Seorang Ayah Selamatkan Anaknya dari Terkaman Buaya, Tak Ragu Duel Meski Hanya Bermodal Kayu
Naluri sang Ayah yang ingin anaknya selamat saat diterkam buaya, membuat sang ayah melakukan aksi yang tergolong ekstrem.
Melihat kejadian itu, istri korban bergegas pulang untuk menyampaikan kejadian tersebut kepada keluarga dan warga tetangga.
Selanjutnya keluarga melaporkan peristiwa itu ke Polsek Wewiku untuk ditangani lebih lanjut.
Kapolsek Wewiku, Iptu Manuel Siri Mau yang dikonfirmasi Pos Kupang.Com membenarkan peristiwa tersebut.
Polisi bersama warga masih berada di lokasi untuk evakuasi korban.
Informasi dari warga mengatakan, kasus Buaya terkam manusia sudah berulang kali terjadi lokasi tambak Badarai.
Tambak yang dekat sekali dengan muara itu diduga sebagai habitat Buaya yang sebenarnya harus diwaspadai oleh masyarakat.
Usai Mangsa Deasy, Buaya Mati Mendadak
Beberapa waktu lalu masyarakat digegerkan dengan penemuan potongan mayat di dekat penangkaran Buaya.
Ternyata belakangan ketahui potongan mayat wanita itu diketahui bernama Deasy Tuwo.
Dia Meninggal Dunia mengenaskan karena diterkam Buaya bernama Merry.
Merry kemudian diamankan warga dengan cara dipindahkan ke penangkaran berbeda.

Merry, si Buaya viral karena ditemukan mati di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Batu Putih, Minggu (20/1/2019).
Dilansir oleh Tribun Manado, dokter hewan Dwielma Nubatonis dan drh Fahmi Agustiadi juga telah melakukan nekropsi (autopsi) pada Merry, Senin (21/1/2019).
Kesimpulan awan pasca nekropsi, Merry mati diduga karena faktor awal evakuasi dari lokasinya semula di Tombariri ke TWA Batu Putih yang membutuhkan waktu lama.
Saat dievakuasi, Merry diduga sudah mengalami kondisi drop kesehatan dan suhu badan yang melebihi normal.
Selain itu di dalam tubuh Merry juga ditemukan akumulasi gas yang sangat banyak di bagian organ lambung.
Merry juga mengalami obesitas dari berat Buaya normal.
Hasil nekropsi juga menemukan sejumlah lengan hingga jari manusia yang ditelan oleh Merry.
Ada pula organ yang diduga milik manusia seperti tulang belulang, dan kain potongan dari pakaian.
Sementara dari diagnosa kesehatan, Merry mengalami stress dan heatstroke.
Setelah di autopsi, sampel dari tubuh Merry juga dibawa ke laboratorium untuk dilakukan diagnosa.
Sedangkan tulang yang diduga tubuh manusia akan dilakukan pemeriksaan forensik oleh pihak kepolisian.
Serta keluarga korban, Deysi juga akan dimintai keterangan jika benar tulang yang ditemukan dalam tubuh Merry adalah milik Deysi.
Bangkai Merry saat ini juga telah dikuburkan di kawasan TWA Batu Putih, Senin (21/1/2019).
Diberitakan sebelumnya, Deysi Tuwo (44) merupakan Kepala Laboratorium CV Yosiki yang juga pemberi makan Merry, Buaya peliharaan tempatnya bekerja menjadi korban terkaman Merry.

Diketahui CV Yosiki yang merupakan perusahaan pembibitan mutiara itu memiliki Buaya peliharaan yang telah dipelihara sejak tahun 1990-an di areal perusahaan daerah Minahasa, Sulawesi Utara.
Nahas, Deysi yang bertugas memberi makan Buaya tersebut harus tewas di tangan peliharaannya, Jumat (11/1/2019).
Berdasarkan keterangan dari teman Deysi, Erling, kejadian itu diketahui saat dirinya melihat ada benda terapung menyerupai tubuh manusia.
Erling kemudian melaporkan kejadian itu pada Polsek Tombariri.
"Kami penasaran saat melihat kearah kolam Buaya, ada benda mengapung, ternyata tubuh Deysi. Kami takut menyentuhnya dan melaporkan kejadian tersebut di Polsek Tombariri," kata Erling.
Deysi diduga terpeleset ke dalam lokasi Buaya saat sedang memberi makan.
Dikutip dari Tribun Manado, keadaan Buaya pasca menerkam Deysi tampak gemuk dan masih berada di kandangnya.
Jenazah Deysi segera dievakuasi oleh Polres Tomohon.
Deysi yang telah bekerja di perusahaan itu selama 15 tahun itu dievakuasi ke RSUP Kandou Malalayang.
Sementara Merry dievakuasi ke TWA Batu Putih.
Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul Aksi Heroik Ayah Selamatkan Anaknya saat Diterkam Buaya, Ide Beraninya di Luar Nalar