Berita Berau Terkini
Yayasan Penyu Indonesia Sebut tak Temukan Lagi Aksesoris dari Bahan Penyu di Berau
Penyelamatan satwa penyu di Berau, Kalimantan Timur, selama perjalanan tahun 2020 lalu menunjukan dampak positif.
Penulis: Ikbal Nurkarim | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG REDEB - Penyelamatan satwa penyu di Berau, Kalimantan Timur, selama perjalanan tahun 2020 lalu menunjukan dampak positif.
Ketua Yayasan Penyu Indonesia (YPI) Bayu Sandi menyebutkan, secara umum pelestarian penyu di Berau tahun 2020 lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya.
"Indikatornya adalah dengan melihat tren perdagangan penyu dan produk turunannya yang menurun signifikan dibandingkan tahun 2019 lalu," ungkapnya, Jumat (15/1/2021)..
Baca juga: Tiga Pasien Terpapar Covid-19 di Berau Meninggal Dunia, Sembuh 67 Pasien
Baca juga: Pelanggar Protokol Kesehatan di Berau Bisa Langsung Didenda Rp 150 Ribu
Apalagi, kata pria yang akrab disapa Bayu itu sempat melihat adanya kasus pembantaian penyu untuk dikonsumsi namun ternyata tidak ditemukan secara langsung maupun adanya laporan pada tahun 2020.
"Berbicara pelestarian penyu inikan ada beberapa poin utamanya, penyunya langsung, telur dan karapasnya yang menjadi indikatornya, kita sempat memiliki masalah pembantaian penyu untuk dikonsumsi dagingnya, dijual telurnya dan penjualan aksesoris dari karapas penyu," jelasnya.
Baca juga: NEWS VIDEO Komisi 1 DPRD Berau Evaluasi Satgas Covid-19
Baca juga: Pelanggar Protokol Kesehatan Terus Meningkat, Satgas Covid-19 Kabupaten Berau Kembali Lakukan Razia
Tahun 2019 menurut Bayu masih ada ditemukan beberapa outlet di bandara kalimarau, di pasar Sanggam Adji Dilayas dan juga lapak di Pulau Derawan, yang menjajakan aksesoris berbahan dasar karapas penyu.
Namun tahun 2020 ini menurut bayu tidak lagi ditemukan.
"Tetapi bukan berarti tidak ada ya, karena bisa saja ada kemungkinan mereka masih memproduksi tetapi tidak terang-terangan seperti dulu lagi," ujarnya.
Baca juga: Puluhan Kubik Kayu Tak Bertuan Disita UPTD KPHP Wilayah Berau Barat
Hilangnya display aksesoris karapas penyu dari lapak-lapak baik di Pulau Derawan dan toko souvenir itu sudah menunjukan adanya progres yang lebih baik.
Untuk penjagaan di pulau-pulau penghasil Penyu, Bayus Sandi mengungkapkan sampai saat ini masih ada teman-teman dari YPI dan juga LSM lingkungan lain, serta aparat kepolisian dan angkatan laut yang selalu bersiaga.
Menekan angka pencurian telur penyu masih menjadi bagian utama dari pelestarian satwa yang menjadi lambang Pemkab Berau ini.
Tahun 2019 kita masih mendengar adanya pengamanan atau tangkapan pelaku perdagangan telur penyu.
Tetapi 2020 ini sudah tidak ada, mungkin masih ada tetapi bisa jadi jumlahnya jauh lebih sedikit.
Baca juga: Distribusi dan Vaksinasi di Berau yang Direncanakan Januari Terpaksa Ditunda, Begini Kata Bupati
Baca juga: Distribusi Vaksin Sinovac dan Vaksinasi di Berau Diundur, Ini Alasan Kepala Dinas Kesehatan
"Kita berharap dan sama-sama menjaga melestarikan penyu yang menjadi daya tarik wisata Berau, bisa dengan tidak konsumsi telurnya, tidak membeli aksesorisnya dan melaporkan jika menemukan ada perdagangan penyu dan produk turunannya," tutupnya.
Diketahui keberadaan penyu hijau menjadi hewan dilindungi termasuk di Indonesia, bahkan pemerintah Kabupaten Berau telah melarang semua aktivitas yang dapat mengganggu kelangsungan hidup penyu tersebut, seperti penangkapan maupun memakan telur penyu.
(TribunKaltim.Co/Ikbal Nurkarim)