Pengungsi Rohingya ke Banglades
Beginilah 4 Kesaksian Wartawan BBC Terhadap Etnis Rohingya, Desa-desa Dibumihanguskan
Dari pemberitaan terakhir sebanyak 313.000 orang dari warga etnis minoritas Rohingya di Rakhine, Myanmar telah melarikan diri ke Banglades
4. Kejadian tak Terduga Terjadi
Dalam perjalanan pulang dari Alel Than Kyaw, sesuatu yang sama sekali tidak direncanakan terjadi.
Di sebuah desa yang letaknya tepat di pinggir jalan, asap hitam membumbung dari balik pepohonan, di tepi sawah. Kebakaran itu baru saja dimulai.
Jonathan dan rekan-rekannya berteriak kepada polisi pengawal untuk menghentikan mobil dan langsung berlari menuju desa itu.
Pengawas kebingungan dan menyatakan tidak aman masuk ke desa, tetapi Jonthan dan rekan-rekannya tak peduli dan pergi mendahului mereka.
Terdengar suara benda terbakar dan gemeretak di mana-mana. Pakaian perempuan, yang jelas-jelas Muslim, bertebaran di jalan berlumpur.
Ada pemuda-pemuda berbadan kekar, memegang pedang dan parang, berdiri di jalan setapak, bingung melihat 18 wartawan berkeringat bergegas menuju mereka.
Mereka mencoba menghindar dari kamera, dan dua dari mereka berlari memasuki desa, menginstruksikan orang-orang trakhir mereka untuk segera keluar dengan tergesa-gesa.
Salah satu rekan Jonathan berhasil melakukan percakapan singkat. Betapa terkejut mendengar pengakuan pemuda tersebut.
Mereka mengaku bahwa mereka adalah kelompok Buddha Rakhine.

Saat pewarta masuk, jelas terlihat atap sebuah madrasah yang baru saja dibakar. Buku sekolah dengan aksara Arab dikeluarkan. Jeriken plastik kosong, berbau bensin, tertinggal di jalan setapak.
Desa itu bernama Gawdu Thar Ya. Itu adalah desa Muslim. Tidak ada tanda-tanda penghuninya. Pemuda-pemuda Rakhine yang telah membakar desa itu bergegas keluar, melewati para polisi yang mengawal Jonathan dan rekan-rekannya, beberapa membawa barang-barang rumah tangga yang telah dijarah.
Pembakaran itu terjadi di dekat sejumlah barak polisi yang besar. Tidak ada yang melakukan tindakan apa pun untuk menghentikan semua itu.
Tentu saja kesaksian Jonathan ini merupakan sebuah bukti bahwa krisis kemanusiaan terhadap warga etnis Rohingya benar-benar mengerikan.(*)