Peristiwa November Balikpapan

Sejarah Kaltim, Jejak Perlawanan Rakyat di Balikpapan, 3 Momen Penting di Bulan November

Sejarah Kaltim, jejak perlawanan rakyat di Balikpapan, ada 3 momen penting di bulan November tahun 1945

Penulis: Tribun Kaltim | Editor: Amalia Husnul A
Sejarah Kaltim, Jejak Perlawanan Rakyat di Balikpapan, 3 Momen Penting di Bulan November - enak-nih.jpg
Dok Tribunkaltim.co/HO Komunitas Balikpapan Tempoe Doloe
PERISTIWA NOVEMBER BALIKPAPAN - Tugu Peringatan Demonstrasi 13 November 1945 yang di dalam halaman Balai Gembira, Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), Senin (20/1/2020) pagi. Kini, prasasti yang berisikan nama-nama pejuang yang mengikuti demonstrasi 13 November 1945 ini sudah dipindahkan ke Rumah Dahor. (Dok Tribunkaltim.co/HO Komunitas Balikpapan Tempoe Doloe)
Sejarah Kaltim, Jejak Perlawanan Rakyat di Balikpapan, 3 Momen Penting di Bulan November - 20251116_sejarah-November-1945-di-Balikpapan_nama-pejuang-yang-demonstrasi-di-Lapangan-Karang-Anyar.jpg
TribunKaltim.co/Ary Nindita Intan RS
PERISTIWA NOVEMBER BALIKPAPAN - Prasasti Tugu Peringatan Demonstrasi 13 November 1945 di Balikpapan bertuliskan nama-nama para pejuang kini berada di Rumah Dahor, cagar budaya di Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Tampak sejumlah nama para pejuang yang ikut dalam demonstrasi 13 November 1945 di Lapangan Karang Anyar. (TribunKaltim.co/Ary Nindita Intan RS)

‎“Pemuda Balikpapan baru mengetahui bahwa Indonesia sudah merdeka beberapa bulan sebelumnya.

Berbagai kabar perjuangan dari Jawa ikut membakar semangat mereka,” ujar sejarawan Herry Trunajaya, penulis buku Balikpapan 13 November 1945.

Herry menyebutnya sebagai demonstrasi terbesar pertama di Balikpapan pasca-kemerdekaan.

‎Dalam aksi demonstrasi di Lapangan Karang Anyar ini, tokoh Komite Indonesia Merdeka (KIM) seperti Abdul Moethalib, Husein Yusuf, dan M. Yahya berupaya menyampaikan orasi.

Namun setiap kali mereka mulai bicara, tentara Belanda menurunkan mereka dan membawa mereka ke markas NICA.

Rakyat bertekad mengibarkan bendera Merah Putih dalam aksi massa tersebut. 

“Mereka mengibarkan Bendera Merah Putih sebagai tanda bahwa Balikpapan adalah bagian dari Republik Indonesia yang baru saja Merdeka pada 17 Agustus 1945,” ujar Rudi.

Dalam artian, pengibaran bendera ini menjadi penegasan bahwa rakyat Balikpapan menolak kembali berada di bawah kekuasaan Belanda atau Jepang.

Sayangnya, gelaran demonstrasi ini tak berjalan mulus.

Bendera Merah Putih gagal berkibar di Kota Minyak, sebab pemimpin aksi demonstran yakni Abdul Moethalib sebagai Tokoh Komite Indonesia Merdeka (KIM) Balikpapan ditangkap Belanda.

‎Upaya pengibaran Merah Putih pun gagal dilaksanakan.

‎Bendera Merah Putih yang dibawa seorang pemuda bernama Abdul Gani tersebut sempat disembunyikan di kantor Veteran yang awalnya di Gunung Malang dan dipindahkan ke Jalan Dondang.

Namun menurut Herry jejaknya hilang.

Sejak 2010, ia sudah mencoba menyusuri keberadaan bendera tersebut ketika mulai menyusun membuat buku Balikpapan 13 November 1945.

14 November 1945: Lima Tuntutan KIM kepada Belanda

‎Sehari setelah aksi massa, perundingan digelar antara KIM dan pihak Belanda di kantor Netherlands Indies Civil Administration (NICA) di Kampung Baru.

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved