Berita Nasional Terkini

Prabowo Panggil AHY dan Jonan ke Istana, Pengamat: Bahas Polemik Whoosh Jadi Lebih Objektif

Prabowo panggil AHY dan Jonan ke Istana, Senin (3/11/2025). Pengamat: Bahas polemik Whoosh jadi lebih objektif.

WARTA KOTA/YULIANT
PROYEK KERETA CEPAT - Foto sejumlah penumpang berjalan masuk ke kereta Whoosh di Stasiun Whoosh Halim, Jakarta, Jumat (4/4/2025). Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), serta mantan Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan dipanggil Presiden Prabowo Subianto terkait proyek kereta cepat Whoosh, Senin (3/11/2025). (Warta Kota/Yulianto) 
Ringkasan Berita:
 

TRIBUNKALTIM.CO - Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro, menanggapi langkah Presiden RI Prabowo Subianto memanggil Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), serta mantan Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan.

Agung menilai hal ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam menyelesaikan polemik proyek Kereta Cepat Jakarta–Bandung (KCJB) atau Whoosh.

Pada Senin (3/11/2025), keduanya dipanggil ke Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat.

AHY hadir lebih dahulu, disusul Jonan. Pemanggilan ini disebut berkaitan dengan persoalan utang proyek Whoosh yang nilainya mencapai lebih dari Rp116 triliun.

Baca juga: Selidiki Dugaan Mark-up Proyek Kereta Cepat Whoosh, KPK Minta Pihak yang Dipanggil Kooperatif

“Dengan dipanggilnya Mas AHY, Pak Jonan ke istana itu bukti konkret keseriusan beliau menggarap masalah Whoosh ini agar bisa selesai secepat-cepatnya,” ujar Agung dalam program Kompas Petang, Senin (3/11/2025).

Agung menilai, sikap Prabowo dalam menghadapi proyek bermasalah berbeda dengan pendahulunya, Presiden ke-7 RI Joko Widodo.

Menurutnya, Prabowo cenderung mencari antitesis atau pandangan berlawanan untuk mendapatkan perspektif baru.

Hal tersebut tercermin dari dipanggilnya Jonan dan AHY untuk menghadap presiden langsung di Istana Kepresidenan.

Antitesis sendiri secara harfiah bermakna majas yang mengandung gagasan yang bertentangan dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang saling berlawanan dalam satu kalimat. 

Dalam konteks komentar Agung Baskoro, ini artinya Prabowo lebih memilih mencari orang yang sebelumnya menentang atau menolak program yang dinilai bermasalah.

Apalagi, dalam proyek Whoosh, Ignasius Jonan dikenal tegas menolak proyek tersebut.

“Ketika ada masalah, beliau langsung mencari antitesa, orang-orang yang memang sebelumnya agak berlawanan dengan Whoosh,” kata Agung.

Dalam konteks ini, pemanggilan Jonan dan AHY dianggap sebagai upaya menghadirkan pandangan berbeda.

Jonan, misalnya, dikenal tegas menolak proyek kereta cepat saat menjabat Menteri Perhubungan.

Baca juga: Rocky Gerung: Jokowi Cemas Jika Kasus Korupsi Whoosh Dilanjutkan

Bahkan, mantan Menko Polhukam Mahfud MD pernah menyebut Jonan dicopot dari kabinet karena menilai proyek tersebut tidak layak dilanjutkan.

Agung menyambut positif langkah Prabowo yang melibatkan tokoh dengan pandangan kritis terhadap proyek Whoosh.

Menurutnya, hal ini bisa menghadirkan diskusi yang lebih berimbang, berbeda dengan sebelumnya yang didominasi suara dari pihak pendukung proyek.

“Selama ini publik hanya mendengar tanggapan dari Pak Luhut, Pak Purbaya, atau Pak Rosan. Nah, kalau ada Mas AHY, ada Mas Jonan, ini berimbang. Jadi lebih objektif melihat masalah ini,” jelas Agung.

Ia berharap, dengan hadirnya dua tokoh tersebut, pemerintah dapat mengobservasi polemik Whoosh secara lebih menyeluruh dan menghadirkan solusi yang realistis.

Agung berharap, dengan dipanggilnya AHY dan Jonan, maka polemik Whoosh dapat diobservasi dengan lebih objektif.

"Jadi, dengan dua orang ini hadir saja, saya dalam tanda petik 'cukup senang,' karena bisa melihat dalam bingkai yang yang lain," tutur Agung.

"Karena kan selama ini di publik, kita dengarnya ada Pak Luhut, kemudian respon Pak Purbaya atau Pak Rosan, atau dari Danantara yang lain semacam itu."

"Nah, kalau ada Mas AHY, ada Mas Jonan, ah ini berimbang, asyik ini kita lihatnya. Jadi lebih objektif melihat masalah ini."

Baca juga: Purbaya Hingga Airlangga Ditugaskan Prabowo untuk Selesaikan Persoalan Kereta Cepat Whoosh

Dipanggil ke Istana

Mantan Menteri Perhubungan RI sekaligus Direktur Utama (Dirut) KAI 2009-2014, Ignasius Jonan, beserta Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan RI Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dipanggil ke Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat di hari yang sama, Senin (3/11/2025).

Namun, keduanya memberikan keterangan yang berbeda.

AHY yang tiba di Istana lebih dahulu, mengaku akan menemui Prabowo langsung untuk membahas sejumlah isu, salah satunya adalah kereta cepat Whoosh

"Mau melaporkan tentunya sekaligus meminta arahan-arahan dari beliau, dari Bapak Presiden tentang banyak. Termasuk kereta cepat," kata AHY, Senin (3/11/2025).

Ia menyampaikan, pembahasan akan berkaitan dengan restrukturisasi utang proyek Whoosh tersebut.

Nantinya, pihak PT KAI (Persero) juga hadir untuk mendapatkan sejumlah petunjuk dan arahan dari Prabowo, demi menyelesaikan masalah tersebut.

"Iya, tentunya kita ingin mendapatkan sejumlah guidance [arahan] dari Bapak Presiden. Ya tentu kita ingin melihat berbagai isu, ya, termasuk KCIC Jakarta-Bandung, ada permasalahan-permasalahan yang harus kita carikan solusinya juga dengan sejumlah opsi tentunya," tuturnya.

Sementara, saat ditanya oleh awak media setibanya di Istana, Jonan mengaku belum mengetahui apa yang akan dibahas dengan Prabowo dan mengungkap dirinya memenuhi undangan Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya. 

"Enggak tahu saya [dipanggil untuk apa]. Enggak tahu. Diundang Pak Seskab itu," kata Jonan.

Selain itu, ia tampak enggan saat dimintai keterangan soal proyek Whoosh.

"Wih saya enggak komentari itu. Mungkin (bahas kereta cepat), saya sudah pensiun jadi nggak ngikutin. Saya nggak tahu," ujar Jonan.

Baca juga: Ubedilah Badrun Tegaskan Akar Masalah Whoosh Bukan Negosiasi Utang, 5 Tokoh Perlu Diperiksa

Polemik Whoosh

Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh merupakan salah satu proyek mercusuar sekaligus ambisius dalam masa pemerintahan Mantan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).

Whoosh pun ditetapkan sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 3 Tahun 2016.

Proyek ini dibangga-banggakan oleh Jokowi, lantaran memiliki kecepatan 350 kilometer per jam sekaligus menjadi kereta cepat pertama di Indonesia maupun di Asia Tenggara.

Pengelola Whoosh adalah PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), yang merupakan perusahaan patungan antara konsorsium Indonesia (PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia/PSBI) dengan 60 persen saham dan konsorsium China melalui Beijing Yawan HSR Co Ltd (40 persen saham).

Adapun PSBI sendiri dipimpin oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) dengan porsi saham 58,53 persen, diikuti Wijaya Karya (33,36 persen), PT Jasa Marga (7,08 persen), dan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII (1,03 persen).

Sementara, komposisi pemegang saham Beijing Yawan HSR Co. Ltd terdiri atas CREC 42,88 persen, Sinohydro 30 persen, CRRC 12 persen, CRSC 10,12 persen, dan CRIC 5 persen.

Whoosh kemudian diresmikan oleh Jokowi pada 2 Oktober 2023 di Stasiun Halim, Jakarta.

Akan tetapi, dalam perkembangannya, proyek Whoosh justru berbuntut utang bernilai fantastis sehingga menjadi beban berat bagi BUMN Indonesia, terutama PT KAI (Persero) sebagai pemimpin konsorsium PSBI.

Utang proyek Whoosh dinilai bagai bom waktu, membawa beban yang membuat PT KAI dan konsorsium BUMN yang terlibat kewalahan menanggung kerugian.

Proyek yang resmi beroperasi sejak 2 Oktober 2023 ini mengalami pembengkakan biaya (cost overrun) sebesar 1,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp19,54 triliun, dari biaya awal yang direncanakan 6,07 miliar dollar AS.

Sehingga, total investasi proyek Whoosh mencapai 7,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp116 triliun.

Untuk membiayai investasi 7,2 miliar dollar AS pada proyek ini, 75 persen di antaranya didapat dari pinjaman China Development Bank.

Sementara sisanya berasal dari setoran modal pemegang saham, yaitu PT KCIC yang merupakan gabungan dari PSBI (60 persen) dan Beijing Yawan HSR Co Ltd (40 persen).

Whoosh jelas memberikan tekanan besar terhadap kinerja keuangan PT KAI (Persero).

Utang untuk pembiayaan proyek Whoosh membuat PSBI mencatat kerugian senilai Rp1,625 triliun pada semester I-2025 saja.

Karena menjadi lead konsorsium PSBI, maka PT KAI (Persero) menanggung porsi kerugian paling besar, yakni Rp951,48 miliar per Juni 2025, jika dibanding tiga BUMN anggota konsorsium PSBI lainnya.

Sehingga, beban yang ditanggung PT KAI (Persero) begitu berat, baik dalam bentuk biaya operasional kereta cepat maupun pengembalian utang.

Direktur Utama KAI Bobby Rasyidin bahkan menyebut besar utang proyek Whoosh ini bagai bom waktu, sehingga pihaknya akan melakukan koordinasi dengan BPI Danantara untuk menanganinya.

“Kami akan koordinasi dengan Danantara untuk masalah KCIC ini, terutama kami dalami juga. Ini bom waktu,” ujar Bobby dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (20/8/2025).

Sebelumnya, Mantan Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero) Didiek Hartantyo mengungkapkan, besaran bunga utang KCJB terbagi menjadi dua tergantung pada denominasi utang.

Total utang 542,7 juta dollar AS diberikan dalam denominasi dollar AS sebesar 325,6 juta dollar AS (Rp 5,04 triliun) bunganya 3,2 persen dan sisanya sebesar 217 juta dollar AS (Rp 3,36 triliun) diberikan dalam denominasi renminbi alias yuan (RMB) dengan bunga 3,1 persen.

"Tingkat suku bunga flat selama tenor 45 tahun. Untuk loan (denominasi) dollar AS 3,2 persen, untuk loan dalam RMB 3,1 persen," ujar Didiek Hartantyo, dilansir Kompas.com. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Ignasius Jonan & AHY Dipanggil Diduga Bahas Whoosh, Pengamat: Prabowo Cari Antitesa Saat Ada Masalah dan Kompas.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved