Berita Nasional Terkini
Bukan Spontan, Ahli Sebut Penjarahan Rumah Ahmad Sahroni hingga Sri Mulyani Sudah Direncanakan
Kasus rumah dijarah milik Ahmad Sahroni hingga Sri Mulyani disebut tidak terjadi secara spontan, melainkan terencana
Adrianus menegaskan bahwa kondisi psikologis kolektif seperti itu tidak serta-merta menimbulkan aksi kekerasan tanpa pemicu tambahan.
Dalam ilmu sosial, hal ini dikenal dengan istilah “triggering factor” atau faktor pencetus, yakni momen yang memicu massa untuk bertindak.
“Kondisi ini menjadi baseline atau situasi dasar. Namun, kondisi ini membutuhkan pemicu atau triggering. Ajakan-ajakan seperti ‘kumpul di sini’, ‘bakar Monas’, atau ‘serang Mabes Polri’ itulah yang saya sebut sebagai trigger atau faktor pencetus,” jelasnya.
Dengan kata lain, penjarahan pada Agustus 2025 bukan hanya efek dari keresahan spontan, melainkan hasil penggabungan antara faktor psikologis kolektif dan ajakan terorganisir melalui media sosial.
Adrianus menyebut bahwa sebagian pelaku bahkan menyiarkan langsung (live streaming) aksi mereka di media sosial, seolah ingin menunjukkan bahwa tindakan itu memiliki legitimasi publik.
Kasus ini melibatkan sejumlah nama besar. Di antaranya mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani, yang rumahnya menjadi salah satu sasaran penjarahan, serta lima anggota DPR nonaktif — Ahmad Sahroni, Adies Kadir, Surya Utama (Uya Kuya), Eko Hendro Purnomo (Eko Patrio), dan Nafa Urbach.
Rumah-rumah mereka dilaporkan dijarah oleh massa yang memanfaatkan situasi chaos pada akhir Agustus 2025.
Fenomena ini menunjukkan bahwa rasa ketidakpuasan publik terhadap elit politik telah mencapai titik kritis, terutama ketika disulut oleh narasi-narasi di dunia digital.
Adrianus mengingatkan bahwa media sosial kini menjadi alat yang efektif dalam membentuk persepsi publik, bahkan bisa menjadi sarana mobilisasi massa yang berujung pada kekerasan.
“Fenomena seperti ini sering kali muncul dalam masyarakat yang tengah mengalami kesenjangan kepercayaan terhadap institusi pemerintah,” jelasnya.
Sementara itu, anggota MKD DPR Rano Alfath menilai keterangan Adrianus memberikan gambaran penting bahwa aksi penjarahan tersebut memang mengandung unsur terencana.
“Artinya, kejadian yang sekarang terjadi ini pasti tidak mungkin spontan, ya? Menurut gambaran ahli tadi, pasti ada satu rangkaian yang sudah tersusun,” ujar Rano dalam sidang.
Pernyataan Adrianus juga memperkuat dugaan bahwa kerusuhan Agustus 2025 bukan semata-mata akibat kemarahan massa terhadap isu viral, tetapi ada elemen terorganisir di dalamnya.
Ia menegaskan bahwa istilah targeted looting menjelaskan bagaimana hanya rumah pejabat tertentu yang dijarah, sementara rumah-rumah lain di sekitar lokasi tetap utuh — sebuah pola yang menandakan adanya strategi dan perencanaan.
Dalam konteks kriminologi, istilah targeted looting atau penjarahan tertarget mengacu pada tindakan penjarahan yang tidak acak, melainkan berdasarkan motif tertentu seperti kebencian sosial, politik, atau ekonomi.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/20250830_RUMAH-SAHRONI-DIGERUDUK-dan-dijarah.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.