Tragedi Kemanusiaan Rohingya

Pembenci Rohingya, Dalang Gerakan Anti-Islam di Myanmar, Ini 6 Fakta Mengerikan Biksu Ashin Wirathu

Nama tersebut kembali menjadi sorotan publik menyusul tragedi genosida etnis Rohingya yang kembali mencuat ke permukaan.

Editor: Amalia Husnul A
theguardian
Ashin Wirathu 

TRIBUNKALTIM.CO - Tragedi pembantaian dan pengusiran etnis Rohingya dari Myanmar mengingatkan publik dengan satu nama.

Ya, nama tersebut adalah Ashin Wirathu, Biksu Buddha yang disebut sebagai penggerak kaum Buddha di Myanmar untuk menyerang Rohingya.

Nama tersebut kembali menjadi sorotan publik menyusul tragedi genosida etnis Rohingya yang kembali mencuat ke permukaan.

Ashin Wirathu adalah pimpinan kelompok kontroversial 969.

Sebelumnya, dia pernah dipenjara karena dianggap memicu permusuhan keagamaan.

Baca: Kebiasaan Tidur Pakai Softlens Bikin Model Asal Samarinda Ini Buta, Begini Nasibnya Sekarang. . .

Baca: 5 Cara Cepat Hilangkan Cupang Bekas Kecupan Pasangan, Bisa Pakai Uang Lho

Baca: Akun Instagram Dibajak, Wali Kota Rizal Effendi Minta Maaf, Begini Unggahan Terbarunya!

Kelompok 969 menolak perluasan Islam di Myanmar.

Berikut fakta-fakta mengerikan tentang Ashin Wirathu:

1. Dicap majalah TIME sebagai 'The Face of Buddhist Terror'

Wirathu disebut dalam majalah TIME sebagai tokoh paling kontroversial.

Di balik jubah biksunya, dia mendapat cap provokator yang benci pada kaum muslim dan mulai khawatir atas perkembangan agama samawi ini di tanah Myanmar.

Baca: 5 Wanita di Balik Kesuksesan Bos Besar TV Swasta Indonesia, Nomor 3 Anak Pengusaha Kalimantan

Baca: Akses Jalan dari Tanjung Palas ke Tanjung Selor Dihiasi Lubang-lubang Besar

Baca: Wiwid Pebrianti Seorang Murid SD Tenggelam di Kolam Renang Saturiah Park

Kelompok 969 rajin menyebar rumor soal biadabnya kaum muslim dan tuduhan menyesatkan ini.

Atas kelakukannya, Wirathu dilabeli banyak media sebagai 'Buddhist Bin Laden'.

Bahkan, TIME juga menulis Wirathu sebagai 'The Face of Buddhist Terror' atau Wajah Teror Buddha.

Ashin Wirathu
Ashin Wirathu (vimeo.com)

Dalam majalah tersebut, dibeberkan bagaimana biksu militan yang dipimpin Wirathu mendalangi aksi kejahatan anti-Islam di Asia.

2. Anggap umat Muslim di Myanmar sebagai ancaman serius bagi kaum Buddha

Wirathu sempat mengatakan bahwa kaum Buddha tengah dalam ancaman bahaya.

Seperti dikutip The Economist, Wirathu mengatakan berabad-abad silam, Indonesia merupakan negara Hindu dan Buddha, sebelum jatuh ke tangan Islam.

Wirathu juga menilai Filipina juga sedang bertarung melawan jihadis.

Dia memperingatkan selanjutnya adalah Myanmar.

Baca: 138 Pangkalan BBM akan Didata Ulang

Baca: VIDEO EKSKLUSIF – Perusda Melirik Bisnis lain

Baca: Belum Sempat Dipotong Empat Sapi Kurban Hilang

3. Terlibat di gerakan nasionalis anti-Muslim 969

Kelompok bernama SKUAD 969 dibentuk untuk melancarkan serangan-serangan pada kaum muslim, termasuk benda-benda kepemilikan mereka.

Bayangkan, puluhan masjid sudah menjadi puing di tangan SKUAD 969.

SKUAD 969 mengacu pada sembilan atribut Buddha, enam ajaran dasar, dan sembilan perintah monastik berkaitan dengan spiritual untuk tingkatan mencapai nirwana.

Salah satu tugas mereka menghancurkan kekuatan asing yang ingin membinasakan Buddhisme dan kekuatan asing itu Islam.

Baca: Bayi Arsyil Zafarino Akhirnya Meninggal Dunia

Baca: Walah, Ternyata Si ABG Nekat Curi Timbangan untuk Agenda Tak Terpuji Ini

Baca: Astaga! Wanita Muda Digilir 6 Pria di Dalam Bus, Fakta Lainnya Bikin Mengurut Dada

Kelompok ini bergerak progresif menyerukan warga Buddha agar melakukan jual beli sesama saudara seiman.

Mereka juga menandai setiap toko milik umat Buddha dengan stiker.

SKUAD 969 berdalih mereka melindungi budaya dan identitas Burma yang identik dengan Buddha.

4. Salah satu penggagas Ma Ba Tha, organisasi ekstrimis Buddha Myanmar bentukan dari gerakan 969

Organisasi Ma Ba Tha resmi didirikan secara resmi didirikan pada sebuah konferensi besar para biksu Buddha di Mandalay.

Misinya: membela Buddhisme Theravada di Burma.

Baca: Menlu Rento Marsudi Berangkat ke Myanmar, Bicarakan Masalah Rohingya

Baca: AMPI Kecam Konflik Berdarah di Myanmar, Fadly: PBB Harus Bertindak, Cabut juga Nobel Suu Kyi

Baca: Tentara Myanmar Tembaki Warga Rohingya Bertubi-tubi, Anak dan Balita Tewas Bergelimpangan

Ma Ba Tha telah terbentuk sebagai tanggapan atas larangan Komite Sangha Maha Nayaka dari lambang '969' untuk kepentingan politik.

Organisasi ini dipimpin oleh sebuah komite pusat yang terdiri dari 52 anggota, termasuk biarawan sarjana senior dan biksu nasionalis.
Ashin Wirathu adalah anggota Ma Ba Tha yang menonjol dan digambarkan sebagai 'pemimpin kelompok paling ekstrem' kelompok tersebut.
Ma Ba Tha memiliki jaringan yang luas di tingkat negara bagian dan kota di Burma.
5. Bersuka cita ketika mendengar kabar dibunuhnya seorang pengacara dan aktivis muslim, Ko Ni

Baca: Alami Keguguran, Wanita Ini Memaknainya dengan Bersyukur, Curhatannya Bikin Netizen Terharu

Baca: Euforia Dapat Kiriman Duit 13 Miliar, Gadis Ini Langsung Foya-foya, Fakta Sebenarnya Menyakitkan

Baca: Tunjangan Transportasi Tidak untuk Pimpinan DPRD

Ko Ni, pengacara dan aktivis hak asasi manusia yang lantang membantu etnis Rohingya ditembak mati di Bandar Udara Internasional Yangon.
Saat itu, Ko Ni baru saja pulang menghadiri workshop di Indonesia.
Kesedihan menimpa sejumlah pemuka agama Buddha di Myanmar pada pemakaman Ko Ni.
Tapi tidak dengan Wiranthu yang justru gembira mendengar kematian Ko Ni akibat dibunuh.
Seperti diberitakan The Irrawady.com, Wirathu berterima kasih kepada sang pembunuh, namun mengucapkan bersimpati kepada keluarga Ko Ni.
Ucapan tersebut dilontarkan Wirathu melalui akun jejaring sosial Facebook miliknya.
Wirathu juga mengancam siapa saja yang menentang draft tentang Protection of Religion and Race, seperti Ko Ni.
Akibat insiden ini, Wirathu dijatuhi sanksi 1 tahun dilarang ceramah di muka umum oleh pemerintah Myanmar.
Etnis mayoritas Buddhis di Rakhine, Myanmar, telah lama menuduh PBB dan badan-badan bantuan lainnya memihak kelompok minoritas Muslim Rohingya.
Etnis mayoritas Buddhis di Rakhine, Myanmar, telah lama menuduh PBB dan badan-badan bantuan lainnya memihak kelompok minoritas Muslim Rohingya. ((EPA))
6. Menyamakan dirinya dengan Donald Trump
Dijauhi pemerintah Myanmar, Wirathu merasa sikapnya divalidasi oleh warga AS yang memilih Donald Trump menjadi presiden.
Dia menarik persamaan antara pandangannya mengenai Islam dengan pandangan presiden terpilih dari Partai Republik itu.
Kampanye Trump dipenuhi retorika dan proposal anti-Muslim yang termasuk pelarangan Muslim memasuki negara dan meningkatkan pengawasan terhadap masjid-masjid.
Bentuk nyata kebijakan-kebijakannya masih belum jelas.
"Kita dipersalahkan oleh dunia, tapi kita hanya melindungi rakyat dan negara kita," ujar Wirathu seperti dikutip VOA.
"...Dunia menyebut kita picik.

Baca: Mustaqim Mengaku tak Punya Medsos, Cuma Ingatkan Awas Berita Hoax

Baca: Terjebak 2 Hari di Toko karena Badai Besar, Para Pembuat Roti Lakukan Hal Ini untuk Orang di Luar

Baca: Bangkok Post Nobatkan SEA Games 2017 Sebagai SEA Cheating, Ini Daftar Kontroversinya

Tapi karena orang-orang dari negara yang merupakan kakek demokrasi dan hak asasi manusia memilih Donald Trump, yang serupa dengan saya dalam memprioritaskan nasionalisme, komunitas internasional tidak akan begitu menyalahkan."
Ia bahkan mengemukakan ide untuk bekerjasama dengan kelompok-kelompok nasionalis di AS.
"Di Amerika, akan ada organisasi-organisasi seperti kita yang melindungi diri dari bahaya Islamisasi.
Organisasi-organisasi itu dapat mendatangi organisasi-organisasi di Myanmar untuk mendapatkan saran atau untuk berdiskusi," ujarnya dalam wawancara di biaranya di Mandalay pada 12 November.
"Myanmar tidak begitu perlu mendapat saran dari negara lain. Tapi mereka bisa mendapat ide dari Myanmar." (*)
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved