Blak-blakan, Moeldoko Ungkap Dibalik Kemarahan Jokowi, Datang ke Zona Merah, Singgung Ciri Panglima
Blak-blakan, Moeldoko ungkap dibalik kemarahan Jokowi, datang ke zona merah, singgung ciri Panglima.
Kedua, lanjut Moeldoko, dengan mengerahkan senjata dalam hal ini bantuan sosial (bansos) yang diberikan kepada masyarakat yang terdampak.
Lalu, ketiga, mengerahkan kekuatan cadangan. Moeldoko tidak menjelaskan apakah maksud dari kekuatan cadangan itu adalah reshuffle kabinet.
• Kabar Terbaru Daftar 15 Orang Terkaya di Indonesia, Makin Kaya Saat Pandemi Virus Corona
Namun, ia menekankan ketika kekuatan cadangan dikerahkan artinya situasi mulai sangat jelek.
"Jangan sampai gunakan ini," jelas Moeldoko.
Tanggapan Refly Harun
Ancaman perombakan atau reshuffle kabinet tiba-tiba muncul di tengah pandemi covid-19.
Hal itu diungkapkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat membuka Sidang Kabinet Paripurna, di Istana Negara, Kamis (18/6/2020).
• Demam 100 Hari, Batuk dan Kelelahan, Waspada Gejala Baru Virus Corona, Simak Penjelasan Dokter
• 15 Vaksin Virus Corona Sudah Uji Klinis, Pengiriman Dimulai Akhir 2020, Negara Uni Eropa Sudah Pesan
• Beredar Video Rhoma Irama Nyanyi di Acara Sunatan, Bupati Geram, Polisi: Bukan Manggung tapi Tamu
• Dengar Akan Ada Reshuffle, Eks Jubir KPK Minta Jokowi Tak Copot Tito Karnavian, Soroti Yasonna Laoly
Ancaman reshuffle itu muncul setelah Jokowi merasa kinerja para menterinya masih biasa-biasa saja, padahal dalam situasi krisis seperti sekarang ini.
Pernyataan terkait reshuflle kabinet itu lantas menuai tanggapan dari berbagai pihak, satu di antaranya adalah Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun.
Refly mengatakan, bahwa kabinet Jokowi diperiode kedua ini tidak lebih baik dari kabinet pada periode pertama Jokowi menjabat presiden.
"Mengenai reshuffle kabinet ini, di era kedua pemerintahan Jokowi ini saya sesungguhnya agak heran."
"Jokowi seolah-olah tertekan untuk mengadopsi sebanyak mungkin menteri," terang Refly, seperti dikutip dari tayangan yang diunggah di kanal YouTube-nya, Senin (29/6/2020).
Menurut Refly, hal itu terlihat dari portofolio kementerian maksimal 34 orang yang semuanya terisi.
Bahkan masih ditambah lagi dengan wakil menteri di beberapa kementerian.
Refly pun tak yakin, di kementerian yang punya wakil menteri itu justru lancar-lancar saja kinerjanya.