News Analysis
Jangan Hanya Pelaku, Tindak juga Pemakai Jasa Prostitusi Pelajar
Orangtua lebih banyak mencari mudahnya saja dalam mendidik anak. Perkembangan teknologi juga ikut menyumbang berubahnya perilaku anak muda.
Dwita Salverry S Psi MM
Psikolog
UNTUK mengetahui latar belakang pelaku prostitusi perlu dilakukan wawancara secara mendalam. Terlebih melihat fenomena prostitusi yang melibatkan pelajar saat ini tidak dilatarbelakangi masalah ekonomi, tetapi faktor lingkungan yang cenderung instan dan hedonisme.
Orangtua lebih banyak mencari mudahnya saja dalam mendidik anak. Perkembangan teknologi juga ikut menyumbang berubahnya perilaku anak muda.
Mudahnya mengakses internet mendapat berbagai macam informasi tanpa tersaring, tayangan televisi menampilkan acara yang tak layak ditonton untuk usia anak.
BACA JUGA: Waduh. . . Pelanggan Prostitusi Pelajar Ternyata Ada Oknum Polisi dan Anggota Dewan
Perilaku selebritis dan pejabat yang seharusnya menjadi role model atau contoh menampilkan perilaku yang tak patut sehingga hal tersebut saling mendukung. Fenomena saat ini akumulasi dan tinggal menunggu waktu saja muncul ke permukaan.
Diharapkan peran orangtua sangat dibutuhkan dalam memberikan pondasi karakter, iman dan mental bagi anak sehingga dapat menangkal perilaku negatif. Orangtua sudah waktunya terbuka mengikuti perubahan zaman seperti memberikan pendidikan seks dini pada anak.
Poin penting harus menjadi tempat paling nyaman dan aman sehingga apapun yang didapat anak di lingkungan di luar rumah akan dikomunikasikan kepada orangtua.
Baca: Pelajar Ini Mengaku, Awalnya Main Sama Pacar, setelah Itu Cari Uang
Membangun komunikasi dengan baik akan memberikan nilai orangtua di mata anak sehingga perkataan orang tua bisa langsung meresap dalam karakter.
Orangtua harus menjadi contoh, masih banyak yang hanya bisa berkata tetapi perilaku bertolak belakang tersebut bisa menurunkan nilai di mata anak dan puncaknya anak tak mendengar nasihat. Mereka akan mencari pelarian pada orang lain yang belum tentu bernilai positif.
Prostitusi pelajar atau anak di bawah umur tak lepas dengan hukum ekonomi dimana ada permintaan di situ ada persediaan. Fenomena ini tak lepas dari perilaku yang bisa dikatakan penyakit orang dewasa. Mereka memiliki kekuatan ekonomi sehingga mencari kesenangan yang salah.
Mereka tak sadar di usia dewasa tentunya yang sudah menjadi orangtua seharusnya memberikan contoh baik, bukan malah ikut menyumbang kerusakan mental para generasi muda.
Sebagai efek jera seharusnya aparat penegak hukum tidak hanya menindak pelakunya tetapi juga pengguna dari jasa prostitusi anak di bawah umur.
Mereka memiliki penyakit yang sudah selayaknya disembuhkan salah satu caranya dibuka identitasnya ke publik sebagai efek jera. (*)