Berita Nasional Terkini
PDIP Balik Sindir Ahmad Ali: Rumah Digeledah KPK, Kok Paling Vokal Bela Jokowi?
PDIP menanggapi sindiran Ketua Harian PSI Ahmad Ali soal tokoh senior yang puluhan tahun memimpin partai, yang diduga diarahkan ke Megawati.
Ringkasan Berita:
- PDIP menanggapi sindiran Ketua Harian PSI Ahmad Ali soal tokoh senior yang puluhan tahun memimpin partai, yang diduga diarahkan ke Megawati.
- Guntur Romli menyebut sikap vokal Ahmad Ali membela Jokowi hanyalah strategi bertahan hidup di tengah kasus KPK yang menyeret namanya.
- Hijrahnya Ahmad Ali ke PSI dinilai langkah oportunis untuk mencari panggung baru dan perlindungan politik, bukan loyalitas.
TRIBUNKALTIM.CO - DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menanggapi keras pernyataan Ketua Harian DPP PSI Ahmad Ali yang sebelumnya menyinggung keberadaan mantan presiden berusia lanjut namun masih aktif memimpin sebuah partai politik.
Ucapan itu dipandang publik sebagai sindiran terhadap Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, yang hingga kini masih memimpin partai berlambang banteng tersebut.
Singgungan Ahmad Ali itu guna membela adanya pihak yang tidak setuju kalau Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) masih ikut campur atau cawe-cawe dalam urusan politik dalam hal ini PSI.
Pernyataan itu juga diduga menyasar kepada Megawati Soekarnoputri yang kini masih memimpin Ketua Umum DPP PDIP.
Baca juga: Fraksi PDIP DPRD Kaltim Tekankan Program Pro Rakyat Akibat Pemangkasan Anggaran Pusat
Menanggapi pernyataan itu, Politikus DPP PDIP Guntur Romli menyatakan, sejatinya apa yang dilakukan oleh Ahmad Ali belakangan ini adalah bentuk mencari perlindungan dari perkara hukum yang melibatkannya, di KPK.
"Publik juga belum amnesia, rumah Ahmad Ali digeledah KPK, Rp 3,4 miliar disita, lengkap dengan tas dan jam mewah. Dengan situasi seperti itu, sangat mudah membaca kenapa hari ini ia menjadi pembela Jokowi paling vokal," kata Guntur Romli kepada Tribunnewscom, Senin (24/11/2025).
Romli lantas menduga apa yang dilakukan oleh Ahmad Ali belakangan ini yang dengan keras membela Jokowi adalah sebagai cara bertahan hidup.
Jika memang itu yang dilakukan oleh Ahmad Ali, maka hal tersebut tidak bisa dikatakan sebagai bentuk loyalitas kepada Jokowi, melainkan hanya strategi semata.
"Itu bukan soal loyalitas, melainkan strategi bertahan hidup, mencari ruang yang terasa lebih aman secara politik," ucap Guntur Romli.
Hijrahnya Ahmad Ali dari NasDem ke PSI juga menurut Guntur Romli, mempertegas strategi untuk bertahan hidup tersebut.
Baca juga: PDIP Tanggapi Pernyataan Ahmad Ali Soal Jokowi yang Disebut Dimanfaatkan Mantan Partai
Pasalnya, di NasDem menurut dia, Ahmad Ali sudah kehilangan pengaruh dengan terbukti kalah dalam Pilkada Sulawesi Tengah di 2024 lalu.
"Di PSI ia langsung didudukkan sebagai Ketua Harian, sebuah panggung baru untuk memoles diri sekaligus menyerang siapa pun yang mengkritik Jokowi demi menunjukkan kesetiaannya. Publik pun tertawa kecil, karena ini bukan lompatan ideologis. Ini lompatan oportunis," tandas Romli.
Sebelumnya, Ketua Harian DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Ahmad Ali merasa tidak sepakat apabila ada pihak yang menilai kalau Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) masih ikut campur soal urusan politik atau cawe-cawe usai tidak lagi menjadi Presiden RI.
Kata Ahmad Ali, apa yang dilakukan oleh Jokowi belakangan ini adalah sah-sah saja dilakukan. Sebab di partai lain, masih ada tokoh senior yang juga mantan Presiden justru menjabat sebagai Ketua Umum Partai.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/20251123_Ahmad-Ali-PSI.jpg)