Virus Corona
Pakar Farmakalogi UI Desak Temuan Obat Corona Tim Unair Diuji, Publikasi di Jurnal Ilmiah
Nafrialdi mendorong temuan kombinasi obat unuk penanganan pasien Covid-19 dilandasi publikasi di jurnal ilmiah.
• Keputusan Bersama 4 Kementerian Soal Panduan Penyelenggaraan Tahun Ajaran Baru Saat Pandemi Corona
• Jadwal Masuk Sekolah SD Mulai September, Kapan Giliran SMP dan SMA? Nadiem Makarim Beri Jawaban
"Sel SARS-CoV-2 sampelnya yang didapat dari Rumah Sakit Universitas Airlangga (RSUA) dan sudah mendapat sertifikasi uji layak etik dari tim etik RSUA," katanya.
Kemudian, pada tahap berikutnya uji kombinasi obat dari sel sehat dilakukan untuk mencari dosis toksik.
"Kami mencari daya toksiknya, meskipun ini pada obat yang sudah beredar, tapi karena ini virusnya virus Indonesia, jadi tetap perlu diuji kadar toksiknya dalam tubuh," katanya.
Setelah itu, pengujian potensi kombinasi obat untuk menghambat masuknya virus ke sel target dan melihat efektivitasnya dalam mengurangi proses replikasi.
"Dalam kombinasi obat ini telah mampu menghambat proses replikasi meskipun virus ini diketahui memiliki proses replikasi cukup tinggi," tuturnya.
Pihaknya merekomendasikan kelima kombinasi obat ini kepada para dokter dan rumah sakit karena sangat efektif mencegah masuknya virus.
Mengingat kelima kombinasi obat ini bisa didapatkan di pasaran, maka dapat dimanfaatkan dalam perawatan pasien covid-19 secepatnya.
• Data Terbaru Kematian Covid-19 Indonesia Mengejutkan, Tertinggi Sejak Diumumkan, 2 Provinsi Mencolok
• Kabar Buruk Virus Corona, Indonesia Catat Angka Kematian Covid-19 Tertinggi dalam Sehari
"Namun, untuk dosis dari lima kombinasi obat belum bisa dipaparkan kami karena masih menunggu rekomendasi dari tim peneliti," katanya.
Karenanya meski ini merupakan awal yang baik dalam penemuan obat covid-19, akan tetapi sebaiknya masyarakat jangan pernah melakukan uji coba sendiri kombinasi lima obat tersebut.
Selain dosis obat yang belum pasti, kombinasi obat secara sembarangan juga nyatanya sangat berbahaya bagi kesehatan.
Seperti dikutip dari Medical Daily, sebuah penelitian di Belanda menunjukkan bahwa kombinasi dua jenis obat yang dikonsumsi bersama-sama dapat memicu peningkatan risiko perdarahan gastrointestinal.