Menhan Prabowo Subianto Bahas Perang Masa Depan, Singgung Sumber Alam dan Pangan

Kali ini Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menyoroti banyaknyaknya alih fungsi lahan pertanian menjadi real estate.

Editor: Budi Susilo
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO
Sosok Prabowo Subianto. Kali ini Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menyoroti banyaknyaknya alih fungsi lahan pertanian menjadi real estate. 

TRIBUNKALTIM.CO, JAKARTA - Menhan Prabowo Subianto bahas perang masa depan, singgung Sumber Daya Alam dan pangan.

Kali ini Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menyoroti banyaknyaknya alih fungsi lahan pertanian menjadi real estate.

Hal tersebut diungkapkan Prabowo Subianto saat memberikan pidato dalam Rapat Senat Terbuka Dies Natalis ke-57 Fakultas Kehutanan UGM secara virtual, Jumat (23/10/2020).

Prabowo mengambil judul 'Dukungan Sektor Kehutanan untuk Kedaulatan Pangan Nasional' dalam pidatonya.

Baca Juga: Kabar Vaksin Corona akan Diberikan Secara Gratis? Bio Farma Angkat Bicara

Baca Juga: BREAKING NEWS Tambang Emas Sekatak Kaltara Telan Korban, 5 Penambang Dilaporkan Tertimbun

Menurut Prabowo Subianto, jumlah pertumbuhan penduduk semakin meningkat sementara lahan pertanian malah menyusut karena masifnya alih fungsi lahan.

"Begitu banyak lahan untuk pertnian beralih menjadi realestate. Pertanyaannya adalah apakah kita bisa makan semen? apakah kita bisa makan beton? Untuk apa menara-menara apartemen dan real estate hebat-hebat kalau rakyat tidak bisa makan," kata Prabowo dilansir dari chanel Youtube Kehutanan UGM.

Kali ini Prabowo Subianto pun berbicara soal tesis Robert Malthus yang menyebut pertumbuhan penduduk cenderung melampaui ketersediaan makanan.

Baca Juga: Wapres Maruf Amin Beber Sejak Zaman Nabi Ada Pandemi, Ada Pola Pentingnya Cuci Tangan

Baca Juga: Bukan Teori Semata, Kemendikbud Meminta Mahasiswa Sosialisasikan Protokol 3M Tangkal Corona

Hal tersebut karena penduduk menurut Malthus tumbuh seperti deret ukur sedangkan persediaan makanan bertambah seperti deret hitung.

Untuk itu, Prabowo Subianto mengajak semua pihak untuk bahu membahu mewujudkan kedaulatan pangan dalam negeri.

"Ketahanan pangan, kemandirian pangan, dan terutama kedaulatan pangan harus menjadi tekad bersama untuk kita wujudkan bersama-sama," ujarnya.

Perang masa depan

Belajar dari sejarah, Prabowo Subianto mengatakan awal mula masuknya kolonial ke Indonesia karena tergiur rempah-rempah.

Menurut dia, banyak ahli pertahanan di dunia yang mengatakan ke depan akan terjadi perang memperebutkan potensi sumber daya alam, termasuk pangan di dalamnya.

"Meskipun saat ini kita memang tidak dalam suasana perang, namun banyak ahli memprediksi perang masa depan itu untuk menguasi sumber alam dan pangan," katanya.

Baca Juga: Kasus Aktif Covid-19 Saat Ini dalam Persentase Terkecil, Sudah Banyak yang Sembuh

Baca Juga: Kasus Aktif Covid-19 Saat Ini dalam Persentase Terkecil, Sudah Banyak yang Sembuh

Baca Juga: Dokter Reisa Beberkan 2 Hal yang Bisa Dilakukan Warga dalam Penanganan Covid-19

Baca Juga: UPDATE Pasien Covid-19 di Indonesia yang Sembuh Capai 80 Persen, Kasus Aktif Corona Menurun

"Hal ini seakan memutar kembali jarum sejarah, bukankah kolonialisme bangsa Eropa dahulu masuk ke Indonesia pada awalnya untuk mencari komoditas pangan yakni rempah-rempah," lanjutnya.

Untuk itu, Prabowo Subianto mengatakan pentingnya mewujudkan ketahanan pangan.

"Kedaulatan pangan nasional harus didukung semua pihak, didukung oleh semua program terkait didukung oleh sumber daya lahan yang cukup," ujarnya.

Baca Juga: Epidemiolog UI Sebut Vaksin yang Lebih Aman dan Tanpa Efek Samping adalah Protokol 3M

Baca Juga: Ada Penambahan Laboratorium, Pemerintah Indonesia Terus Optimis dalam Penanganan Covid-19

"sumber daya manusia yang tangguh, serta dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi," ucapnya.

Peran sektor kehutanan

Salah satu sumber daya alam yang penting terkait dengan kedaulatan pangan berasal dari sumber daya hutan.

Lahan hutan dapat menghasilkan aneka ragam pangan seperti padi, jagung, kacang-kacangan, ubi kayu, dan lainnya.

"Dengan tata kelola yang berkelanjutan semua material pangan dan kayu dapat dihasilkan dari kawasan hutan secara bersamaan," katanya.

Hutan-hutan tropis di Indonesia yang masih tersisa perlu dipertahankan dan dilestarikan.

Untuk lahan hutan yang sudah rusak, kritis, dan belum dioptimalkan perlu dimanfaatkan menjadi lahan-lahan produktif khususnya untuk mendukung kedaulatan pangan.

"Ini kesempatan bagi bangsa Indonesia karena kita memiliki banyak keunggulan sumber daya alam terutama lahan hutan dibandingkan dengan negara-negara lain," kata Prabowo Subianto.

"Di sinilah terletak peran strategis dunia kehutanan dari kondisi tidak baik kita harus mengubah menjadi peluang yang dapat ikut mengatasi permasalahan bangsa," katanya.

Rimbawan menurut dia harus menjadi kekuatan sumber daya manusia Indonesia dalam menopang ekonomidan jadi garda terdepan dalam mewujudkan kelestarian hutan.

Fakultas-fakultas kehutanan di Indonesia menurutnya harus mampu menjawab perkembangan peradaban di dunia, termasuk mempersiapkan diri dalam menyiapkan persaingan ekonomi global yang tidak ringan.

"Perubahan iklim, ledakan jumlah penduduk, kelangkaan sumber air bersih, serta terdegradasinya habitat flora dan fauna harus menjadi kesadaran kolektif para rimbawan bahwa tantangan Indonesi ke depan tidak lah ringan," kata Prabowo Subianto.

Menurutnya, kehidupan kehutanan indonesia harus mampu menciptakan peluang dan terobosan bisnis serta mampu menciptakan lapangan pekerjaan yang luas baik untuk rimbawan maupun masyarakat yang hidup di sekitar hutan.

Untuk itu, ia berharap pemuda pemudi Indonesia akan semakin banyak yang tertarik untuk berkiprah di dunia kehutanan.

Menurutnya Indonesia memiliki 12,7 juta hektar program perhutanan sosial dalam kawasan hutan yang dapat dikembangkan menjadi areal kedaulatan pangan dan produksi material kayu yang baik.

Lanjut dia, sampai saat ini 4,2 juta hektar telah diberikan ijin perhutan sosial kepada kelompok tani baik di Jawa maupun di luar Jawa.

Dari jumlah areal tersebut, 2 juta hektar lahan dapat digunakan untuk tanaman pangan dari dalam kawasan hutan.

Menurutnya, jumlah keluarga tani yang dapat terlibat dalam program perhutan sosial diperkirakan mencapai 1 juta kepala keluarga.

"Hal tersebut menunjukan bahwa sektor kehutanan dapat memberikan manfaat dan kesejahteraan bagi masyarakat di sekitar hutan," katanya.

Prabowo pun berpandangan untuk mengembangkan program ekonomi di kawasan hutan dalam rangka mewujudkan kedaulatan pangan, pemerintah harus berani mengambil langkah-langkah yang berpihak kepada program tersebut, salah satunya dengan memberikan alokasi kredit pada sektor kehutanan.

"Dengan keberpihakan ini diharapkan pertanian pangan modern dapat dikembangkan," katanya.

Ia pun berpikir penting bangsa Indonesia mampu melahirkan rimbawan-rimbawan baru yang tangguh, cerdas, dan profesional.

"Mereka dapat diberdayakan dalam program kedaulantan pangan di kawsan hutan. Misalnya wirausaha muda atau manajer-manajer koperasi di bidang pangan," katanya.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Prabowo Subianto: Apakah Kita Bisa Makan Beton ?, https://www.tribunnews.com/nasional/2020/10/24/prabowo-subianto-apakah-kita-bisa-makan-beton?page=all

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved