Berita Kaltim Terkini

DP3A Kaltim Dorong Guru BK Jadi Garda Terdepan Cegah Kekerasan Anak di Sekolah

DP3A Kaltim libatkan guru BK sebagai ujung tombak pencegahan kekerasan terhadap anak di sekolah, demi wujudkan lingkungan belajar yang aman

TRIBUNKALTIM.CO/RAYNALDI PASKALIS
CEGAH KEKERASAN ANAK - Kepala DP3A Kaltim, Noryani Sorayalita dorong guru bimbingan konseling (BK) jadi corong untuk mencegah kekerasan pada anak di Kalimantan Timur. (TRIBUNKALTIM.CO/RAYNALDI PASKALIS) 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Pencegahan kekerasan terhadap anak di sekolah menjadi fokus utama Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Provinsi Kalimantan Timur. 

Melalui pendekatan kolaboratif, DP3A Kaltim kini mendorong keterlibatan guru Bimbingan dan Konseling (BK) sebagai corong utama dalam upaya menciptakan lingkungan pendidikan yang aman, nyaman, dan bebas dari kekerasan.

Kepala DP3A Kaltim, Noryani Sorayalita, menegaskan bahwa guru BK memiliki peran penting karena berinteraksi langsung dengan peserta didik dan turut membentuk karakter mereka.

“Nah jadi kami setiap melakukan pembinaan atau sosialisasi itu pasti kami libatkan guru BK, supaya mereka juga menjadi corong juga gitu ya,” ujar Noryani, Jumat (10/10/2025).

Noryani menjelaskan, peran guru BK tidak hanya terbatas pada layanan konseling, tetapi juga sebagai agen edukasi dan deteksi dini terhadap potensi kekerasan di sekolah.

Baca juga: Program Komponen Cadangan Transmigran di Kaltim Terkendala Usia Peserta

Mereka diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada siswa tentang pentingnya menjaga diri, saling menghormati, serta menjauhi perilaku agresif baik secara fisik maupun verbal.

Guru BK juga diharapkan dapat menjadi penghubung antara sekolah dan pihak berwenang jika ditemukan indikasi kekerasan terhadap anak.

Selain itu, Noryani menegaskan pentingnya pembentukan satuan tugas (satgas) di lingkungan sekolah untuk merespons cepat bila terjadi kasus kekerasan, baik terhadap korban maupun pelaku.

“Jadi kalau ada terjadi kasus kekerasan harus ada semacam satgas lah ya, supaya mereka yang akan segera menindaklanjuti, baik terhadap korban maupun pelaku kekerasan tersebut,” jelasnya.

Berdasarkan data aplikasi Simfoni PPA, tren kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kalimantan Timur menunjukkan fluktuasi dalam tiga tahun terakhir.

Baca juga: Bupati Berau Sri Juniarsih Minta Dokter Anak Harus Mengedepankan Pelayanan yang Ramah

Pada 2023 tercatat 1.108 kasus, menurun menjadi 1.002 kasus di 2024, atau berkurang sekitar 106 kasus.

Namun hingga 31 Agustus 2025, jumlah laporan kekerasan masih cukup tinggi, mencapai 916 kasus atau rata-rata 114 kasus per bulan setara dengan 3 hingga 4 kejadian per hari.

Data tersebut menunjukkan bahwa upaya pencegahan kekerasan harus terus diperkuat, terutama di sektor pendidikan yang menjadi tempat pembentukan karakter generasi muda.

Menurut Noryani, sekolah harus menjadi tempat yang aman dan bebas dari kekerasan, baik fisik, psikis, maupun verbal.

“Jadi bagaimana mereka (guru BK) mengedukasi anak-anak didiknya gitu,
supaya melindungi dirinya maupun menjaga jangan sampai melakukan kekerasan" pungkasnya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved