TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA- Untuk mengantisipasi masuknya obat-obatan terlarang ke dalam lingkungannya, termasuk alat komunikasi yang tidak seharusnya dimiliki warga binaan pemasyarakatan (WBP), Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Narkotika Klas IIA Samarinda semakin memperketat penjagaannya.
Hidayat, selaku Kepala Lapas Narkotika Kelas IIA Samarinda mengatakan ada beberapa upaya yang mereka lakukan.
Pertama, menerapkan area steril handphone.
Kedua, memberi fasilitas wartel khusus pemasyarakatan termasuk video call gratis bagi para WPB.
Baca juga: Hari Raya Waisak 2022, Napi Lapas Tenggarong Peroleh Remisi 15 Hari
Baca juga: Puluhan Poket Barang Haram 65 Gram Nyaris Masuk di Lapas Samarinda
Baca juga: Antisipasi Barang Terlarang, Lapas Balikpapan Perketat Pengawasan Terhadap Napi
Ketiga, membuat aplikasi barcode untuk memeriksa handphone setiap petugas yang akan masuk.
"Handphonenya kita data. Termasuk IMEI (nomor identitas ponsel) dan bentuknya, masukan barcode dan otomatis terdaftar di google drive," jelasnya kepada Tribunkaltim.co, Senin (16/5/2022).
"Jadi saat petugas masuk atau keluar, kita scan barcodenya melalui aplikasi ataupun manual. Nanti akan terbaca handphone-nya sama atau tidak," imbuhnya.
Meski segala upaya telah dilakukan, namun Hidayat menegaskan bahwa keberhasilan pelaksanaan pembinaan terhadap narapidana dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain;
• Kesadaran narapidana atau WBP itu sendiri untuk memiliki niat berubah ke arah yang lebih baik.
• Kemudian lanjutnya, dari petugas itu sendiri. Artinya bagaimana para pembina narapidana bisa menjadi petugas yang jujur, berintegritas serta memiliki komitmen.
"Juga pastinya masyarakat harus memberi dukungan. Beri kepercayaan kepada petugas. Termasuk mau menerima dan memberi kesempatan bagi setiap napi untuk berubah," ucapnya.
Baca juga: Kamar Hunian Lapas Balikpapan Dirazia Pasca Lebaran, Petugas Temukan Benda Berbahaya
Hidayat mengatakan bahwa media menjadi sarana penyampaian informasi kepada masyarakat luas, terkait apa saja upaya yang diupayakan oleh Lapas Narkotika untuk melakukan pembinaan terbaik.
"Karena media termasuk dari masyarakat dan stakeholder terkait tadi," pungkasnya. (*)