Virus Corona

Dokter Senior Ini Menangis Saat Rumah Sakit Tolak Pasien Virus Corona yang Kritis, Benar-benar Sakit

Pengakuan Dokter senior ini menangis saat rumah sakit tolak pasien Virus Corona yang kritis, benar-benar sakit

Editor: Rafan Arif Dwinanto
Tribunnews/ Freepik
ILUSTRASI - INNALILLAHI Positif Corona Dua Dokter Jawa Barat Meninggal Dunia, IDI Akui APD Tenaga Medis Terbatas 

TRIBUNKALTIM.CO - Pengakuan Dokter senior ini menangis saat rumah sakit tolak pasien Virus Corona yang kritis, benar-benar sakit.

Wabah Virus Corona atau covid-19 membuat fasilitas medis maupun tenaga medis kewalahan.

Tak jarang, Dokter dan rumah sakit menolak pasien yang datang meski dalam kondisi kritis akibat covid-19.

Pasalnya, rumah sakit sudah kewalahan menangani pasien Virus Corona yang begitu banyak.

Peng Zhiyong, seorang Dokter senior yang bekerja di unit perawatan intensif (ICU) di Rumah Sakit Zhongnan, Wuhan menceritakan pengalamannya saat menangani wabah virus corona atau covid-19.

Peng mengaku telah menyaksikan banyak kematian secara 'tak adil', terutama ketika berhadapan dengan wabah Sars yang mematikan pada tahun 2003 dan flu burung pada tahun 2016.

Jokowi Ungkap Motif Sebenarnya Pilih PSBB Dibanding Karantina Wilayah, Lockdown Itu Apa Sih?

Dokter Sarankan Lakukan Cara Sederhana Ini Agar Terbebas dari Virus Corona

Tetapi Peng mengakui, terkadang dirinya menangis ketika melawan wabah covid-19.

Terutama ketika rumah sakitnya harus menolak pasien yang sakit kritis karena kekurangan tempat tidur.

Atau bahkan ketika ada pasien yang meninggal dunia, meski ia tahu ada upaya terbaik dari petugas medis untuk menyelamatkan nyawan pasien tersebut.

"Saya tidak bisa tenang dalam menghadapi kematian.

Tetapi saya harus bekerja sama dengan emosi itu untuk melakukan pekerjaan saya," kata Peng, dilansir South China Morning Post.

Saat ini, China sudah mulai pulih dari wabah corona secara perlahan.

Tetapi Dokter seperti Peng masih harus berjuang untuk menyelamatkan beberapa pasiennya yang kritis.

Diketahui diawal Januari, 600 kasus di negara Cina masih tercatat parah, namun bisa turun dari puncak wabah pada pertengahan Februari.

“Pasien-pasien ini benar-benar sakit."

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved