Berita Balikpapan Terkini

General Manager Samekarindo Indah Beberkan Penyebab Lesunya Penjualan Otomotif  

Industri otomotif Indonesia saat ini memang tengah menghadapi masa sulit akibat menurunnya daya beli masyarakat

Penulis: Ardiana | Editor: Samir Paturusi
TribunKaltim.co/Ardiana Kinan
PEJUALAN OTOMOTIF - Ilustrasi unit yang dijual PT Samekarindo Indah. General Manager (GM) PT Samekarindo Indah, Samuel Banurea mengatakan, tahun 2024 menjadi salah satu tahun paling menantang bagi sektor otomotif nasional. (TribunKaltim.co/Ardiana Kinan) 

TRIBUNKALTIM.CO,BALIKPAPAN - General Manager (GM) PT Samekarindo Indah, Samuel Banurea mengatakan, tahun 2024 menjadi salah satu tahun paling menantang bagi sektor otomotif nasional.

Menurutnya, industri otomotif Indonesia saat ini memang tengah menghadapi masa sulit akibat menurunnya daya beli masyarakat.

Terlebih, dengan semakin ketatnya pembiayaan kendaraan.

Tak ayal, kondisi ini berdampak berbagai segmen pasar otomotif, baik mobil penumpang maupun kendaraan komersial. 

Sehingga, lemahnya daya beli masyarakat terlihat dari menurunnya permintaan kendaraan baru dan meningkatnya kehati-hatian lembaga pembiayaan dalam menyalurkan kredit.

"Daya beli masyarakat memang sedang turun drastis. Banyak calon pembeli yang menunda pembelian karena khawatir dengan kondisi ekonomi. Di sisi lain, lembaga pembiayaan besar seperti BCA dan Mandiri mulai lebih selektif memberikan kredit kendaraan," ungkapnya, Senin (3/11/2025). 

Baca juga: PT Samekarindo Indah Pamerkan Suzuki Fronx Lewat IIMS di Balikpapan, Ada Cashback hingga Rp 15 Juta

Selain itu, kondisi ini juga dipicu oleh penurunan harga batu bara dan melambatnya proyek strategis nasional seperti Ibu Kota Nusantara (IKN). 

Termasuk juga, kegiatan perluasan kilang minyak Pertamina/RDMP yang hampir selesai, yang sebelumnya merupakan motor penggerak ekonomi daerah di Kalimantan dan sekitarnya.

Dengan begitu, merek kendaraan yang memiliki pembiayaan internal kuatlah yang mampu bertahan. Bahkan, merek tersebut kerap mendominasi penjualan nasional karena memiliki lembaga pembiayaan yang solid. 

"Ada beberapa, mereka bisa tetap agresif di pasar karena dukungan pembiayaan mereka kuat. Saat perusahaan lain menahan penyaluran kredit, mereka masih tetap membuka pintu," pungkasnya. 

Sementara itu, menurutnya, merek yang tidak memiliki kekuatan finansial kera mengalami tekanan besar. Termasuk, pasar mobil listrik yang diharapkan menjadi masa depan industri. 

Baginya, mobil listrik belum mampu menembus pasar secara luas karena masih dianggap sebagai produk premium oleh masyarakat. 

Sehingga, terjadi pergeseran signifikan dari sisi pola pembelian. Jika sebelumnya 80 persen transaksi dilakukan melalui kredit, maka saat ini transaksi 70 persen didominasi tunai. Sedangkan 30 persen sisanya merupakan kredit. 

Meski begitu, segmen kendaraan komersial nyatanya masih menunjukkan ketahanan relatif. 

Baca juga: Berbagi Kebaikan Ramadan, PT Samekarindo Indah Balikpapan Ajak 2 Panti Asuhan Buka Bersama

Penjualan pick-up tetap stabil, terutama untuk mendukung aktivitas usaha kecil dan menengah. Sedangkan truk masih diminati oleh sektor tambang dan perkebunan sawit, meski harus menunggu waktu indeen yang cukup lama.

"Pasar memang melemah, tapi kami masih melihat peluang di kendaraan niaga karena sektor usaha tetap membutuhkan mobilitas. Fokus kami sekarang adalah efisiensi dan pelayanan purna jual," pungkasnya. (*)

 

 

 

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved