Virus Corona
Miris, Kisah Sulitnya Makamkan Korban Virus Corona, Diusir Paksa, Penggali Kubur Bahkan Sampai Kabur
Bukan hanya ditolak warga, ambulans yang membawa jenazah ODP virus Corona juga diusir paksa oleh masyarakat
TRIBUNKALTIM.CO - Sejumlah kisah mewarnai proses pemakaman jenazah yang meninggal akibat virus Corona atau covid-19.
Bukan hanya ditolak, mobil ambulans yang membawa jenazah juga diusir paksa oleh masyarakat.
Ada dua kasus seputar sulitnya memakamkan jenazah pasien virus Corona yang cukup menyita perhatian.
Satu terjadi di Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel) dan di Sidoarjo, Jawa Timur (Jatim)
• Jadi Pertanda Corona Segera Berlalu? 10 Kabar Baik Ini Bisa Jadi Harapan Baru, 1 Datang dari Jakarta
• Pandemi Virus Covid-19, Harga Daging Ayam Ikan di Pasar Mangkurawang Turun, Pedagang Tolak Lockdown
• Driver Ojol Malah Terancam Tak Bisa Narik, Ini Reaksi Debt Collector Disodori Video Kebijakan Jokowi
• Kabar Baik, Peneliti Temukan Senyawa yang Efektif Stop Corona Berkembang Biak, Banyak di Kulit Jeruk
Jenazah seorang pasien dalam pengawasan (PDP) Covid-19 di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, batal dimakamkan.
Pasalnya, warga di sekitar lokasi pemakaman menolak jenazah korban tersebut dimakamkan setelah mengetahui riwayat kematiannya.
Tak hanya menolak, ambulans yang membawa jenazah korban tersebut juga diketahui diusir secara paksa oleh warga setempat.
Mendapat perlakuan itu, pihak keluarga korban hanya bisa pasrah dan bingung akan dimakamkan di mana jenazah keluarganya tersebut.
"Warga menolak pemakaman bahkan mengusir kami, lantas akan dimakamkan di mana keluarga kami" kata JR, keluarga korban melalui pesan singkat kepada Kompas.com, Minggu (29/3/2020).
Saat ini jenazah korban telah dikembalikan ke RS Wahidin Sudirohuso Makassar dan menunggu hasil koordinasi pihak pemerintah setempat.
Sementara itu Kasubag Humas Polres Gowa AKP Mangatas Tambunan saat dikonfirmasi membenarkan kejadian itu.
Pihaknya mengaku akan melakukan koordinasi dengan stakeholder terkait untuk menyikapi kondisi tersebut.
• Bukan Lockdown, Risma Lakukan Ini di Surabaya, hingga Bonek Bantu Cegah virus Corona
• Warga Banjarmasin Lewati Balikpapan, Usai Ikuti Ijtima Jamaah Tabliq di Gowa, Positif virus covid-19
"Kami koordinasi dulu dengan seluruh pihak baik pemkab maupun provinsi bagaimana pemakamannya," ujarnya.
Dari informasi yang didapat, korban berinisial AR (52) itu meninggal dunia pada Minggu (29/3/2020) dini hari.
Korban merupakan pasien dalam pengawasan (PDP) yang sebelumnya dirawat di ruang isolasi RS Wahidin Sudirohuso Makassar.
Akhirnya Dimakamkan
Jenazah pasien PDP Covid-19 yang sempat ditolak warga akhirnya dimakamkan.
Namun, pemakaman dilakukan di lokasi yang berbeda.
Sebelumnya, bukan hanya menolak, warga juga sempat mengusir ambulans pengangkut jenazah.
Kejadian itu membuat pemerintah meminta agar warga berpikir jernih lantaran pemakaman pasien Covid-19 memgikuti standar operation procedur (SOP) dari pusat.
• Minta Anies Baswedan Karantina Wilayah Jakarta, dr Tirta Yakin Cegah Penyebaran virus Corona
• Berstatus Dokter, Pasien PDP virus Corona Sulit Dapat Bantuan di Ruang Isolasi, Akhirnya Meninggal
Selain itu, pemerintah akan mengisolasi seluruh keluarga inti pasien yang meninggal serta menanggung seluruh kebutuhan sembako selama empat belas hari.
Jenazah pasien Covid-19 berinisial AR (52), warga Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan yang meninggal pada pukul 02.50 Wita, Minggu (29/3/2020) di ruang isolasi RS Wahidin Sudirohusodo akhirnya dimakamkan oleh warga dengan fasilitas Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.
"Alhamdulillah informasi dari kerabatnya bahwa jenazah sudah dimakamkan di Pemakaman Umum Sudiang Makassar," kata Camat Sombaopu Agussali saat dikonfirmasi, Minggu (29/3/2020) terkait jenazah warganya yang sempat ditolak warga.
Sebelumnya, jenazah pasien Covid-19 yang rencananya akan dimakamkan di pemakaman Baki Nipanipa, Kecamatan Manggal, Makassar ditolak oleh warga yang bermukim di sekitar pemakaman.
Tak hanya itu, ambulans pengangkut jenazah korban bahkan diusir warga.
"Masyarakat perlu diedukasi bahwa pemakaman memakai SOP Insya Allah tidak apa apa. Mohon agar masyarakat tidak menolak jika ada pemakaman yang meninggal akibat virus ini," kata Bupati Gowa Adnan Purichta Ichsan Yasin Limpo, yang dihubungi Kompas.com melalui pesan singkat.
Bupati Gowa menambahkan, penyebaran corona cepat tapi semua bisa tertangani dengan baik jika semua orang mengambil peran untuk memutus mata rantainya.
"Tidak dengan menolak dan mengusir mereka yang masuk daftar ODP, PDP dan keluarganya," tegas Adnan.
Sementara itu, pihak pemerintah akan mengisolasi seluruh kerabat inti korban serta menanggung seluruh kebutuhan sembako kerabat korban selama 14 hari.
"Kami telah perintah camat dan seluruh jajarannya untuk melakukan pemantauan serta arahan bagi keluarga pasien yang meninggal untuk mengisolasi diri dan kebutuhan sembako selama empat belas hari akan kami salurkan" kata Adnan.
Jenazah Pasien Corona di Sidoarjo Sulit Dimakamkan, Penggali Kubur Kabur, Sopir Ambulans Menolak
Kisah pemakaman jenazah warga yang meninggal karena terinfeksi virus corona.
Penggali makam melarikan diri karena takut demikian pula sopir ambulans menolak.
Bupati Sidoarjo Nur Ahmad Syaifuddin membagikan pengalamannya kesulitan memakamkan pasien meninggal karena Covid-19.
Pasien tersebut meninggal dunia setelah dinyatakan positif corona, Kamis (26/3/2020) pagi.
Namun, alih-alih mendapatkan bantuan untuk mengurusi pasien tersebut ke peristirahatan terakhir, Nur Ahmad justru menemui hambatan.
Tukang gali kubur yang seharusnya menguburkan pasien tersebut justru kabur dan memilih pulang ke rumah karena ketakutan.
1. Bagaimana kisahnya?
Hari itu, Kamis (26/3/2020) pagi, seorang pasien positif corona di Sidoarjo meninggal dunia.
Sesuai SOP pemakaman pasien corona harus dilapisi plastik, ditutup peti, kemudian dikubur dalam kurun waktu tak lebih dari 4 jam.
Namun, kesulitan justru ditemui Bupati Sidoarjo Nur Ahmad tatkala hendak menguburkan jenazah.
2. Penggali Kubur Kabur
Lubang makam, kata Nur Ahmad memang sudah disediakan oleh tiga penggali kubur pada Kamis dini hari.
"Tapi setelah itu ditinggal karena takut.
Saya sampai kejar ke rumahnya.
Saya yakinkan dan saya beri alat pelindung diri," terangnya dilansir dari Kompas.com.
3. Prosesi Pemakaman Dilakukan Dini Hari
Pemakaman dilakukan sesuai SOP pemakaman korban Covid-19, seperti jenazah dilapisi plastik dan ditutup peti.
Sementara, petugas pemakaman menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
4. Sopir Ambulans Menolak
Nur Ahmad mengatakan, bukan hanya penggali kubur yang menolak memakamkan korban Covid-19, sopir ambulans juga menolak saat diminta mengantar jenazah ke area pemakaman.
"Karena halangan-halangan itulah, jenazah waktu pemakaman jenazah akhirnya molor. Padahal jenazah harusnya dimakamkan tidak lebih dari empat jam setelah dinyatakan meninggal," ujarnya.
5. Videonya Viral
Sebelumnya diberitakan, Bupati Sidoarjo, Nur Ahmad Syaifuddin mengunggah proses pemakaman warga yang meninggal akibat Covid-19 Kamis (26/3/2020) pagi, melalui Facebook.
Video tersebut viral, hingga pukul 16.40 WIB, video berdurasi lebih dari 3 menit itu sudah dilihat 6.341 kali, 203 kali dibagikan, dan menuai 119 komentar.
Dalam video tersebut, Nur Ahmad Syaifuddin ikut terlibat dalam proses penguburan bersama 4 orang lainnya dengan mengenakan alat pelindung diri.
Penguburan dilakukan pagi buta pukul 03.40 WIB dengan bantuan penerangan lampu mobil di sebuah kompleks pemakaman di Desa Praloyo, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo.
Dalam keterangan video tersebut, dia menyebut bahwa pasien yang meninggal adalah pasien beridentitas di Kota Surabaya, tapi dirawat dan berdomisili di Sidoarjo.
IKUTI >> Update virus Corona
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Warga Menolak Pemakaman Bahkan Mengusir Kami, Lantas Akan Dimakamkan di Mana Keluarga Kami" dan dan di tribunmanado.co.id dengan judul Jenazah Pasien Corona di Sidoarjo Sulit Dimakamkan, Penggali Kubur Kabur, Sopir Ambulans Menolak dan di Kompas.com dengan judul "Jenazah Pasien PDP Covid-19 yang Ditolak Warga Akhirnya Dimakamkan"