OPINI

Saatnya Sekolah Berani Berbenah di Era IA2024 Versi 2025, Akreditasi Bukan Sekadar Nilai!

Dulu, akreditasi identik dengan berkas tebal, tabel isian, dan rapat maraton menjelang visitasi. Kini, semuanya bergeser.

Editor: Sumarsono
IST
Dr. Linda Fauziyah Ariyani, S.Pd., M.Pd, Asesor BAN-PDM Provinsi Kalimantan Timur/Dosen Universitas Mulia Balikpapan 

Sebaliknya, sekolah swasta yang unggul dalam budaya mutu bisa jadi pilihan utama.

“Sekolah dengan kualitas terbaik akan selalu menjadi rebutan, bahkan banyak orang tua rela antre, meskipun harus merogoh kocek lebih dalam”.

Karena waktu tidak bisa diputar kembali, kesalahan berinvestasi dalam pendidikan bisa berdampak panjang bagi masa depan anak-anak kita.

Peran Kepala Sekolah: Pemimpin Pembelajaran, Bukan Sekadar Administrator

Dalam paradigma baru ini, kepala sekolah dituntut menjadi instructional leader (pemimpin pembelajaran yang mendorong budaya reflektif di sekolah).

Kepala sekolah perlu menumbuhkan kebiasaan guru untuk saling belajar, berbagi praktik baik, dan mendokumentasikan proses pembelajaran yang bermakna.

Supervisi bukan lagi formalitas, melainkan ruang refleksi bersama.

Sekolah yang sehat akan terlihat dari ritme kerjanya: guru belajar bersama, siswa berani bertanya, dan kepala sekolah hadir sebagai mentor, bukan pengawas.

Peran Yayasan: Mutu Harus Jadi Investasi, Bukan Biaya

Yayasan atau pengelola pendidikan swasta juga memegang peran besar.

Instrumen baru menilai seberapa nyata dukungan yayasan terhadap pengembangan guru, sarana, dan sistem mutu.

SPMI (Sistem Penjaminan Mutu Internal) tidak boleh berhenti di laporan tahunan. Ia harus menjadi mesin penggerak perubahan di sekolah.

“Mutu tidak bisa dibangun dalam semalam,”. Sekolah yang berinvestasi pada guru, sarana, dan budaya belajar akan memetik hasil jangka panjang.

Karena pada akhirnya, orang tua mencari sekolah yang bisa memberi masa depan, bukan sekadar ijazah.

Akreditasi Sebagai Cermin, Bukan Momok

Sering kali sekolah merasa gugup saat mendengar kata akreditasi. Padahal, dalam versi terbaru ini, akreditasi justru dimaksudkan sebagai cermin mutu.

Ia membantu sekolah melihat kekuatannya, bukan sekadar menghakimi kelemahannya. Asesor kini datang bukan sebagai pemeriksa, tetapi sebagai mitra refleksi.

Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

Kaltim Bisa Menggugat!

 

Mengapa Rakyat Mudah Marah?

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved