Hibur Partisipan dari 6 Negara di TIFAF, Bupati Kukar Edi Damansyah Nyanyi Lagu Dangdut

Keramahan masyarakatnya serta membawa kenangan itu ke negara masing-masing, baik berupa pengalaman maupun kerajinan cindera mata khas Kukar.

Penulis: Rahmad Taufik | Editor: Budi Susilo
TribunKaltim.Co/Rahmad Taufik
Partisipan asal Sri Lanka menyicipi sate telur gulung dalam acara Resepsi peserta TIFAF bersama Bupati Kukar Edi Damansyah di Pendopo Odah Etam, Senin (23/9/2019) 

Delegasi Mesir tampil terakhir dengan mempersembahkan Tarian Tongkat.

Penari pria memainkan 2 bilah tongkat yang saling dipukulkan, sedangkan penari perempuan menari dengan lincah.

Dari negeri sendiri, kesenian yang ditampilkan antara lain, tarian jepen Begenjoh Mahakam hingga Tari hudoq dari Dayak Modang.

Pengunjung juga disuguhkan Tari Kolaborasi dari Kesultanan Kutai.

Beberapa tarian keraton dipersembahkan oleh putra-putri Kesultanan, termasuk Tari Topeng Kemindu.

Tarian masal Menapak Jejak Mustika di bawah asuhan Yayasan Gubang menjadi penutup dari rangkaian Upacara Pembukaan TIFAF.

Seratus penari berlari ke tengah lapangan sembari membawa kain putih dan kuning.

Mereka menari jepen khas Kutai. Penampilan mereka menjadi pusat perhatian partisipan dari negara asing.

Partisipan dari Belanda merekam penampilan mereka dari atas tribun stadion.

"Lewat TIFAF ini, Kukar makin dikenal di mata internasional. Kita bisa mengenalkan dan mempromosikan daya tarik dan ragam seni Kutai hingga ke kancah internasional," kata Edi Damansyah, Bupati Kukar Edi Damansyah.

Pada 2018 lalu, Edi mengatakan, lebih dari 1,7 juta wisatawan yang berkunjung ke Kutai Kartanegara.

Ia berharap festival ini semakin besar ke depannya. Gubernur Kaltim Isran Noor sangat mendukung penyelenggaraan TIFAF ini.

"Yang penting dari festival ini bukan pengunjungnya, tapi bagaimana budaya, kesenian dan adat istiadat itu harus dijaga dan dipertahankan, terutama di Indonesia," ujar Gubernur Kaltim Isran Noor.

Menurutnya, budaya di Kaltim ini masih banyak yang belum dikembangkan, terutama budaya dari kawasan pedalaman.

Sedangkan budaya di kawasan pesisir justru mengalami akulturasi.

"Kalau wilayah pesisir justru mengalami percampuran adat istiadat antara masyarakat lokal dengan pendatang, seperti dari Nusa Tenggara dan Sulawesi," ucapnya.

(Tribunkaltim.co)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved