Stephen Hawking Tutup Usia
Enam Prediksi Stephen Hawking yang Terdengar Gila, Termasuk Pengganti Manusia sebagai Penguasa Bumi
Ada prediksi yang baik, namun ada juga prediksi yang menakutkan. Nah, biar Anda tidak penasaran, inilah beberapa prediksi gila dari Stephen Hawking
Baca: Di Sidang Dana Hibah, Ketua LPK Prima Jaya Utama Akui Lakukan Mark Up
Baca: Gara-gara Ini, Terdakwa Dana Hibah Sumpahi Staf Ketua DPRD Kaltim
Ahli fisika itu memperingatkan bahwa jika manusia tidak menjadi spesies multi-planet dan menetap di dunia lain, spesies kita bisa mati dalam abad berikutnya.
Hawking pertama kali mengusulkan prediksi suram ini pada tahun 2016, namun menengoknya lagi tahun ini dengan fakta pendukung mengapa dia yakin prediksi tersebut benar-benar dapat terwujud.
"Meskipun kemungkinan sebuah bencana di planet Bumi pada tahun tertentu mungkin cukup rendah, namun akan bertambah seiring berjalannya waktu, menjadi kepastian yang mendekati batas dalam seribu atau sepuluh ribu tahun berikutnya," terang Hawking dalam film dokumenter tersebut.
3. Bumi akan berkilauan merah dan menjadi lebih panas seperti Venus
Pada bulan Juli 2017, Hawking mengatakan kepada BBC bahwa umat manusia berada pada "titik kritis" di mana pemanasan global akan menjadi sangat buruk.
Baca: Profesor Unmul Sebut Kejanggalan Pembahasan Draft Statuta
Baca: Nasdem Samarinda Usulkan Joha, Demokrat Tunggu Arahan Jaang untuk Calon Wawali
Hal ini berakibat Bumi akan menjadi seperti Venus, dengan suhu 250 derajat celcius dan asam sulfat yang sedang hujan
Kedengarannya memang indah.
Namun perlu diingat bahwa Venus adalah planet kedua yang paling dekat dengan matahari. Dan menurut para ilmuwan, tidak mungkin ada kehidupan di sana.
Hawking juga memprediksi bahwa keserakahan alami manusia akan menghalangi kita untuk bisa mengatasi pemanasan global dengan benar dan cara terbaik untuk mengatasinya adalah dengan meninggalkan Bumi sepenuhnya.
4. Pada tahun 2600, Bumi tidak akan mampu bertahan karena pertumbuhan penduduk
Baca: Debat Kandidat Pilgub Kaltim bisa jadi Digelar di Jakarta, Ini Sebabnya