Virus Corona
Cara Distribusi Vaksin Covid-19 dalam Program Vaksiniasi Tiap Daerah di Indonesia Disorot DPR RI
Anggota Komisi IX DPR RI Putih Sari mengatakan perlunya pemerintah memastikan distribusi yang tepat sasaran untuk mendukung program vaksinasi Covid-19
TRIBUNKALTIM.CO, JAKARTA - Anggota Komisi IX DPR RI Putih Sari mengatakan perlunya pemerintah memastikan distribusi yang tepat sasaran untuk mendukung program vaksinasi Covid-19.
"Jadi jangan asal kerjakan vaksinasi namun di tengah upaya mencapai targetnya, ternyata masih banyak persiapan yang belum matang," ucap Putih, Sabtu (8/5/2021).
Putih menuturkan, kesiapan program vaksinasi merupakan langkah penting, khususnya terkait data kondisi di lapangan.
"Bagaimana ukuran pendataannya? Kan harus jelas. Mulai dari kebutuhan vaksin, sumber daya manusianya, dan tidak kalah penting mengenai cara distribusinya itu bagaimana sehingga tepat sasaran dan rencana," ujar Putih.
Baca Juga: WHO Setuju dengan Vaksin Covid-19 China Sinopharm, Mujarab 79 Persen Efektif
Putih juga menyoroti tentang sarana prasarana untuk vaksin, khususnya saat didistribusi hingga teknis penyimpanan yang sesuai prosedur.
Menurut dia, sejauh ini di lapangan masih ditemukan penggunaan alat penunjang di bawah standar seperti kotak pendingin minuman dipakai untuk membawa vaksin.
Menurut Putih, pemerintah awalnya masih terkesan menganggap mudah soal sarana prasarana menjaga kualitas vaksin Covid-19.
Namun faktanya banyak mengalami masalah ketika pelaksanaan.
Baca Juga: Menyusul Tsunami India, Kali Ini Nepal di Ambang Petaka Covid-19
"Ini kan vaksin harus disimpan di suhu yang sangat dingin sesuai aturannya. Pemerintah seharusnya sudah menjamin terpenuhinya ketersediaan dan kapasitas untuk menyimpan vaksin," ungkap Putih.
Sebagai informasi, vaksin haruslah disimpan di rantai dingin atau cold chain yang terdiri dari lemari es, freezer serta kotak penahan dingin vaksin (vaccine carrier) untuk dibawa ke wilayah geografis tanah air yang sulit.
Apalagi, sebetulnya indikator suhu atau kebekuan perlu di sertakan sesuai petunjuk teknis kementerian kesehatan.
Dengan penyimpanan vaksin yang memenuhi kaidah aturan seperti itu semua, maka kualitasnya dijamin tetap terjaga sehingga efektif ketika digunakan ke masyarakat.
Diketahui, distribusi vaksin menemukan berbagai kendala pengiriman ke daerah sebab alasan lokasi geografis yang sulit.
Serta standar prosedur lokasi penyimpanan, dan pemahaman para tenaga lapangan yang belum terbiasa menangani vaksin.
Merujuk Permenkes Nomor 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi (vaksinasi) disebutkan, vaksin merupakan produk biologis yang mudah rusak sehingga harus disimpan pada suhu tertentu.
Yakni pada suhu 2 sampai 8 derajat celcius untuk vaksin sensitif beku (tidak boleh beku), dan suhu -15 hingga -25 derajat celcius untuk vaksin yang sensitif panas.
Sehari 4 Ribu Kematian di India
Beberapa wilayah di India, memberlakukan pembatasan wilayah mulai 25 April 2021. Tetapi langkah ini tidak menghentikan statistik yang suram.
Adapun ituasi yang berkembang di Karnataka telah menarik perhatian ke negara bagian selatan lainnya yang juga berjuang melawan peningkatan kasus.
Dan kasus harian telah menembus angka 20.000 selama tiga hari terakhir di negara bagian Andhra Pradesh, mendorong wilayah tersebut memberlakukan pembatasan sosial baru-baru ini.
Baca Juga: Menyusul Tsunami India, Kali Ini Nepal di Ambang Petaka Covid-19
Negara India mencatat lebih dari 4.000 kematian akibat virus corona (COVID-19) dalam sehari untuk pertama kalinya, kata pemerintah pada Sabtu (8/5/2021).
Dikutip dari Channel News Asia, sebanyak 4.187 kematian baru membuat jumlah kematian keseluruhan di India menjadi 238.270 jiwa sejak pandemi dimulai.
Pemerintah menambahkan, 401.078 kasus baru COVID-19 telah teridentifikasi dalam 24 jam sehingga jumlah kasus keseluruhan hampir 21,9 juta.
Meski angka kematian sangat tinggi dan telah memecahkan rekor baru, para ahli menyatakan keraguan tentang jumlah tersebut.
Baca Juga: Apel Pasukan Operasi Ketupat Mahakam 2021, Walikota Samarinda Andi Harun Ingatkan Covid-19 di India
Menurut para ahli, angka riil kematian akibat COVID-19 di India jauh lebih tinggi dari yang dilaporkan pemerintah.
Selain itu, sebelumnya para ahli memprediksi infeksi dapat memuncak antara 3 Mei hingga 5 Mei 2021. Akan tetapi, India mungkin tidak mencapai puncak dalam lonjakannya saat ini hingga akhir Mei 2021.
Lebih lanjut, untuk saat ini situasi di kota-kota besar New Delhi dan Mumbai telah stabil, dengan suplai oksigen ekstra yang dikirim dan tempat tidur rumah sakit baru yang dibuka.
Namun demikian, lain halnya dengan situasi di negara bagian selatan dan daerah pedesaan, COVID-19 menyebar sangat cepat di wilayah tersebut.
Baca Juga: Tidak Ingin Seperti India, Wagub Kaltara Yansen Tipa Padan Tegaskan Aturan Larangan Mudik
Di Karnataka, yang mencakup pusat TI utama Bengaluru sekaligus kota terbesar ketiga di India, telah memberlakukan lockdown selama dua minggu di seluruh negara bagian mulai Senin.
Di Bangalore, yang mengalami 1.907 kematian akibat virus corona pada bulan April, telah mencatat lebih dari 950 kematia hanya dalam tujuh hari pertama bulan Mei.
Kekurangan oksigen dan tempat tidur perawatan kritis menjadi penyebab atas peningkatan drastis kematian.
"Masalahnya adalah permintaan yang begitu tinggi sehingga kami membutuhkan oksigen yang konstan," kata dokter Sanjay Gururaj, direktur medis di Rumah Sakit dan Pusat Penelitian Shanti.
Baca Juga: Tiga Orang ABK Asal India Diisolasi di Samarinda Kini Dipulangkan ke Kapalnya, Satu Masih Dirawat
Rumah Sakit dan Pusat Penelitian Shanti diketahui mengirimkan truk dua kali sehari ke pabrik oksigen di pinggiran kota untuk membawa kembali 12 tabung oksigen berukuran jumbo.
"Dalam waktu normal, kebutuhan tabung oksigen itu akan bertahan lebih dari dua minggu, tetapi sekarang hanya bertahan lebih dari sehari," jelas dokter Sanjay Gururaj.
Kekurangan oksigen di negara bagian itu mendorong pengadilan tinggi pada Rabu (5/5/2021), memerintahkan pemerintah federal untuk meningkatkan pasokan oksigen harian ke Karnataka.
Keputusan itu diambil setelah 24 pasien COVID-19 meninggal di rumah sakit pemerintah itu pada Senin (3/5/2021).
Baca Juga: Inilah 2 Kelompok Varian dan Mutasi Penyebab Naiknya Kasus Covid-19 di India
Tidak jelas berapa banyak dari mereka yang meninggal karena kekurangan oksigen, tetapi penyelidikan sedang berlangsung untuk mengetahui jumlahnya.
Kota berpenduduk sembilan juta orang itu memberlakukan pembatasan wilayah mulai 25 April 2021, tetapi langkah ini tidak menghentikan statistik yang suram.
Adapun ituasi yang berkembang di Karnataka telah menarik perhatian ke negara bagian selatan lainnya yang juga berjuang melawan peningkatan kasus.
Kasus harian telah menembus angka 20.000 selama tiga hari terakhir di negara bagian Andhra Pradesh, mendorong wilayah tersebut memberlakukan pembatasan sosial baru-baru ini.
Di Kerala, yang sebelumnya menjadi wilayah blueprint untuk mengatasi pandemi tahun lalu, memulai penutupan pada Sabtu (1/5/2021).
Dengan kasus harian mencapai 40.000, negara bagian secara agresif meningkatkan sumber daya, termasuk mengubah ratusan tabung oksigen industri menjadi oksigen medis, kata dokter Amar Fetle, petugas negara bagian untuk COVID-19.
"Besarnya kasus dari tahun lalu hingga sekarang sangat berbeda," ujar dokter Amar Fetle.
Peningkatan jumlah, lanjut dokter Amar Fetle, berarti lebih banyak rawat inap dan lebih banyak tekanan pada sistem perawatan kesehatan, dengan rumah sakit hampir penuh.
"Ini menjadi perlombaan antara ruang rawat inap dan seperapa cepat kami dapat menambah tempat tidur. Kami berusaha untuk tetap terdepan dari virus sebaik mungkin," papar dokter Amar Fetle.
Infeksi tampak jelas meningkat dengan cepat di seluruh wilayah bagian selatan daripada di bagian utara.
Hal itu karena infrastruktur kesehatan yang relatif lebih baik dan inisiatif pemerintah yang menangani masalah di tingkat komunitas, kata Jacob John, profesor kedokteran komunitas di Perguruan Tinggi Kedokteran Kristen, Vellore.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul India Catat Lebih dari 4.000 Kematian akibat COVID-19 dalam Sehari
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Komisi IX DPR Soroti Teknis Pendistribusian Vaksin dalam Program Vaksinasi Covid-19