Pemilu 2029

Pengamat: Keberhasilan Jokowi Effect Terhadap PSI Tergantung Kinerja Gibran sebagai Wakil Presiden

Pengamat sebut keberhasilan Jokowi effect terhadap PSI tergantung kinerja Gibran sebagai Wakil Presiden.

KOMPAS.COM/Fristin Intan Sulistyowati
JOKOWI EFFECT - Mantan Presiden RI, Joko Widodo alias Jokowi saat ditemui di kediamannya di Solo. Partai Solidaritas Indonesia (PSI) kembali menargetkan kursi di Senayan pada Pemilu 2029 setelah dua kali gagal menembus parlemen. Harapan besar kini ditumpukan pada dukungan Presiden ke-7 RI, Joko Widodo, yang disebut akan turun langsung memenangkan partai tersebut. . (KOMPAS.COM/Fristin Intan Sulistyowati) 

Pengamat politik dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, menilai bahwa publik sudah mengasosiasikan PSI sebagai partainya Jokowi, bahkan bisa saja Jokowi menjadi brand ambassador bagi partai berlambang gajah tersebut.

Menilik ke belakang, Jokowi punya rekam jejak sukses mendongkrak elektabilitas partai politik, yakni PDI-P yang memenangkan Pemilu 2014 dan 2019.

Oleh karena itu, tak heran bila PSI begitu mengharapkan tuah Jokowi sebagaimana yang dirasakan PDI-P pada pemilu-pemilu terdahulu.

Baca juga: Tegaskan PSI Harus Menang Lawan Nasdem, Ahmad Ali: Tidak Ada Persahabatan dalam Politik

"Dua kali pemilu, yakni 2014 dan 2019, Jokowi bersama PDI-P. Tapi di 2024, Jokowi bersama PSI. Jadi, ke depan brand ambassador PSI itu Jokowi. Sepertinya PSI sangat yakin bahwa yang bisa selamatkan PSI hanyalah Jokowi," kata Adi.

"Tinggal diuji apakah di Pemilu 2029 nanti Jokowi masih sakti atau justru sebaliknya. Waktu yang akan menjawab," imbuh dia.

Direktur Eksekutif Trias Politika Strategis, Agung Baskoro, mengatakan, pengaruh 'Jokowi Effect' terhadap PSI akan tergantung pada kinerja Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, anak sulung Jokowi.

"Jokowi effect akan bekerja optimal dengan sendirinya, bila Mas Wapres Gibran bisa menunjukkan kinerja yang luar biasa," ujar Agung.

Agung menilai, secara personal, Jokowi effect memang masih bekerja, meski tidak sebesar tatkala Jokowi masih menjabat sebagai presiden.

Apalagi, sosok Jokowi juga terus diserang bertubi-tubi setelah menanggalkan jabatan presiden.

"Lewat isu ijazah maupun isu lain yang berkelindan dengan Keluarga Solo," ucap Agung.

Oleh karena itu, Agung mendorong PSI untuk mencari jalan lain untuk mendongrak suara, tak bergantung pada bantuan Jokowi semata.

"Melakukan inovasi-inovasi politik atas nama institusi kepartaian, agar ketergantungan atas nama Jokowi effect tak berlebihan," imbuh Agung.

Sementara itu, pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga, meyakini Jokowi bukan lagi magnet untuk mendongkrak suara.

Senada dengan Agung, Jamiluddin menilai banyak isu miring yang menerpa Jokowi sehingga citranya sudah tidak sebaik sebelumnya.

Baca juga: Budi Arie Prediksi PSI Jadi Partai Besar 2034, Ungkap Alasan Akhirnya Memilih Gerindra

"Saat ini Jokowi hanya rakyat biasa yang setiap hari mendapat penilaian negatif dari berbagai lapisan masyarakat. Penyebabnya tentu banyak, namun salah satunya terkait dugaan ijazah palsu dan utang yang ditinggalkannya semasa menjabat," ujar Jamiluddin.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved