Demo Omnibus Law di Tarakan
Hari ini Demo Mahasiswa Tolak UU Cipta Kerja di Tarakan, Aksi Bukan di Simpang Empat Plaza THM
Hari ini Demo Mahasiswa Tolak UU Cipta Kerja di Kota Tarakan, aksinya bukan di simpang empat Plaza THM Tarakan
TRIBUNKALTIM.CO, TARAKAN - Hari ini Demo Mahasiswa Tolak UU Cipta Kerja di Kota Tarakan, aksinya bukan di simpang empat Plaza THM Tarakan, 12 Oktober 2020.
Aktivitas Demo Mahasiswa menuntut penghapusan UU Cipta Kerja di Kota Tarakan Kalimantan Utara belum berakhir.
Hari ini Senin (12/10/2020), peserta aksi kembali melanjtkan aksi di gedung DPRD Tarakan.
Aksi lanjutan ini masih mengusung tuntutan yang sama. yakni tolak Omnibus Law UU Cipta Kerja (UU Ciptaker).
Baca Juga: Kota Tarakan jadi Pilot Project Penukaran Minyak Jelantah dengan Emas, Hitungan Minimal Rp 10.000
Baca Juga: Dorong Pertumbuhan Investasi, PLN Kaltimra Beber Sistem Kelistrikan Kalimantan Surplus Hingga 600 MW
Seorang mahasiswa Mohammad Aswan mengatakan massa aksi hari ini tengah bersiap menuju gedung wakil rakyat di Kota Tarakan.
"Masih di KNPI Kota Tarakan, menunggu massa," ujarnya kepada Tribunkaltara.com melalui pesan WhatsApp.
Baca juga: Jadwal Aksi Protes UU Cipta Kerja di Istana Negara, Digawangi FPI, GNPF, PA 212 dan Puluhan Ormas
Baca juga: NEWS VIDEO DINILAI Tak Pantas! Terkuak Adegan Sule di Santuy Malam Trans TV yang Kena Tegur KPI
Baca juga: Benarkah Masker Scuba & Buff Disebut Tidak Efektif Cegah Penularan Covid-19? Ini Penjelasan Dokter
Baca juga : Kabar Baik, Jumlah Pasien Covid-19 di Tower 6 dan 7 RS Wisma Atlet Sepekan Terakhir Terus Turun
Ia menambahkan massa aksi kali ini tidak akan melakukan aksinya di simpang empat Plaza THM Tarakan seperti unjuk rasa sebelumnya.
"( Konvoi) lewati simpang empat ( Plaza THM Tarakan ) tapi (massa aksi) tidak singgah (melakukan aksi)," ungkapnya.
Sebagai imformasi, UU Ciptaker ini disahkan oleh DPR RI pada 5 Oktober 2020.
Akibatnya, banyak elemen masyarakat yang mengecam pengesahan tersebut. Baik Buruh, Akademisi, maupun Tokoh Agama.
Peserta Demo Mahasiswa Abaikan Protokol Covid-19
Satgas beber peserta Demo Mahasiswa dianggap telah abaikan protokol kesehatan covid-19. Ini jadwal rapid tes gratis di Kota Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur.
Saat ada Demo Mahasiswa menolak UU Cipta Kerja di berbagai daerah mengundang keprihatinan sejumlah pihak.
Sebab demonstran mengabaikan anjuran pemerintah untuk mencegah penyebaran covid-19.
Terlihat dalam berbagai tayangan atau pemberitaan peserta aksi tak memakai masker, tak menjaga jarak dan tak mencuci tangan.
Baca Juga: Tarif Tertinggi RT-PCR Rp 900 Ribu, Jubir Satgas Covid-19 Kaltara Agust Suwandy Angkat Bicara
Baca Juga: Hari Ini Demo Mahasiswa di Balikpapan Ricuh, Tuntut Pagar Duri Dibuka dan Tolak UU Cipta Kerja
Ketua Satuan Tugas Penanganan covid-19 Letjen TNI Doni Monardo menyatakan prihatin dengan situasi demo menolak UU Cipta Kerja yang terjadi di beberapa kota besar, termasuk Ibukota DKI Jakarta, di tengah wabah coronavirus.
“Ingat, mereka yang mengabaikan protokol kesehatan sehingga menimbulkan korban jiwa bukan hanya dimintai pertanggungjawaban di dunia, tetapi juga di akhirat,” kata Doni dengan kalimat yang jelas dan tegas.
Baca juga: Stop Stigma Negatif dan Panik Berlebihan Terkait Covid-19
Baca juga: LENGKAP Soal dan Jawaban TVRI Kelas 1-3 SD dan Kelas 4-6 SD, Hari Ini Senin 12 Oktober 2020
Dalam bincang-bincang khusus “Media Bertanya Doni Monardo Menjawab” di Media Center Satgas Covid-19 Graha BNPB Jakarta pada Jumat (9/10/2020) sore perwira tinggi TNI AD bintang tiga ini menyebutkan data dari beberapa kepolisian daerah yang melakukan pemeriksaan rapid test terhadap pendemo ditemukan ada yang reaktif.
Selain itu, lanjut Doni Monardo, ada juga kepolisian daerah yang melakukan pemeriksaan dengan swab antigen hasilnya positif Covid-19.
Namun ia tidak menyebutkan angka pasti pendemo yang terpapar virus corona.
"Ini harus disampaikan pada publik agar menghindari aktivitas berkerumun, hindari yang menyebabkan mengancam keselamatan diri sendiri, apalagi orang lain," papar Doni Monardo yang sore itu ditemani Wartawan Senior Suryopratomo.
Baca juga: La Nina Bisa Berakibat Buruk, Berikut Sejumlah Rekomendasi BNPB untuk Hadapi Fenomena Alam Ini
Baca juga: Bisa Mencegah & Mengobati Diabetes, Ini Manfaat Minum Air Rendaman Biji Ketumbar bagi Kesehatan
Doni Monardo menekankan orang yang berbahaya bukan pasien Covid-19 yang sudah sembuh, melainkan orang positif yang belum melakukan pemeriksaan atau yang biasa disebut orang tanpa gejala (OTG).
Begitu tiba di rumah usai aktivitas di luar, termasuk demo, tanpa sengaja OTG ini dapat menulari keluarga terdekat lain.
Terutama orangtua yang memiliki penyakit penyerta (komorbid). Seperti diketahui kaum lansia dan komorbid sangat rentan tertular virus corona.
Doni Monardo yang juga Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ini berpesan agar seluruh komponen masyarakat dan keluarga bisa saling menguatkan dan mengajak orang lain disiplin menjalankan protokol kesehatan.
Tak Ada yang Kebal covid-19
Sementara itu Juru Bicara Satgas Penanganan covid-19 Wiku Adisasmito mengaku prihatin terkait masih ada anggota masyarakat yang tidak percaya terhadap bahaya covid-19.
Menurut Wiku, masyarakat harus membuka mata terhadap situasi saat ini yakni di seluruh belahan dunia merasakan akibat dari pandemi ini.
Hal itu disampaikan Wiku saat keterangan pers Perkembangan Penanganan covid-19 melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (1/10/2020).
"Kita bisa melihat di TV, mendengar radio, dan membaca dari internet, bahwa kasusnya meningkat di dunia. Ini bukan hoax, ini kenyataan, tak ada yang kebal dari penyakit ini," kata Wiku.
Wiku pun meminta masyarakat agar memahami kondisi yang terjadi saat ini. Tentunya, saling mengingatkan dalam menerapkan protokol kesehatan.
Ia juga menilai, peran gotong royong masyarakat sangat diperlukan dalam situasi saat ini.
Baca Juga: UPDATE Virus Corona di Samarinda, Rapid Test 100 Relawan Lebih, Sasar yang di Garda Terdepan
Baca Juga: Cara Bikin Tubuh Tetap Bugar Selama WFH Kala Pandemi Corona ala Lembaga Anti Doping Indonesia
Baca Juga: Kegunaan Pakai Masker, Mahfud MD Ingatkan untuk Tidak Diserang dan Pindahkan Corona ke Orang Lain
"Maka dari itu mohon untukmemahami kondisinya, menjalankan protkokol kesehatan, karena kesukesan kita bersama adalah meyakinkan seluruh masyarakat agar betul-betul sadar tentang bahaya ini," ucap Wiku.
"Kalau kita lawa bersama, seluruh dunia, bukan hanya Indonesia saja, maka penyakit ini akan bisa kita tangani dengan baik," tambahnya.
Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, sebanyak 17 persen responden meyakini bahwa mereka tidak mungkin dan sangat tidak mungkin tertular covid-19.
Hal ini berdasarkan survei BPS terhadap 90.967 responden di Indonesia pada 7-14 September 2020.
"Dari survei masih kelihatan bahwa 17 persen itu mengatakan mereka tak mungkin atau sangat tak mungkin tertular covid-19," kata Suhariyanto, Senin (28/9/2020).
"Saya pikir angka 17 persen ini persentase yang lumayan tinggi ya," tambahnya.
(TribunKaltara.com/Risnawati)