Berita Samarinda Terkini
Sekkot Samarinda Sayangkan Buang Sampah di Sembarang Tempat Masih Jadi Budaya Sebagian Warga
Meski dalam 100 hari kerja pemerintahan Walikota Andi Harun dan Wakil Walikota Rusmadi Wongso sudah sering menyorot dan berupaya mengatasi masalah
Penulis: Rita Lavenia | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO,SAMARINDA-Permasalahan sampah masih menjadi PR besar bagi Pemerintah Kota Samarinda.
Meski dalam 100 hari kerja pemerintahan Walikota Andi Harun dan Wakil Walikota Rusmadi Wongso sudah sering menyorot dan berupaya mengatasi permasalahan sampah ini.
Terutama di kawasan perumahan yang berada di bantaran sungai.
Baca Juga: Hadiri Penyerahan Donasi Jeng Rinda Program 100 Hari Kerja, Wawali Samarinda Akui Bernilai Ekonomi
Baca Juga: ETLE Statis di Samarinda Tunggu Launching, Ada 3 Titik Kamera, 'Surat Cinta' Dikirim ke Pelanggar
Sekretaris Daerah (Sekda) Samarinda Sugeng Chairuddin menyebut ada beberapa penyebab sampah masih menumpuk di sungai.
"Yang pertama itu sudah budaya masyarakat kita. Budaya dalam hal ini tidak mempunyai rasa memiliki kepedulian sehingga gampang saja membuang sampah semabarangan. Padahal itu daerah lingkungan hidup mereka sendiri," ucap Sugeng kepada media, Rabu (2/6/2021).
Lalu yang kedua, lanjut Sugeng, masyarakat cenderung tidak mau rugi barang Rp 5 ribu atau Rp 10 ribu saja untuk membayar petugas kebersihan.
"Kalau keberatan, tabung saja Rp 200 hingga Rp 500, sebulan sudah bisa membayar petugas yang membawa gerobak sampah," sarannya.
Baca Juga: Kecepatan Mobil 20 Km/Jam Akibat Jalan Samarinda-Kubar Rusak Parah, Veridiana Minta BBPJN Perbaiki
Baca Juga: Jadwal Pelepasan Kafilah MTQ Samarinda, Rencana Dihadiri Walikota Andi Harun
"Jadi kalau mau seperti itu kan dapat dua poin. Pertama kebersihan lingkungan terjaga, kedua peningkatan ekonomi karena mempekerjakan orang untuk mengambil sampah dari rumah ke rumah," lanjutnya.
Berkaca dari banyaknya alasan yang dilontarkan masyarakat untuk pembelaan mengapa membuang sampah di sembarang tempat.
Salah satunya tidak memilik Tempat Penampuang Sementara (TPS) di daerah mereka. Namun Sugeng menjelaskan bahwa itulah fungsi dari Program Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat (Probebaya) 100 Juta RT/tahun.
"Jadi dengan Probebaya itu mereka bisa menginventaris kebutuhan mereka untuk lingkungan. Salah satunya membuat TPS. Anggaran untuk membuat TPS mungkin hanya sekitar Rp 1 - 2 juta saja," jelasnya.