BNPB Deteksi Ada 169 Titik Banjir Tersebar di Jabodetabek, Ini Lokasi Banjir Terparah Ada di Bekasi

BNPB deteksi ada 169 titik banjir tersebar di Jabodetabek. Ini lokasi banjir terparah ada di Bekasi

Editor: Sumarsono
Istimewa via Kompas.com
Banjir merendam kompleks perumahan Masnaga Bintara, Bekasi Barat pada Rabu (1/1/2020). 

TRIBUNKALTIM.CO, JAKARTA - BNPB deteksi ada 169 titik banjir tersebar di Jabodetabek. Ini lokasi banjir terparah ada di Bekasi

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memantau ada 169 titik banjir di seluruh wilayah Jabodetabek dan Banten.

Titik banjir terbanyak berada di Provinsi Jawa Barat sebanyak 97 titik, DKI Jakarta 63 titik dan Banten 9 titik.

Di Banten mempunyai 9 titik, meliputi Kota Tangerang 3 titik dan Tangerang Selatan 6 titik.

DKI Jakarta mempunyai 63 titik dengan rincian Jakarta Barat 7 titik, Jakarta Pusat 2 titik, Jakarta Selatan 39 titik, Jakarta Timur 13 titik, dan Jakarta Utara 2 titik.

Sementara di Jawa Barat mempuyai 97 titik banjir dengan rincian Bak. Bekasi 32 titik, Kota Bekasi 53 titik dan Kab. Bogor 12 titik.

Kisah Pilu Warga Korban Banjir di Bekasi Jawa Barat, Ibu dan Bayinya Selamat setelah Bertahan 14 Jam

Menengok Upaya Pemerintah Atasi Banjir Jakarta dari Zaman ke zaman, Ahok Sediakan Pompa Alirkan Air

Geprek Bensu Ruben Onsu Terdampak Banjir Jakarta, Ayah Betrand Peto: Saya Pikir Jakarta Sudah Aman

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa wilayah yang paling terdampak banjir adalah Kota Bekasi (53), Jakarta Selatan (39), Kabupaten Bekasi (32), dan Jakarta Timur (13).

Kedalaman banjir tertinggi 2,5 meter terjadi di Perum Beta Lestari, Jatirasa, Jatiasih, Kota Bekasi. Sedang genangan dengan kedalaman 1 -2 m terdapat 49 titik.

Banjir masih menggenangi di kawasan Kebon Pala Tanah Rendah khususnya di RT 03 RW 07, Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur. Kamis (16/2/2017)
Banjir masih menggenangi di kawasan Kebon Pala Tanah Rendah khususnya di RT 03 RW 07, Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur. Kamis (16/2/2017) (Kompas.com/Robertus Belarminus)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai banjir yang terjadi di sejumlah wilayah Jakarta dan sekitarnya disebabkan terjadi kerusakan alam.

"Ini karena kerusakan ekosistem, kerusakan ekologi yang ada, tapi juga ada memang karena kesalahan kita yang membuang sampah di mana-mana, banyak hal," ujar Jokowi di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI).

Menurut Jokowi, penanganan banjir yang utama saat ini yaitu menyelamatkan masyarakat yang menjadi korban banjir dengan sinergi semua instansi.

Selain Arema FC & Persebaya, Klub Jawa Timur Persik Kediri Siap Manuver Berburu Pemain Jelang Liga 1

Kisah Pilu Warga Korban Banjir di Bekasi Jawa Barat, Ibu dan Bayinya Selamat setelah Bertahan 14 Jam

Rawan Terjadi Tanah Longsor Saat Musim Hujan, Jalan Sultan Agung Berau Sering Ada Pergeseran Tanah

"Keselamatan keamanan masyarakat harus didahulukan," ucap Jokowi.

Setelah korban banjir tertangani dengan baik, kata Jokowi, pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus bersama-sama mencegah terjadinya banjir kembali di masa depan.

"Nanti urusan penanganan banjir secara infrastrukturnya akan kita bicarakan setelah penanganan evakuasi selesai," tutur Jokowi.

"Saya ingin agar kerjasama ini dibangun pusat, provinsi, kabupaten dan kota. Sehingga semuanya bisa tertangani dengan baik," sambung Jokowi.

Pindahkan Hujan
Rapat Koordinasi (Rakor) yang dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPP) di Graha BNPB kemarin meminta rekomendasi dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) terkait Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) atau hujan buatan yang sebelumnya telah berhasil diterapkan pada sejumlah daerah di tanah air yang mengalami kekeringan daan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Petugas memasukkan NaCL (garam dapur yang diolah menjadi tepung) untuk disebarkan dalam awan sebagai operasi modifikasi cuaca di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa (14/1/2014). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi akan mulai melakukan modifikasi cuaca dalam rangka mengurangi curah hujan di wilayah Bogor dan DKI Jakarta. Hal tersebut dilakukan dalam rangka mengantisipasi terjadinya banjir yang lebih besar di wilayah Jakarta.
Petugas memasukkan NaCL (garam dapur yang diolah menjadi tepung) untuk disebarkan dalam awan sebagai operasi modifikasi cuaca di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Selasa (14/1/2014). Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi akan mulai melakukan modifikasi cuaca dalam rangka mengurangi curah hujan di wilayah Bogor dan DKI Jakarta. Hal tersebut dilakukan dalam rangka mengantisipasi terjadinya banjir yang lebih besar di wilayah Jakarta. (Kompas.com)

Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) BPPT Tri Handoko Seto membenarkan bahwa pihaknya diminta menerapkan teknologi mengurangi volume air hujan di wilayah Jakarta dan sekitarnya.

"Hasil rapat tadi memutuskan salah satunya BPPT diminta untuk segera melakukan operasi TMC, guna mengurangi curah hujan penyebab banjir Jabodetabek," ujar Seto.

Ia memastikan melakukan persiapan untuk melakukan pergeseran hujan melalui penyemaian garam atau Natrium Klorida (NaCl) ke daerah yang tidak mengalami potensi hujan tinggi. Operasi tersebut rencananya akan dilakukan pada Jumat pagi.

"Sekarang kami langsung persiapan, dan TMC akan segera dimulai paling lambat besok pagi," jelas Seto.

Ia menjelaskan bahwa penggunaan bahan semai masih seperti operasi TMC untuk mengatasi karhutla, yakni NaCl.

Namun strateginya dilakukan secara berbeda karena tim BBTMC akan melakukan pemindahan awan hujan, bukan pembentukan awan hujan. "Bahan sama (tapi) strateginya yang beda," kata Seto.

Teknologi Modifikasi Cuaca untuk kasus kali ini merupakan redistribusi curah hujan di wilayah ibu kota dan sekitarnya.

Menurut Seto, daya dukung dari permukaan yang ada di wilayah Jakarta dan kota penyangga di sekitarnya lebuh kecil dibanding potensi hujan yang turun sangat signifikan sejak akhir Desember 2019. Sehingga sangat besar potensinya untuk menimbulkan genangan hingga banjir.

Operasi TMC ini rencananya akan dilakukan oleh BBTMC BPPT bekerjasama dengan BNPB, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) serta TNI Angkatan Udara untuk penyediaan pesawat jika memungkinkan. (tribun network/fit)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved