Unjuk Rasa di Deiyai, Politisi PKS Ini Tak Rela Sejengkal Tanah Papua Jatuh ke Kelompok Bersenjata
Politisi PKS Abdul Kharis Almasyhari menyesalkan masuknya kelompok bersenjata pada unjuk rasa di Deiyai, yang membuat kerusuhan di Papua, terjadi
Bila kita gagal menangani krisis Papua bisa jadi akan membawa negara kita ke arah perpecahan dan disintegrasi yang merembet kemana-mana," jelasnya.
Abdul Kharis juga menyatakan bahwa keberingasan kelompok bersenjata ini harusnya membuka mata dunia agar proporsional melihat masalah di Papua.
"Jangan sampai kita menyia-nyiakan pengorbanan nyawa, darah, keringat, dan air mata yang sejak berpuluh puluh tahun lamanya tumpah di sana.
Terutama pengorbanan para pahlawan yang berguguran merebut dan mempertahankan kedaulatan di Papua," ujar Kharis.
Politisi dapil Jawa Tengah V ini menjelaskan keberingasan kelompok kelompok bersenjata yang menunggangi demonstran dan merebut senjata punya tujuan jelas.
Yakni merongrong keamanan dan membuat kekacauan.
• Mak Susi Beberkan Kronologi Ormas Geruduk Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya, Merah Putih Dipindah
• BREAKING NEWS- Polda Kaltim Kembali Kirim Satu Batalyon Personel Brimob ke Papua Barat
• Jadi Tersangka, Mak Susi Koordinator Demo di Asrama Mahasiswa Papua, Ternyata Relawan Prabowo
Dalam menangani demontrasi, TNI dan Polri bertindak dengan benar dan sudah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).
Atas dasar itu, ia juga meminta agar dunia internasional membuka mata dan melihat persoalan di Papua ini dengan lebih objektif.
“Dengan kejadian ini kami harap peran diplomasi terkait masalah Papua juga penting untuk lebih ditingkatkan.
Jangan sampai ada intervensi dalam masalah dalam negeri Indonesia” tutup Kharis.

10 senjata api paras panjang direbut
Kapendam XVII/Cendrawasih, Letkol Eko Daryanto mengatakan, kerusuhan itu menewaskan seorang anggota TNI akibat tertancap panah.
Bahkan, lanjut Letkol Eko Daryanto, 10 pucuk senjata api laras panjang jenis SS1 V2 lenyap dirampas massa.
“Ada yang rampas senjata api milik anggota di lapangan, 10 pucuk hilang,” ujar Kapendam dalam keterangan pers yang diterima, Rabu (28/8/2019).
Letkol Eko Daryanto mengatakan, perampasan senjata terjadi saat massa menyerang aparat keamanan.