Berita Kaltim Terkini
Potensi Ekspor Non Migas di Kalimantan Timur, Mulai dari Olahan Sawit Hingga Lidi Nipah
Potensi ekspor di Kalimantan Timur (Kaltim) semakin menjanjikan di tahun 2021 ini.
Penulis: Heriani AM | Editor: Budi Susilo
Menurut Kepala Karantina Pertanian Balikpapan Abdul Rahman, salah satu upaya tersebut adalah memaksimalkan potensi komoditas yang ada di bidang perkebunan dan kehutanan.
Diantaranya kayu chips atau akasia dan porang atau angkang sawit.
Baca juga: Jalan Poros Samarinda-Balikpapan Amblas, Gubernur Kaltim Isran Noor: Rumah Warga Kena Ganti Untung
Baca juga: Walikota Balikpapan tak Izinkan Galang Dana Korban Bencana di Simpang Lampu Merah, Bakal Ditertibkan
Baca juga: BREAKING NEWS Seorang Warga Sepinggan Balikpapan Ditemukan Meninggal, Diduga Terpapar Covid-19
Khusus untuk porang, terdapat kurang lebih lahan seluas 250 hektare yang sudah ditanami.
Lahan tersebut berada di Kabupaten Kutai Kartanegara, Paser, Penajam Paser Utara dan Kota Balikpapan.
Menurut Abdul Rahman, banyak yang tertarik menanam porang, seperti di Jonggol dan Sepaku.
Baca juga: Cerita Warga Samarinda Antusias Ikut Galang Dana untuk Banjir Kalsel, Ungkap saat Haul Guru Sekumpul
Baca juga: Gelar Pesta di Kolam Renang, Puluhan Remaja Balikpapan Langgar Prokes, Kena Denda Rp 1 Juta
"Untuk produksi kayu chips minimal 1000 ton per tahun, dengan nilai pembelian di petani adalah Rp 70.00 per kilogram," ujar pria yang disapa Rahman tersebut, Selasa (19/1/2021).
Nilai tersebut adalah angka normal yang dipatok oleh petani. Lebih jauh, berdasarkan data yang dihimpun oleh UPT Balai Karantina Pertanian Kelas I Balikpapan, realisasi ekspor produk pertanian dan non pertanian periode Januari-Desember 2020 adalah sebesar Rp 7,03 triliun.
Nilai tersebut mengalami penurunan sebesar 7,9 persen dibandingkan 2019 yang tercatat sebesar Rp7,63 triliun.
Baca juga: Liliput Mutiara Jajaki Pasar Surabaya, 250 Batang Diperiksa BKP Tarakan
Baca juga: Siaga di Patok Perbatasan, Balai Karantina Pertanian Tarakan Patroli dengan Pamtas Yonif 623/BWU
Realiasi ini juga meleset dari target awal yang telah ditetapkan bahwa target tahun 2020 adalah sebesar 20 persen dari realisasi tahun 2019.
"Realisasi 2020 minus 22 persen dari yang ditargetkan yaitu Rp9 triliun," jelasnya.
Namun begitu, nilai ekspor di sektor pertanian dan non pertanian pada periode September-Desember 2020 mengalami tren positif bila dibandingkan dengan periode sama tahun 2019.
Ini dapat dilihat, bahwa terjadi peningkatan sebesar 32,05 persen, yaitu dari Rp 2,74 triliun menjadi Rp 4,03 triliun.
Baca juga: Terjawab Alasan Susi Pudjiastuti Menangis Dengar Megawati Bicara Ekspor Benih Lobster, Susi Frustasi
Baca juga: Kalimantan Utara Bermimpi Bisa Ekspor Tanpa Melalui Wilayah Lain, Karantina Ikan Tarakan Mendukung
Nilai ekspor paling kecil sepanjang tahun 2020 terjadi pada bulan Mei yaitu senilai Rp 172,34 miliar.
Mengalami penurunan di bulan April dan yang paling tinggi terjadi pada bulan Desember sebesar Rp1,19 triliun.
"Penurunan terjadi akibat pandemi Covid-19 yang menyebabkan beberapa negara tujuan seperti Malaysia dan Jepang lockdown. Khususnya Tiongkok sebagai negara tujuan ekspor terbesar," pungkasnya.
( TribunKaltim.co/Heriani )