Virus Corona
Gejala Terinfeksi Virus Corona Semakin Beragam, Covid-19 Dijuluki Penyakit 1000 Wajah
Semakin mewabah, gejala terinfeksi Virus Corona semakin beragam, covid-19 dijuluki penyakit 1000 wajah.
TRIBUNKALTIM.CO - Semakin mewabah, gejala terinfeksi Virus Corona semakin beragam, covid-19 dijuluki penyakit 1000 wajah.
Wabah Virus Corona mewabah ke seluruh negara belahan dunia, tak terkecuali Indonesia.
Jumlah pasien yang positif terinfeksi Virus Corona atau covid-19 di seluruh dunia mencapai 1 juta lebih.
Sementara korban meninggal dunia akibat Virus Corona sudah ratusan ribu dan diperkirakan akan terus bertambah.
Covid-19 atau Virus Corona ini benar-benar baru, tak banyak yang kita ketahui tentangnya.
Gejala yang dialami pengidapnya asaja bisa bervariasi. Mulai dari demam hingga batuk-batuk.
• Dicecar Jaksa KPK, Hasto Kristiyanto Akhirnya Bongkar Alasan PDIP Prioritaskan Harun Masiku ke DPR
• Tegas, Anies Baswedan Tutup 23 Perusahaan Selama PSBB di Jakarta, Selanjutnya Bakal Lakukan Ini
• Puncak Kasus Virus Corona Indonesia Diprediksi Terjadi saat Bulan Puasa, Ini Penjelasan Pakar
Menurut WHO gejala yang paling sering dilaporkan, termasuk demam, batuk kering, sesak napas, dan sebagian besar pasien (80%) mengalami mild symptoms/illness, alias gejala atau penyakit ringan. Meski sebagian besar kasusnya ringan, tetapi dapat berakibat fatal.
Masih data dari WHO, sekitar 14% mengalami penyakit parah, dan 5% sakit kritis. Laporan WHO menunjukkan bahwa keparahan penyakit dikaitkan dengan usia (> 60 tahun) dan penyakit komorbid atau mengidap penyakit kronis.
Contohnya, penyakit jantung, paru-paru, atau gagal ginjal.
Kondisi ini tentu memerlukan perawatan medis segera di rumah sakit, tak sekadar karantina mandiri di rumah.
Singkat kata, perlu di rawat di rumah sakit, bukannya di rumah.
Perlu dicatat bahwa gejala Virus Corona beragam meskipun awalnya WHO mengatakan gejala penyakit ini boleh dibilang hampir serupa dengan flu, tapi ternyata semakin ke sini, banyak gejala lain yang diperlihatkan.
Pakar dan penulis kesehatan dr. Handrawan Nadesul di instagramnya malah menyebut penyakit covid-19 yang disebabkan oleh Virus Corona dijuluki The 1000 Faces Disease, atau penyakit 1000 muka .
Ini karena saking banyaknya manifestasinya, bukan hanya satu entitas. Atau sama sekali tanpa gejala nyata. Menurutnya, gejala covid-19 yang paling khas juga tidak selalu nyata.
Beberapa gejala yang disebutkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Report of the WHO-China Joint Mission on Coronavirus Disease 2019 (covid-19) antara lain; demam (87,9%), batuk kering(67,7%), kelelahan ekstrem (38.1%), produksi dahak (33,4%), sesak napas (18,6%), sakit tenggorokan (13,9%) sakit kepala (13,6%) dan hidung tersumbat (4,8%).
Namun, seiring penyebaran virus dan bertambahnya pasien positif, temuan akan gejala-gejala lainpun terungkap, seperti diare dan lebih sering kencing, muntah-muntah, nyeri pada testis, mata merah (konjungtivitis), dan yang paling anyar adalah muncul ruam kulit, kulit kemerahan dan gatal-gatal.
Masyarakat perlu hati-hati juga karena banyak juga penyadang positif covid-19 yang tanpa gejala alias terlihat sehat, padahal mereka bisa menularkan virusnya pada orang lain.
Menurut ahli di Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat (AS), gejala dari covid-19 bisa muncul dalam kurun waktu 2–14 hari setelah tubuh terpapar virus.
Dari sana, durasi lamanya penyakit yang diidap tergantung pada beberapa faktor.Jika seseorang memiliki kasus yang ringan yang (80% data dari WHO), ahli di CDC mengatakan bahwa seseorang kemungkinan akan mengalami gejala selama beberapa hari. Mereka akan merasa lebih baik dalam seminggu atau lebih.
"Banyak orang memiliki gejala selama dua minggu — beberapa lebih lama dan yang lainnya memiliki durasi yang lebih singkat," kata Richard Watkins, M.D., dokter penyakit menular dan profesor internal medicine di Northeast Ohio Medical University, AS.
Namun, bagaimana bila si pasien mengalami gejala yang parah, seperti timbulnya komplikasi pneumonia? Untuk kasus ini, kemungkinan gejala akan bertahan lebih lama.
"Pasien yang sakit parah membutuhkan perawatan dan terus memiliki gejala seperti sesak napas selama enam minggu atau lebih," kata David Cenimo, M.D., seorang ahli penyakit menular dan asisten profesor kedokteran di Rutgers New Jersey Medical School, AS.
• Kabar Baik, BIN Ungkap Sudah Mulai Ada Penurunan Kasus Virus Corona tapi Peringatkan Jangan Mudik
• Kabar Gembira! yang Tak Lolos Kartu Prakerja Jangan Sedih, Ada Kabar Baik dari Menteri Airlangga
• Detik-detik Najwa Shihab Tertunduk Menangis di Mata Najwa, Sopir Jenazah covid-19 Sebut Bulan Puasa
Prediksi Puncak Penyebaran Virus Corona
Kasus Virus Corona di Indonesia meningkat setelah kemarin ada tambahan 380 kasus baru, sehingga total menjadi 5.516 kasus, Jumat (17/4/2020).
Tak sedikit yang melontarkan prediksi Puncak kasus Virus Corona di Indonesia akan segera tiba.
Bahkan pandemi Virus Corona ini belum akan berakhir saat perayaan Idul Fitri tahun ini.
Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan covid-19 memprediksi Puncak kasus Virus Corona di Indonesia akan terjadi pada bulan Mei.
Seperti diketahui umat Muslim di Indonesia akan memasuki bulan puasa Ramadan mulai akhir April ini hingga 24 Mei.
Artinya Puncak kasus covid-19 di Indonesia bakal berlangsung selama bulan puasa Ramadan tahun ini hingga setelah Idul Fitri.
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan covid-19 Wiku Adisasmito menjelaskan prediksinya terkait Puncak kasus Virus Corona di Indonesia dalam konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Retno Marsudi serta Ketua Gugus Tugas Doni Monardo, Kamis (16/4/2020).
"Dan angka kasus (positif) pada saat Puncak itu, secara akumulatif diprediksi mencapai 95.000 kasus," ujar Wiku.
Namun, bukan berarti kasus positif covid-19 di Indonesia akan berhenti total pada Mei 2020.
Setelah melewati Puncak Virus Corona, perkiraannya, terjadi penurunan kasus pada bulan-bulan berikutnya.
"Selama Juni-Juli, kasus konfirmasi positif (diprediksi) sudah akan mencapai 106.000 kasus," ujar Wiku.
Ia sekaligus mengingatkan bahwa angka yang diungkapkannya itu hanya prediksi alias belum pasti terjadi.
Angka-angka tersebut didapatkan dari hasil simulasi para ilmuwan dan ahli.
"Kami sudah me-review dan mengombinasikan semua prediksi itu," kata Wiku.
Pemerintah terus berusaha untuk memastikan agar kondisi di lapangan nantinya tak separah yang sudah diprediksi para ilmuwan dan ahli itu.
"Kami selalu berusaha keras agar prediksi tak menjadi kenyataan," kata dia.
Hingga Kamis ini, jumlah kasus positif covid-19 belum menunjukkan adanya penurunan.
Jumlah kasus positif yakni 5.516.
Dari jumlah itu, 496 pasien meninggal dunia.
Sementara itu, pasien yang dinyatakan sembuh sebanyak 548 orang.
Kabar baiknya, jumlah pasien covid-19 di Indonesia yang dinyatakan sembuh semakin bertambah banyak.
Data per Kamis ini menunjukkan, terdapat penambahan 102 orang pasien sembuh dalam 24 jam terakhir.
"Penambahan sembuh 102 pasien, sehingga total menjadi 548," ujar Achmad Yurianto.
Catatan pemberitaan Kompas.com, penambahan pasien sembuh pada Kamis ini merupakan yang paling banyak, setidaknya dalam sepekan terakhir.
Pada tanggal 15 April 2020, penambahan jumlah pasien sembuh hanya 20 orang atau sama dengan jumlah akumulatif sebanyak 446 orang.
Sementara sehari sebelumnya, bertambah 46 orang atau jumlah kumulatif 426 orang.
Adapun tanggal 12 dan 13 April, jumlah pasien sembuh masing-masing hanya bertambah 73 dan 21 orang.
"Kita patut bersyukur akumulasi pasien sembuh DKI Jakarta sebanyak 202 pasien, di Jawa Timur 86 pasien, Sulawesi Selatan ada 42 pasien, Bali 32 pasien, dan Jawa Barat 28 pasien," papar Achmad Yurianto.
• Pasien Sembuh Corona di Jakarta Bertambah Banyak Seminggu Setelah PSBB Diberlakukan Anies Baswedan
• Benarkah Nikotin Dalam Rokok Disebut Bisa Tangkal Virus Corona? Ini Penjelasan Dokter Jantung
• Satu Keluarga Kabur Mengungsi ke Hutan Dengar Info Ada Tetangga Positif Virus Corona
Imbauan Kemenag
Kementerian Agama mengimbau umat Islam melaksanakan segala kegiatan ibadah Ramadhan di rumah selama pandemi Virus Corona ( covid-19).
Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag Kamaruddin Amin meminta agar Salat Tarawih berjemaah di masjid ditiadakan.
"Dalam pelaksanaan ibadah puasa tersebut, kita berharap pelaksanaan buka puasa bersama ditiadakan, Shalat Tarawih dilaksanakan di rumah masing-masing, Nuzulul Quran juga akan ditiadakan, begitu juga tadarus di masjid ditiadakan," kata Kamaruddin dalam konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, Jumat (10/4/2020).
Ia berharap imbauan ini dapat dipatuhi agar pelaksanaan pembatasan fisik atau physical distancing selama wabah covid-19 berjalan baik.
Menurut Kamaruddin, pelaksanaan ibadah puasa dan lainnya yang dilakukan di rumah tidak akan mengurangi kualitas ibadah di bulan Ramadan.
Melaksanakan ibadah di rumah ini merupakan bagian dari usaha untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19 di tengah masyarakat.
"Pelaksanaan ibadah kita di rumah masing-masing Insya Allah tidak akan mengurangi kualitas ibadah, tidak mengurangi pahala, karena kita sedang dalam keadaan darurat.
Insya Allah tentu Allah SWT akan sangat memahami," ujar dia.
Dia pun meminta, dalam pelaksanaan ibadah dan aktivitas sehari-hari di rumah, umat Islam tidak melupakan protokol kesehatan yang telah dikeluarkan pemerintah terkait pengendalian covid-19.
Kamaruddin juga mengingatkan agar tidak ada masyarakat yang melakukan perjalanan mudik menjelang Idul Fitri.
"Kami pesankan dalam pelaksanaan ibadah dan aktivitas sehari-hari, mari kita terus mengikuti protokol kesehatan.
Cuci tangan pakai sabun, menggunakan masker, menjaga jarak, stay at home," kata dia.
"Dan kali ini kita ibadah di rumah dan tidak mudik menjelang Idul Fitri," tegas Kamaruddin.
(*)
IKUTI >> Update Virus Corona
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kasus covid-19 di Indonesia Diprediksi Menembus Angka 100.000", https://nasional.kompas.com/read/2020/04/16/17043501/kasus-covid-19-di-indonesia-diprediksi-menembus-angka-100000.
Penulis : Ihsanuddin
Editor : Fabian Januarius Kuwado
IKUTI >> Update Virus Corona
(*)