Berita Nasional Terkini
Balas Sindiran Pramono Anung yang Sebut Bandung Kota Termacet, Dedi Mulyadi: Tapi Dingin
Gubernur Jabar Dedi Mulyadi langsung membalas sindiran Pramono, menurutnya meski Bandung macet, udaranya tetap dingin.
"Pimpinan KPK, Gubernur Banten, Gubernur Lampung, Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Gubernur Sumatera Selatan, seluruh Ketua DPRD dan Wakil Ketua DPRD yang hadir mohon maaf tidak bisa kami sebutkan satu per satu, para wali kota yang hadir," kata Pram saat membuka sambutan.
Ia juga membahas soal banjir yang merendam sejumlah wilayah beberapa hari lalu.
"Apa sih yang menjadi persoalan utama di Jakarta ? Banjir, macet, sampah kemudian ketahanan pangan itu yang kemudian jadi persoalan utama," katanya.
Ketika membahas banjir, Pramono juga tak menyinggung nama KDM.
"Contoh kemarin ketika banjir saya mengalami, pak Andra Soni menganalami, para gubernur juga mengalami. Ketika di Jakarta banjir 3 4 hari lalu belum pernah terjadi banjirnya itu bersamaan," katanya.
Menurutnya banjir disebabkan hujan deras, air kiriman dari Bogor juga pasangnya air laut.
Namun begitu persoalan banjir dapat diselesaikan dengan cepat karena Jakarta memiliki pompa.
"Saya monitor sendiri apa pompanya sudah dijalankan. Alhamdulillah besoknya Jakarta praktis, ya karena mohon maaf pak Andra Soni infrastrukturnya sudah siap, pompanya hampir 1.000 lebih, sehingga bisa tertangani," kata Pramono Anung.
Baca juga: Dimas Anggara Disuruh Masuk Barak Militer usai Tampar Kiesha Alvaro, Begini Respons Dedi Mulyadi
Pramono Pamer Atasi Macet Jakarta
Gubernur Jakarta Pramono Anung juga memamerkan keberhasilannya menekan angka kemacetan di DKI.
Hal itu dilakukan dengan menambah rute Trans Jabodetabek.
"Yang saya senang, kebetulan di sini ada Gubernur Sumatera Selatan, saya merubah dari Transjakarta menjadi Trans Jabodetabek. Sekarang ini orang dari PIK 2 ke Blok M, Alam Sutra ke Blok M, Bogor ke Blok M, Sawangan ke Pondok Labu, Bekasi ke Dukuh Atas. Kami buka rute baru. Dan orang membayar pagi hari sebelum jam 7 hanya Rp 2.000, setelah jam 7 Rp 3.500," katanya.
Ia menerangkan sengaja memaksakan program tersebut demi mengubah kebiasaan masyarakat.
Dengan adanya strategi itu, kata Pram, masyarakat yang terbiasa naik kendaraan pribadi beralih ke transportasi umum.
"Kenapa Jakarta memaksakan ini ? untuk mengubah karakter dari kebiasaan menggunakan kendaraan pribadi menjadi mau naik transportasi umum," katanya.
Strategi tersebut juga menurutnya sudah sangat terasa.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.