Emy, Jumat(4/7/2025).

Selain pendampingan, dukungan juga diberikan dalam bentuk distribusi buku ke sekolah-sekolah. Hingga 2024, tercatat sebanyak 1.200 eksemplar buku literasi dan numerasi telah disalurkan ke SMP di Kukar untuk mendukung kegiatan penguatan literasi.

Baca juga: Ikon Desa Pela di Kukar Kaltim Cukup Kuat untuk Pesut Mahakam, Pemprov Fokus Pengawasan

Tak hanya itu, Disdikbud Kukar juga mewajibkan sekolah untuk melaksanakan program membaca selama 15 menit setiap hari, baik untuk siswa maupun guru. Program ini menjadi bagian penting dari rutinitas di sekolah-sekolah.

“Kami meminta sekolah untuk mengadakan program 15 menit membaca bagi siswa dan guru. Ini sudah menjadi program wajib di SMP,” jelasnya.

Emy menambahkan  setiap siswa juga diwajibkan memiliki jurnal literasi sebagai alat ukur keterbacaan. Dalam jurnal tersebut, siswa mencatat jumlah buku yang telah dibaca serta merangkum isi bacaan mereka.

“Penggunaan jurnal literasi itu sendiri adalah untuk mengukur seberapa banyak keterbacaan buku oleh siswa, dan mereka juga menuliskan inti dari apa yang mereka baca,” terangnya.

Program literasi ini biasanya dirangkaikan dengan program “Gema” atau Gerakan Etam Mengaji, yang kemudian disusul dengan sesi membaca sebagai bentuk penguatan karakter dan literasi siswa di luar jam pelajaran utama.

Baca juga: 574 CPNS Otorita IKN Tuntas Ikuti Pelatihan Bela Negara di Puslatpur Amborawan Kukar

Terkait implementasi Kurikulum Merdeka, Emy menyampaikan bahwa kurikulum ini masih berjalan hingga saat ini.

Namun, terdapat penyesuaian pada elemen Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) yang dikabarkan akan dihapus dan diganti dengan program pengembangan profil lulusan.

“Kurikulum Merdeka masih berjalan. Cuman memang ada wacana baru, P5 itu katanya akan dihapus dan diganti dengan program pengembangan profil lulusan dari peserta didik,” ungkapnya.

Meski begitu, esensi dari Kurikulum Merdeka tetap dipertahankan, terutama pada pendekatan pembelajaran. Salah satu pendekatan baru yang digaungkan oleh Kementerian Pendidikan saat ini adalah deep learning atau pembelajaran mendalam, sebagai strategi untuk meningkatkan kualitas belajar siswa.

“Kurikulum Merdeka tidak dihapuskan, hanya P5-nya saja yang berganti. Pembelajarannya tetap jalan, tapi pendekatannya sekarang lebih difokuskan ke pembelajaran mendalam,” pungkas Emy. (*)

Ikuti berita populer lainnya di Google News, Channel WA, dan Telegram.

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved