Peristiwa November Balikpapan

Sejarah Kaltim, Perlawanan Rakyat 18 November 1945 di Balikpapan, di Balik Pemberontakan yang Gagal

Sejarah Kaltim, perlawanan rakyat 18 November 1945 di Balikpapan, kisah di balik pemberontakan yang gagal.

|
Penulis: Tribun Kaltim | Editor: Amalia Husnul A
TribunKaltim.co/Ary Nindita Intan RS
PERISTIWA NOVEMBER BALIKPAPAN - Prasasti Tugu Peringatan Demonstrasi 13 November 1945 di Balikpapan bertuliskan nama-nama para pejuang kini berada di Rumah Dahor, cagar budaya di Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Tampak sejumlah nama para pejuang yang ikut dalam demonstrasi 13 November 1945 di Lapangan Karang Anyar. Sejarah Kaltim, perlawanan rakyat 18 November 1945 di Balikpapan, kisah di balik pemberontakan yang gagal . (TribunKaltim.co/Ary Nindita Intan RS). 
Ringkasan Berita:
  • Hari ini, 18 November delapan puluh tahun lalu terjadi pemberontakan rakyat yang menjadi catatan sejarah perlawanan rakyat di Balikpapan
  • Peristiwa 18 November 1945 ini menjadi bagian dari tiga peristiwa penting di Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim)
  • Di balik kisah pemberontakan yang gagal pada 18 November 1945 menyimpan cerita perlawanan rakyat memperjuangkan kemerdekaannya
  • Balikpapan yang dikenal karena kekayaan minyaknya telah menjadi rebutan dunia sejak dulu

 

TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Hari ini, 18 November delapan puluh tahun yang lalu tercatat satu kisah perlawanan rakyat di Balikpapan yang menjadi bagian dari sejarah Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).

Kota Balikpapan yang merupakan kota terbesar kedua di Kaltim mencatatkan sejarah perlawanan rakyat salah satunya yang terjadi 18 November 1945.

Pemberontakan rakyat terhadap kolonialisme Belanda yang terjadi 18 November 1945 menjadi bagian dari tiga peristiwa November 1945 di Balikpapan.

Bermula dari Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 2025 yang baru sampai kabarnya di Balikpapan.

Baca juga: Mengenang 3 Peristiwa Heroik Bulan November di Balikpapan, Merah Putih Disembunyikan di Balik Baju

Dari aksi massa di Lapangan Karang Anyar pada 13 November 1945 dilanjutkan dengan perundingan antara tokoh-tokoh Komite Indonesia Merdeka (KIM) dengan Belanda di kantor Netherlands Indies Civil Administration (NICA) di Kampung Baru pada 14 November 1945, akhirnya meletuslah pemberontakan rakyat 18 November 1945.

Di kantor LVRI Balikpapan, Max Lumintang, salah satu veteran operasi Dwikora, kembali menghidupkan cerita yang diwariskan orang-orang tua di tengah gelora kemerdekaan.

“Orang tua kami itu sangat senang mendengar kabar Indonesia merdeka,” kenang Max Lumintang,  Ketua Cabang LVRI Kota Balikpapan saat ditemui Tribun Kaltim.co, Senin (17/11/2025).

Pagi itu, 13 November 1945, Lapangan Buruh Minyak Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) Karang Anyar berubah menjadi lautan manusia.

Dari lima pintu masuk kompleks, ribuan warga Balikpapan, Kalimantan Timur bergerak seperti arus tak terbendung, membawa teriakan merdeka dan bendera yang disembunyikan di balik baju.

Debu jalan terbang setiap kali rombongan baru tiba, dan di tengah hiruk-pikuk itu, para pemuda naik ke panggung darurat sebelum ditarik paksa oleh tentara Belanda menandai awal dari hari paling tegang dalam sejarah perlawanan Balikpapan.

Delapan puluh tahun telah berlalu, namun gema perjuangan rakyat Balikpapan pada November 1945 tetap hidup dalam ingatan warganya.

Empat hari setelah aksi besar 13 November dan perundingan 14 November 1945, Balikpapan kembali memanas. 

Pada 18 November 1945, KIM melancarkan aksi penyerangan umum terhadap tentara NICA Belanda.

‎Aksi yang dipimpin Abdul Moethalib itu dimulai tepat tengah malam.

Tanda dimulainya pemberontakan adalah tiga tembakan pistol ke udara.

‎Target utama mereka adalah sentral listrik di Jalan Asrama Bukit (Askit), kini berada di Jalan Riko, Kampung Baru.

Rencananya, KIM akan memadamkan listrik sebagai sinyal serangan lanjutan.

‎Namun seluruh granat yang dilempar pemuda gagal merusak fasilitas listrik.

Balikpapan tetap terang hingga pagi, membuat rencana aksi lanjutan tidak dapat dieksekusi.

‎“Setelah granat tidak berhasil memutus listrik, pemberontakan praktis gagal.

Setelah itulah Abdul Muthalib semakin diburu,” jelas sejarawan Herry Trunajaya, penulis buku Balikpapan 13 November 1945 kepada Tribunkaltim.Co, Sabtu (15/11/2025). 

Hilangnya Sosok Abdul Muthalib

‎Hingga hari ini, sosok Abdul Moethalib tetap misterius.

Tidak ada satu pun arsip pemerintah, keluarga, maupun foto dokumentasinya yang dapat ditemukan.

‎“Bahkan selembar foto pun tak ada. Ia diduga bukan orang asli Balikpapan. Kemungkinan dari Palembang,” kata Herry.

‎Ia dikenal cerdas, fasih bahasa Belanda, Jepang, dan Inggris, serta dihormati para pemuda.

Namun setelah 18 November 1945, ia diungsikan bersama istrinya dan tidak ada kabar lagi tentang keberadaannya.

Kendati sosoknya tidak diketahui jejaknya, nama Abdul Muthalib tetap tercatat dalam prasasti sejarah November 1945 di Balikpapan.

Nama Abdul Muthalib dan para pejuang lainnya diabadikan dalam sebuah prasasti yang dikenal dengan Tugu Pahlawan atau Tugu Peristiwa Demonstrasi Rakyat Balikpapan yang pernah berdiri di kawasan kompleks Pertamina, Karang Anyar.

“Kini, prasasti itu dipindahkan di Rumah Cagar Budaya Dahor, menjadi bagian perjalanan sejarah di Kota Balikpapan,” katanya.

Sejarah Balikpapan, Kota Rebutan Dunia

Balikpapan kerap terkenal dengan sebutan kota minyak. Karena sejarahnya yang sangat lekat dengan industri dan produksi minyak bumi. 

Namun, kota Balikpapan nyatanya memiliki peran strategis dalam sejarah nasional sebagai salah satu kota yang jadi rebutan dunia. 

Akademisi Sekaligus Dosen Program Studi Sejarah Universitas Mulawarman (Unmul) Samarinda, Sainal A mengatakan, Balikpapan memiliki peran vital sejak awal abad ke-20.

Terutama terkait dengan perebutan sumber daya minyak oleh kekuatan kolonial dan negara-negara besar dalam Perang Dunia II.

"Balikpapan itu sebenarnya sudah cukup dikenal masyarakat dunia, di awal abad 20 dalam perang dunia.

Kaitannya dengan sumber daya alam yang ada, terutama minyak yang sangat dibutuhkan terutama di perang dunia kedua sekitar tahun 1942 hingga 1945," jelasnya, Minggu (16/11/2025).

Menurutnya, posisi Balikpapan sebagai salah satu kota yang memproduksi minyak tersebut membuat kota tersebut menjadi incaran dunia, termasuk Belanda dan Jepang. 

Terlebih, saat itu, sumber daya alam seperti minyak sangat dibutuhkan dalam perang dunia dua untuk persenjataan maupun perkapalan.

"Makanya kota Balikpapan menjadi penting. Bahkan negara yang terlibat dalam perang dunia kedua ini mereka masing-masing membutuhkan minyak untuk mesin perangnya. Sehingga Balikpapan cukup menjadi rebutan," ungkapnya.

Meski begitu, tokoh-tokoh masyarakat dan para pejuang yang tergabung dalam Badan Pembela Republik Indonesia (BPRI) berhasil mengusir penjajah dan memastikan Balikpapan tetap dalam NKRI.

Dengan begitu, kota Beriman memiliki peran penting dalam sejarah nasional Indonesia. 

Namun sayangnya, sejarah ini tak begitu 'menggema' di tengah masyarakat.

Bahkan, terbilang jauh tertinggal dibanding sejarah kota lain di pulau jawa. 

Sebab menurut Sainal, rasa minder akan narasi sejarah yang dianggap tak cukup penting menjadi alasan cerita ini tak banyak dibahas dan diangkat ke level nasional.

Padahal, menurutnya, Balikpapan bukan hanya pintu minyak, melainkan juga pintu strategi pertahanan yang terhubung dalam rute perang. 

"Strategi serangan-serangan udara ataupun serangan laut itu dikontrol melalui Balikpapan dan Pontianak. Makanya posisinya penting," tuturnya. 

Terlebih, kata dia, tak banyak pula akademisi ataupun tokoh-tokoh tertentu yang membahas sejarah kota Balikpapan lebih mendalam dan mengangkatnya ke level nasional. 

Hal ini juga terjadi seiring dengan sedikitnya minat anak muda Balikpapan dalam mempelajari serta menelusuri sejarah kota tercintanya. 

Termasuk juga, mempublikasikannya ke publik dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. 

"Jadi karena mindernya orang-orang Kaltim untuk mengangkat sejarahnya ke level nasionalnya, juga kurang banyak diskusi tentang itu sehingga itu belum terlalu 'terdengar',

Komitmen Bangun Cagar Budaya

Wakil Wali Kota Balikpapan, Bagus Susetyo, menegaskan pentingnya pelestarian sejarah lokal sebagai bagian dari pendidikan generasi muda.

Keberadaan Kota Balikpapan tidak dapat dilepaskan dari era kolonial, khususnya sejak ditemukannya Sumur Mathilda yang menjadi titik awal perkembangan kawasan ini.

Bagus Susetyo mengatakan, momentum tersebut bersinggungan erat dengan masuknya kolonial Belanda dan kemudian Sekutu ke Kalimantan melalui Balikpapan.

Karena itu, sejarah lahirnya kota perlu dinarasikan ulang secara lebih utuh, terutama bagi anak cucu dan generasi penerus.

“Sebenarnya kita ingin membuat Cagar Budaya di Kota Balikpapan supaya generasi penerus paham perjuangan kota ini dan mengenang para pahlawan,” ujar Bagus.

Ia menyampaikan, beberapa waktu lalu Kodam sempat menyerahkan informasi mengenai pahlawan yang gugur dalam perlawanan terhadap Belanda ketika masuk ke Balikpapan.

Data tersebut disebut sangat penting untuk diangkat kembali dan disosialisasikan.

“Kita harus Jasmerah, jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Generasi muda perlu mengetahui heroiknya para pahlawan yang mempertahankan kemerdekaan,” tegasnya.

Bagus menjelaskan, sejumlah arsip sejarah Balikpapan tersimpan di Perpustakaan Daerah. Di sisi lain, banyak lokasi bersejarah yang masih ada hingga kini, seperti Goa Jepang di kompleks Pertamina. 

Ke depan, Pemkot berencana mengusulkan program pengembangan cagar budaya jika kondisi anggaran kembali stabil.

“Kalau keuangan sudah normal, akan ada program yang kita usulkan, mulai dari pembangunan tugu hingga kawasan cagar budaya,” katanya.

Sebagai kota jasa, Pemkot juga berencana memperbanyak destinasi wisata sejarah untuk memperkaya pilihan wisatawan.

Terkait perhatian kepada veteran, Bagus memastikan Pemkot tetap memberikan dukungan, terutama bagi veteran disabilitas.

Pada peringatan Hari Pahlawan, Pemkot Balikpapan menyerahkan bantuan langsung. Selain itu, veteran juga menerima layanan BPJS Kesehatan gratis.

“Kita terus pikirkan bagaimana lansia dan veteran mendapat perhatian, termasuk bantuan jasa. Selama ini pemerintah sudah memberikan layanan kesehatan gratis melalui BPJS Kesehatan,” ujarnya.

Baca juga: Sejarah Kaltim, Jejak Perlawanan Rakyat di Balikpapan, 3 Momen Penting di Bulan November

(TribunKaltim.co/Dwi Ardianto/Ary Nindita Intan RS/Zainul/Siti Zubaidah)

Ikuti berita populer lainnya di saluran berikut: Channel WA, Facebook, X (Twitter), YouTube, Threads, Telegram

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved