Virus Corona

Selain Wuhan, China Hadapi Gelombang Kedua Virus Corona di Kota Ini, Mendadak Tutup Transportasi

Kabar buruk covid-19 China, selain Wuhan, gelombang kedua Virus Corona terjadi di kota Jilin, mendadak tutup akses transportasi

Editor: Cornel Dimas Satrio Kusbiananto
Kolase TribunKaltim.co / freepik.com
Kabar buruk covid-19 China, selain Wuhan, gelombang kedua Virus Corona terjadi di kota ini, Kamis (14/5/2020) 

TRIBUNKALTIM.CO - Kabar buruk covid-19 China, selain Wuhan, gelombang kedua Virus Corona terjadi di kota ini, tutup akses transportasi.

Kekhawatiran China soal gelombang kedua Virus Corona, akhirnya benar-benar terjadi.

Setelah tanpa sempat tanpa kasus baru Virus Corona, China lagi-lagi dihantam covid-19.

Prabowo Subianto Makin Mesra dengan China, Usai Dapat Alkes Bos Gerindra Bahas Ini ke Menhan China

Gelombang Kedua Virus Corona Benar-benar Terbukti, China Kembali Umumkan Kluster Baru di Wuhan

Dibongkar FBI Soal Hacker Vaksin Covid-19, China Tak Tinggal Diam, Serang Balik Amerika Serikat

Hal ini terjadi di Wuhan yang mendadak ditemukan klaster baru covid-19 setelah membuka kembali lockdown.

Namun gelombang kedua Virus Corona tak cuma terjadi di Wuhan, sebuah kota di timur laut China juga diserang klaster baru covid-19.

Kota yang dimaksud adalah Jilin, hingga membuat Pemerintah menutup sebagian perbatasannya dan memutus hubungan transportasi setelah muncul klaster baru Virus Corona lokal yang memicu kekhawatiran gelombang kedua infeksi di Negeri Panda itu.

Dilansir media Perancis AFP, kota Jilin yang terletak di Provinsi Jilin, dengan populasi lebih dari 4 juta jiwa itu menangguhkan layanan transportasi bus pada Rabu (13/5/2020).

Para penduduknya hanya diperbolehkan keluar kota itu apabila telah diuji negatif untuk covid-19 dalam 48 jam terakhir dan menyelesaikan isolasi mandiri yang ketat.

Tempat publik seperti bioskop, pusat kebugaran dalam ruangan, warung internet dan tempat hiburan tertutup lainnya segera ditutup.

Kabar Terbaru, Virus Corona di Wilayah Khofifah Beda dengan Wuhan dan Eropa, Perhatikan Gejalanya

Apotek di sana bahkan harus melaporkan semua penjualan obat demam, dan obat anti-virus berdasarkan pernyataan pemerintah setempat.

Sementara itu, sebuah klaster kasus baru infeksi dilaporkan di pinggiran Shulan selama akhir pekan, dengan wakil wali kota Jilin, pada Rabu memperingatkan bahwa situasinya "sangat parah dan rumit" dan "ada risiko besar penyebaran lebih lanjut".

Kota Jilin melaporkan enam kasus baru pada Rabu, semua terkait dengan klaster Shulan, sehingga jumlah total kasus yang dikaitkan dengan pekerja binatu lokal menjadi 21 kasus.

Shulan menutup transportasi umum serta kereta yang meninggalkan kota pada Minggu.

Kota Jilin, kota terbesar kedua di provinsi Jilin, juga menangguhkan layanan kereta api dari stasiun kereta api utamanya pada Rabu pagi, berdasarkan laporan stasiun televisi CCTV.

China telah mengendalikan sebagian besar virus, tetapi mengkhawatirkan adanya potensi gelombang kedua karena telah mengangkat lockdown dan pembatasan di seluruh negeri.

Munculnya kasus baru di Wuhan dalam beberapa hari terakhir, setelah berminggu-minggu tanpa infeksi baru, telah mendorong kampanye untuk menguji 11 juta penduduk di kota tempat covid-19 pertama kali muncul akhir tahun lalu itu.

Restoran harus diperiksa oleh pakar Sementara di Sichuan, China, seorang warga bernama Huilin Li mengatakan kepada Kompas.com melalui aplikasi WeChat pada Rabu (13/5/2020) bahwa saat ini kondisi selain di Provinsi Jilin sudah mulai kondusif.

Beberapa tempat umum sudah dibuka. Huilin sendiri sudah kembali bekerja ke kantor sejak April lalu.

Restoran sudah buka, Huilin juga mulai berani makan bersama suaminya di restoran yang sudah diizinkan buka.

"Beberapa tempat (restoran) membutuhkan pemeriksaan dari pakar dan dokter yang menentukan kapan (restoran) mereka itu bisa dibuka kembali," jelas Huilin.

Dia juga menambahkan bahwa warga yang tinggal di kota-kota berisiko rendah memiliki kehidupan yang cukup normal.

"Kami menggunakan kartu hijau yang bisa mengakses masuk ke tempat umum seperti mall dan supermarket."

Menurut Huilin, selain untuk akses masuk tempat umum, kartu hijau itu juga bisa digunakan untuk melacak kasus baru Virus Corona.

Bukan Demam atau Sesak Nafas, Ilmuwan Wuhan Beber Gejala Virus Corona Pada Anak, Kerap Disepelekan

Penduduk Wuhan bakal dites massal

Pemerintah Wuhan dilaporkan berencana untuk melakukan pemeriksaan Virus Corona kepada seluruh penduduknya yang berjumlah 11 juta jiwa.

Rencana itu nampaknya baru dalam tahap awal, di mana seluruh distrik di seantero kota diminta menyerahkan detil bagaiman tes itu bisa selesai dalam waktu 10 hari.

Rencana itu digulirkan setelah Wuhan melaporkan enam kasus Virus Corona pada akhir pekan, sebagaimana diberitakan BBC Selasa (12/6/2020).

Apalagi, lima kasus terakhir ditemukan pada satu distrik permukiman, sehingga pemerintah setempat menyebutnya sebagai klaster baru.

Padahal, kota yang menjadi episentrum awal wabah covid-19 pada akhir Desember 2019 itu tidak melaporkan adanya infeksi baru sejak 3 April.

Dengan kota yang baru saja dibuka dari lockdown pada 8 April, kini upaya mereka menuju hidup normal terancam dengan adanya kasus tersebut.

"Pertempuran selama 10 hari" Berdasarkan pemberitaan The Paper, mengutip dokumen yang bocor, setiap distrik diwajibkan menyerahkan rencana 10 hari melakukan pemeriksaan.

Setiap distrik bertanggung jawab dengan rencana berdasarkan jumlah populasi, dan apakah saat ini terdapat penularan aktif.

Dokumen, yang disebut sebagai "pertempuran 10 hari", mengungkapkan warga lansia dan permukiman padat harus diprioritaskan untuk dites.

Beberapa pejabat kesehatan senior, dikutip oleh Global Times, menyatakan bahwa upaya menguji 11 juta jiwa adalah hal yang sia-sia dan mahal.

Situasi Covid-19 Dimanfaatkan Sindikat Penyelundupan Narkoba, Kapolda Kaltim Ingatkan Lebih Jeli

Peng Zhiyong, direktur unit perawatan intensif Rumah Sakuit Zhongnan berujar, seharusnya pemerintah mengalihkan tes itu.

Dia berpandangan, tes itu bisa dilakukan terhadap pekerja medis, masyarakat rentan, dan mereka yang terpapar oleh para penderita.

Sementara seorang direktur di Universitas Wuhan menerangkan, pemerintah kota sudah memeriksa sekitar 3-5 juta populasi.

Karena itu, mereka cukup fokus kepada sisanya, sekitar 6-8 juta orang, berdasarkan rencana dengan durasi 10 hari tersebut.

Sebagai perbandingan, Amerika Serikat yang kini sebagai negara paling terdampak karena Virus Corona sudah menggelar 300.000 tes setiap hari.

Karena itu, total sudah ada sembilan juta orang di Negeri "Uncle Sam" yang telah menjalani pemeriksaan, berdasarkan data dari Gedung Putih.

Di media sosial Weibo, netizen mempertanyakan apakah pemerintah bisa menggelar tes dalam skala besar dalam hitungan hari.

"Menurut saya, sangat mustahil untuk memeriksa begitu banyak orang," ujar seorang netizen, yang juga mempertanyakan berapa dana yang dihabiskan.

Sementara warganet lainnya menyatakan, seharusnya Wuhan menggelar pemeriksaan itu sebelum lockdown dicabut pada 8 April lalu.

(*)

IKUTI >> Update Virus Corona

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kluster Baru Infeksi Virus Corona di Kota Jilin, China", https://www.kompas.com/global/read/2020/05/13/151708870/klaster-baru-infeksi-virus-corona-di-kota-jilin-china?page=all#page2.
Penulis : Miranti Kencana Wirawan
Editor : Miranti Kencana Wirawan
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved