Mengenal Sosok Kho Tjioe Liang, Dokter TNI, Ini Tugasnya Setelah Terjadinya Gerakan 30 September

Mengenal Sosok Kho Tjioe Liang, Dokter TNI, Ini Tugasnya Setelah Terjadinya Gerakan 30 September

Editor: Amalia Husnul A
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Sejumlah warga melihat beberapa tempat bersejarah di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta, Selasa (29/9/2015). Tanggal 1 Oktober merupakan Peringatan Hari Kesaktian Pancasila sekaligus mengenang korban peristiwa G30S/PKI khususnya tujuh pahlawan revolusi. Mengenal Sosok Kho Tjioe Liang, Dokter TNI, Ini Tugasnya Setelah Terjadinya Gerakan 30 September 

TRIBUNKALTIM.CO - Mengenal Sosok Kho Tjioe Liang, Dokter TNI, Ini Tugasnya Setelah Terjadinya Gerakan 30 September 

Dokter Kho Tjioe Liang mendapat anugerah tanda kehormatan Bintang Kartika Eka Paksi Nararya kepada Letkol Marinir TNI AL Winanto beserta kesembilan orang rekannya tahun 1980, dari Presiden Soeharto.

Nama Kho Tjioe Liang merupakan seorang dokter keturunan Tionghoa berpangkat Letnan Satu (Lettu) Kesehatan di Korps Komando Operasi ( KKO ) yang kini telah berubah nama menjadi Korps Marinir.

Dokter Kho Tjioe Liang merupakan satu dari sembilan anggota Kesatuan Intai Para Amphibi (Kipam) Marinir yang kini telah menjadi Batalyon Intai Amfibi (Taifib).

Saat periode pasca Gerakan 30 September 1966, dia bertugas mengevakuasi jenazah tujuh Pahlawan Revolusi yang berada di sumur Lubang Buaya.

Atas upaya yang dilakukan tim itulah, diketahui kondisi jenazah Pahlawan Revolusi tidak mengalami perusakan atau mutilasi secara mengerikan seperti digambarkan dalam film Penumpasan Pengkhianatan G30S/PKI (1984), yang menjadi tayangan wajib televisi pada masa Orde Baru.

Setiap Kantor Pemerintah Wajib Kibarkan Bendera Setengah Tiang Tanggal 30 September, Ini Tujuannya

Mantan Panglima TNI: Generasi Milenial Harus Tonton Film Gerakan 30 September

3 Bulan Sebelum G30S/PKI Meletus, Pahlawan Revolusi Ahmad Yani ternyata Sempat Berkunjung ke Kaltim

Inilah Kilas Sejarah Cakrabirawa, Pasukan yang Memburu 7 Jenderal Pahlawan Revolusi

Dikubur di sumur tua

Dilansir dari buku Tionghoa dalam Sejarah Kemiliteran Sejak Nusantara Sampai Indonesia (2014) karya Iwan Santosa, operasi pengangkatan jenazah ketujuh Pahlawan Revolusi itu dimulai dengan manuver yang dilakukan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) atau yang kini disebut Kopassus di bawah kepemimpinan Mayor (Inf) CI Santoso di kawasan Lubang Buaya pada 3 Oktober 1965.

Kendala teknis pun dihadapi.

Jenazah tersebut berada di dalam sebuah sumur tua berdiameter 0,75 meter dengan kedalaman 10 meter.

Lokasi sumur tersebut terpaut 3 meter dari rumah seorang guru aktivis Partai Komunis Indonesia ( PKI ).

Biodata Lengkap 10 Pahlawan Revolusi yang gugur saat G30S/PKI

G 30 S, Benarkah Ada Pemotongan Alat Kelamin? Baca Dulu Hasil Lengkap Autopsi 7 Pahlawan Revolusi

Posisi jenazah dalam kondisi terbalik, kepala di bawah dan kaki di atas lantaran diduga dilemparkan secara sembarangan.

Selain itu, jenazah juga ditimbun dengan sampah kering, batang pohon pisang, daun singking, dan tanah secara berselang-seling.

Pada 4 Oktober 1966, sekitar pukul 02.30 WIB, Pangkostrad Mayjen Soeharto memerintahkan Kapten (Czi) Sukendar untuk meminta bantuan kepada Korps Marinir.

Presiden Soeharto bertindak sebagai inspektur upacara pada peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Lubang Buaya, Jakarta Timur hari Kamis (1/10/1987).

Sumber: Kompas.com
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved