Pembunuhan Sadis di Berau

Pembunuh Istri dan Anak di Berau Negatif Gangguan Jiwa, Julius Nekat Mau Habisi Diri di Polres Berau

Pembunuh istri dan anak di Berau, Kalimantan Timur negatif gangguan jiwa alias waras. Tersangka Julius (34) nekat mau habisi diri di Polres Berau.

Penulis: Kun | Editor: Muhammad Fachri Ramadhani
HO/Polres Berau
PEMBUNUHAN SADIS BERAU - Tangkapan layar penggalan Video tersangka Julius yang diterima Tribunkaltim.co oleh Polres Berau. Pembunuh istri dan anak di Berau, Kalimantan Timur negatif gangguan jiwa alias waras. Tersangka Julius (34) nekat mau habisi diri di Polres Berau. (HO/Polres Berau) 

"Sehingga mereka rentan sekali melakukan pelampiasan kepada anak-anak. Yang notabene ini posisi anak-anak lebih lemah yang kita ketahui mereka jarang untuk melawan," katanya. 

Lebih lanjut, masalah yang menumpuk yang dialami pelaku, menimbulkan frustrasi, sehingga emosi tak bisa terkontrol atau kurangnya kematangan dalam pengelolaan emosi hal ini membuat pelaku berperilaku agresif. 

"Salah satu bentuk perilaku agresifnya adalah hingga melakukan pembunuhan. kerasan gitu ya, hingga sampai terjadinya pembunuhan," katanya.

Faktor lain kata dia soal Gangguan kejiwaan dapat menyebabkan seseorang melakukan tindak kejahatan, termasuk pembunuhan.

Baca juga: Pembunuhan Sadis Istri dan 2 Anak di Berau, Warga Minta Pelaku Dihukum Mati

Namun, hal ini perlu dilakukan pemeriksaan kejiwaan di RS.

"Nah gangguan kejiwaan ini sendiri kan akibat adanya permasalahan-permasalahan yang sudah terjadi lama dan mereka tidak bisa mengatasikan. Sehingga ini mengganggu kondisi psikis mereka yang dalam jangka lama tidak mendapatkan bantuan atau penangan mereka rentan sekali menyebabkan gangguan kejiwaan yang lebih berat,"

"Kalau sudah gangguan kejiwaan ini kan maka ada halusinasi di situ ya kan. Ada halusinasi yang mengatakan bahwa anakmu sakiti dan akhirnya melakukan perilaku membunuh," lanjutnya. 

Namun, gangguan kejiwaan ini, ia menegaskan tidak datang tiba-tiba sebenarnya.

Tapi dia dipicu oleh banyaknya kejadian-kejadian, konflik yang tidak terselesaikan yang membuat banyak frustrasi, sehingga itu mengganggu psikologisnya.

"Kan nggak ada seorang ayah normal, sehat, mental, tiba-tiba bunuh anaknya. kan nggak ada. Nggak mungkin kan itu. Nggak mungkin hari ini lagi ketawa-ketawa, senang-senang, besoknya tiba-tiba dibunuh, ya kan nggak ada," ujarnya.

Dan faktor lain bisa juga karena adanya penyalahgunaan zat. Penyalahgunaan zat ini meliputi minuman keras, kemudian zat berbahaya seperti obat-obatan terlarang. 

"Nah, itu adalah menjadi faktor seseorang itu bisa melakukan tindak kejahatan pembunuhan," katanya. 

Baca juga: Motif Pembunuh Istri dan 2 Anak di Berau, Sebut One Piece Berkali-kali, Polisi Dibuat Sakit Kepala

Dosen Prodi Psikologi Unmul itu berharap agar masyarakat saling peka terhadap kondisi atau keadaan keluarga disekitar supaya kejadian serupa tak terulang kembali. 

"Yang paling penting adalah rasa saling menjaga dan saling peduli karena dari kepedulian kita akhirnya kita bisa menyelamatkan banyak nyawa terus membantu di sekitar kita dan Jangan takut melapor ke pihak berwajib bila terjadi sesuatu yang mencurigakan," pungkasnya.

Kasus Pembunuhan di Samarinda

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved