OPINI

Pembelajaran Mendalam di SMK, Implementasi Teaching Factory

Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) menjadi sebuah istilah lawas yang kemudian dimunculkan kembali pada era ini

Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO/HO/PRIBADI
Dwi Yenie Kumala Sari Sulaiman, S. Pd., M. Pd, Guru SMK di Samarinda. (TRIBUNKALTIM.CO/HO/PRIBADI) 

Oleh:
Dwi Yenie Kumala Sari Sulaiman, S. Pd., M. Pd.
Penulis, Guru SMK di Samarinda

Pembelajaran Mendalam (Deep Learning) menjadi sebuah istilah lawas yang kemudian dimunculkan kembali pada era ini.  

Sebuah konteks pembelajaran yang dirancang sebagai pendekatan yang mampu menjawab tantangan krisis pembelajaran dan kebutuhan pembelajaran abad ke-21. 

Pendekatan ini bertujuan untuk mendorong pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi, penerapan pengetahuan dalam koteks dunia nyata, serta pembelajaran yang berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan.

Pembelajaran Mendalam merupakan pendekatan yang memuliakan dengan menekankan pada penciptaan suasana belajar dan proses pembelajaran berkesadaran, bermakna, dan menggembirakan melalui olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olah raga secara holistik dan terpadu.

Dalam konteks SMK (Sekolah Menengah Kejuruan), pembelajaran mendalam ini fokus pada penguasaan kompetensi kejuruan secara menyeluruh, keterkaitan antara teori dan praktik, dam kemampuan menyelesaikan masalah dunia kerja nyata.

Baca juga: Dukung Pembelajaran Berbasis Teknologi, SMPN 3 Tenggarong Sediakan 1 Laptop hingga Wifi Gratis

Kurikulum Merdeka 2025 di Indonesia mendorong transformasi pembelajaran ke arah yang lebih bermakna, kontekstual, dan berpusat pada peserta didik, termasuk di lingkungan SMK.

Pembelajaran Mendalam di SMK bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir kritis juga kreatif, membentuk karakter pekerja yang adaptif dan inovatif, mengintegrasikan teknologi dunia kerja ke dalam proses pembelajaran, dan membangun budaya belajar sepanjang hayat.

Teaching Factory (TEFA) pun dihadirkan sebagai program pembelajaran berbasis teori di kelas dengan praktik langsung dalam lingkungan kerja yang menyerupai industri sesungguhnya.

Pengalaman pembelajaran ini dirancang untuk menyiapkan siswa memasuki dunia industri. Program TEFA sudah terintegrasi  dengan Project-Based Learning (PjBL) yaitu siswa belajar melalui proyek nyata, misalnya membuat produk teknologi, membangun aplikasi, atau merancang sistem mesin; Problem-Based Learning (PbBL) yaitu belajar melalui pemecahan masalah seperti memperbaiki mesin rusak atau menganalisis kebutuhan pelanggan; Work-Based Learning (WBL) yaitu pembelajaran dilakukan langsung di tempat kerja (industri), dengan magang sebagai bagian integral dari kurikulum; dan Blended Learning yaitu menggabungkan pembelajaran tatap muka dan dalam jaringan untuk fleksibilitas dan pemanfaatan teknologi.

Dalam prakteknya, banyak tantangan yang dihadapi oleh guru dalam Pembelajaran Mendalam yaitu: tidak semua guru terbiasa dengan metode pembelajaran mendalam, terutama yang baru beralih dari pendekatan tradisional.

Diperlukan pelatihan dan pendampingan intensif agar guru dapat mengimplementasikan pembelajaran mendalam dengan efektif. Hal tersebut menuntut perubahan paradigma dari guru, yang mungkin masih terbiasa dengan metode ceramah dan hafalan.

Minat dan motivasi siswa pun menjadi tantangan utama. Pembelajaran mendalam akan  berhasil jika didasari oleh minat dan motivasi intrinsik siswa yang baik. Guru perlu mengidentifikasi minat dan bakat siswa untuk menumbuhkan antusiasme belajar.

Keterbatasan sumber daya, seperti fasilitas dan materi pembelajaran, juga dapat menjadi kendala dalam penerapan pembelajaran mendalam. Kurikulum yang diterapkan relevan dengan kebutuhan siswa dan dapat diintegrasikan dengan kehidupan nyata. Untuk mencapai pembelajaran mendalam yang efektif, diperlukan sinergi antara guru, orang tua, dan masyarakat.

Pemerintah dalam hal ini adalah Kementerian Pendidikan telah memberikan pelatihan dan pendampingan yang berkelanjutan kepada guru untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran mendalam, mengembangkan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan siswa dan kontekstual dengan kehidupan nyata, memanfaatkan teknologi untuk mendukung pembelajaran mendalam dan memperluas akses pendidikan.

Hal lainnya yang menjadi hal penentu keberhasilan dari semua pendekatan pembelajaran ini adalah dibangunnya lingkungan belajar yang positif, interaktif, dan kolaboratif yang melibatkan orang tua dan masyarakat dalam proses pembelajaran untuk menciptakan sinergi yang kuat.

Orang tua atau wali siswa tidak serta merta menyerahkan utuh tanggung jawab proses pendidikan anak mereka pada guru dan sekolah, karena nyatanya siswa hanya berada di sekolah kurang lebih 7-8 jam dari 24 jam dalam sehari. Tentu saja sangat tidak adil bila kegagalan pendidikan siswa karena hasil dari proses belajar dan mengajar guru di sekolah.

Baca juga: Soal dan Kunci Jawaban Post Test PPA Umum 1, 2, 3 PPG 2025, Pembelajaran Mendalam dan Asesmen

“The best way to predict your future is to create it.” -Abraham Lincoln. Cara terbaik untuk memprediksi masa depanmu adalah dengan menciptakannya. Mari kita bersama menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas baik untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, menjadikan Indonesia sebagai negara yang berdaulat, maju, adil, dan makmur. (*)

 

 

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

Lonjakan PBB dan Judul Clickbait

 

Merdeka, tapi Masih Antre Beras

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved