Pendidikan

Di Sekolah Internasional Ini, Guru Dilarang Terima Hadiah

Menanggapi tingginya biaya pendidikan di sejumlah sekolah internasional, Kepala SD Islamic Global School (SD IGS) Wilda menilai hal tersebut relatif.

Penulis: tribunkaltim |
TRIBUN KALTIM/CORNEL DIMAS
Murid-murid belajar di Raffles International School, Balikpapan, Kalimantan Timur. 

Apabila ada yang melanggar, lanjut Sugianto, pihaknya tak segan langsung memecat guru tersebut.

Tidak Mahal
Nancy, orangtua salah satu murid di Raffles International School mengaku kaget melihat perkembangan putrinya.

"Saya nggak menyangka, kaget juga setelah diberitahu gurunya kalau anak saya juara 1 lomba pidato bahasa Inggris. Padahal dulu anak saya itu manja. Apalagi baru 4 tahun dia sudah lancar berpidato, makanya saya terharu sekaligus bangga," ungkapnya, saat dijumpai di sekolah tersebut, Jalan MT Haryono Balikpapan, Senin (25/5/2015.

Menurutnya, sistem pembelajaran yang diterapkan seperti presentasi dan diskusi siswa, membuatnya merasakan dampak positif perkembangan putrinya. Nancy menilai bahasa Inggris penting untuk pendidikan anaknya di masa depan.

Nancy menganggap biaya pendidikan di Raffles tidak terlalu mahal. "Terkesan mahal itu karena kita bayar di muka, bayar bukunya juga. Padahal kalau dikalkulasikan, kurang lebih sama aja dengan sekolah lokal," katanya.

Baca: Luar Biasa, Masuk ke Sekolah Dasar Ini Orangtua Rogoh Kocek Rp 1 Miliar

Meski berlabel Internasional, siswa Raffles didominasi pribumi. Begitupun pengajarnya, hanya beberapa dari luar negeri. Direktur Raffles Independent School, Sri Erniati mengatakan sekolahnya bukan untuk warga asing, melainkan anak Indonesia.

Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kaltim Musyahrim menilai kualitas sekolah negeri di Kaltim sudah berstandar internasional. Ini dibuktikan dengan banyaknya pelajar Kaltim yang memeroleh prestasi tingkat internasional.

"Loh jangan salah, pelajar SMA Negeri di Berau Juara ASEAN, ada juga pelajar SMA Negeri 10 kita juara di Jepang. Apa prestasi ini dianggap standar lokal?" kata Musyahrim.

Dia pun mengaku menyekolahkan anak dan cucunya di sekolah dengan tarif normal. Sekolah negeri ataupun swasta, kata dia, berhak menerima Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Namun, beberapa sekolah swasta menolak menerima dengan alasan tidak ingin terikat ke pemerintah. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved