Pemilu 2019
Warga Perbatasan Sebatik Ikut Mencoblos, Lebih Kenal Capres daripada Caleg di Daerah
Masih banyak warga Kecamatan Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara yang belum mengenal calon legislatifnya (caleg) baik DPRD
Penulis: Aris Joni | Editor: Sumarsono
TRIBUNKALTIM.CO, SEBATIK - Masih banyak warga Kecamatan Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara yang belum mengenal calon legislatifnya (caleg) baik DPRD Kabupaten, DPRD Provinsi maupun DPR RI.
Hj Hajarah, warga perbatasan di Patok 3 Aji Kuning, Kecamatan Sebatik Tengah misalnya.
Dia mengaku tidak mengenal siapa caleg di Kabupaten Nunukan. Tapi, ia lebih mengenal Capres dan Cawapres dibanding calegnya.
• Mencoblos di TPS 29, Gubernur Kaltara Irianto Akui Berbeda Pilihan dengan Istri dan Anak
• Pemilu 2019 - TPS Unik di Samarinda, Berkonsep Bengkel dan Semua Petugas Kenakan Safety Helmet
• Masih Ada Waktu! Pemilih yang Tak Punya Undangan Memilih atau C6 Tetap Bisa Nyoblos, Caranya Mudah
Menurutnya, selama ini dirinya yang berada tepat di perbatasan RI-Malaysia masih kurang mendapat sosialisasi terkait pengenalan calon peserta pemilu.
"Kalau calon presiden saya tau, Jokowi dan Prabowo. Tapi kalau caleg, Aiss.. nda kenal aku," ungkap wanita paruh baya itu.

Sementara itu masih di lokasi yang sama di Patok 3 perbatasan, wanita yang lahir di Tawau Malaysia, Nuraini (35) mengatakan dirinya juga turut mencoblos di Indonesia, tepatnya di TPS 02 Aji Kuning, Kecamatan Sebatik Tengah.
"Saya memang dari lahir di Malaysia, baru 2014 lalu saya pindah ke Sebatik Tengah ini ikut suami. Tapi saya warga Indonesia dan mencoblos di Indonesia. Anak saya juga sekolah di Indonesia saat ini," jelasnya. Selasa (16/4/2019).
• BREAKING NEWS - Diduga Serangan Fajar, 2 Pemuda Diamankan di Samarinda Beserta Uang Rp 33 ,4 Juta
• Lebih 2 Ribu Surat Suara untuk Berau Tertinggal, Bupati Sebut Ikut Angkut Karung Logistik
• Mau Tahu Hasil Duluan? Ini 6 Link Live Streaming Quick Count Pilpres di HP, Tayang Sebentar Lagi
Dirinya berharap, presiden yang terpilih nanti akan lebih memperhatikan wilayah perbatasan, baik dari segi infrastruktur maupun kesejahteraan masyarakat seperti Air, Listrik dan kebutuhan pokok.
Diakuinya, hingga saat ini di daerahnya belum teraliri air bersih PDAM, bahkan, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dirinya harus membeli air yang diambil dari bukit senilai Rp 75 ribu satu tangki.
"Itu cukup untuk dua Minggu. Kalau habis dan air yang sudah dibeli tidak ada, kita juga sambil menapung air hujan," pungkasnya.

Ia juga menambahkan, terkait kebutuhan pokok, mayoritas warga di perbatasan masih mengambil kebutuhan pokok dari Tawau Malaysia yang jarak tempuh hanya sekitar 10 menit melalui sungai dari Patok 3 Aji Kuning Kecamatan Sebatik Tengah.
"Kita belanjanya naik perahu kalau mau beli makanan pokok seperti gula, tepung, garam dan sejenisnya. Tapi kalau beras, saya lebih suka beras dari Indonesia," tutupnya. (*)