Virus Corona di Paser
Pemerintah Pusat Bakal Beri Bantuan Laptop ke 100 Sekolah di Paser
Baru-baru ini, beberapa Sekolah Dasar (SD) mengaku kesulitan dalam menghadapi proses Assesment Kompetensi Minimum.
Penulis: Syaifullah Ibrahim | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, TANA PASER - Baru-baru ini, beberapa Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, mengaku kesulitan dalam menghadapi proses Assesment Kompetensi Minimum (AKM).
Hal itu disebabkan karena kurangnya fasilitas penunjang berupa laptop maupun komputer sehingga menyebabkan lambannya proses pengenalan dasar dalam menghadapi AKM.
Murhariyanto, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Kadisdikbud) Kabupaten Paser membenarkan perihal keluhan tersebut.
Saat ini, ada keluhan, khususnya SD untuk pembelajaran dasar dalam mengoperasian komputer.
"Karena masih banyak sekolah yang kurang memiliki laptop, apalagi, mulai dikenalkan sejak kelas 4 SD," katanya. Senin (7/6/2021).
Baca Juga: Pembelajaran Tatap Muka di Paser Belum Pasti, SDN 026 Kekurangan Laptop untuk Asesment
Ia mengklaim, jika laptop atau komputer untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) tidak ada masalah.
Hanya saja lanjutnya, saat ini masih terjadi kekurangan Komputer maupun Laptop pada tingkat SD.
"InshaAllah, kalau Assesment untuk tingkat SMP itu sudah siap, karena sebelumnya sudah pernah melaksanakan Ujian Nasional, jadi perangkatnya sudah siap," tandasnya.
Sementara untuk SD sendiri, Murhariyanto meminta kepada para Kepala Sekolah Dasar dan wali murid untuk lebih bersabar.
Pasalnya, informasi yang Ia terima, bakal ada bantuan laptop dari pemerintah pusat untuk 100 sekolah.
"Tinggal menunggu laptop itu datang, Pemerintah Pusat memberikan perhatian atas masalah tersebut, selain itu dari APBD juga, sudah dianggarkan diawal untuk sembilan sekolah," terangnya.
Sebelumnya Kepala Sekolah SDN 026 Tanah Grogot Sri Wulan, mengeluhkan, pihaknya hanya memiliki 4 unit Laptop.
Dan 3 unit tambahan milik guru yang dapat dipinjamkan kepada siswa untuk pengenalan Dasar Komputer.
Keluhan tersebut didasarkan pada AKM yang akan dihadapi siswanya maupun SD lainnya, mulai diberlakukan untuk siswa kelas 4 SD.
"Untuk yang akan mendapatkan pengenalan dasar komputer yakni siswa kelas 4, sebanyak 25 orang, jadi, terdapat kekurangan 18 unit," kata Sri Wulan.
Kekurangan Laptop untuk Asesment
Beberapa waktu lalu, Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor belum dapat memastikan pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) di Kalimantan Timur.
Isran menyatakan pemberian izin PTM tersebut, masih dalam tahap pembahasan di Pemerintah Provinsi Kaltim, apalagi hingga kemarin, angka penyebaran Covid-19 mengalami peningkatan.
"Kemarin kaltim naik lagi, mestinya di bawah 70, malah naik ke 146, jadi itu menjadi bahan pertimbangan. Kalau sudah fatal baru mundur, itukan repot," katanya.
Meskipun belum ada kepastian mengenai pembelajaran tatap muka (PTM), namun Salah satu Sekolah Dasar di Kabupaten Paser menghadapi beban tambahan. Senin (7/6/2021).
Baca Juga: Cara Guru di Paser Membekali Siswa, Mengenali Diri dengan Pubertas Kala Pendemi Covid-19
Hal tersebut didasari dengan adanya kebijakan pelaksanaan asesment pada pembelajaran di tingkat Sekolah Dasar (SD) dengan penyediaan Teknologi Informasi berupa komputer atau laptop.
"Program tersebut, setidaknya setiap siswa memiliki atau bisa menggunakan perangkat elektronik berupa Komputer ataupun laptop," kata Kepala Sekolah SDN 026 Tanah Grogot Sri Wulan. Rabu (2/6/2021).
Rencananya, SDN 026 Tanah Grogot akan memberikan pengenalan dasar pengoperasian komputer terhadap siswanya.
Namun ada beberapa kendala yang dialami, yaitu pihak sekolah hanya memiliki 4 unit Laptop dan 3 unit tambahan milik guru yang bisa dipinjamkan sementara kepada siswa.
Baca Juga: Jadwal Transfer THR untuk Honorer di Penajam Paser Utara, Pemkab Kucurkan Rp 3,45 Miliar
"Siswa yang akan mendapatkan pengenalan dasar komputer, yaitu siswa kelas empat, sebanyak 25 orang, jadi terdapat kekurangan 18 unit," kata Sri.
Untuk mengatasi kekurangan alat tersebut, pihak sekolah telah melakukan rapat bersama wali murid.
Dari hasil rapat tersebut lanjut Sri Wulan, hanya ada beberapa siswa yang memiliki laptop, namun masih banyak yang tidak.
"Ada yang punya, ada juga yang nggak, kalau yang nggak punya laptop mereka memang secara ekonomi tidak mampu," katanya.
Ia juga mengaku bahwa pihak sekolah sudah mengajukan pengadaan laptop siswa ke Pemkab Paser.
Namun pihaknya belum bisa memastikan apakah di bulan Oktober 2021 sudah bisa di gunakan atau belum.
Cara Guru di Paser Membekali Siswa
Dende Bida Asmarawati, guru Sekolah Dasar di Tanah Grogot, Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur membuat terobosan mengajar ke siswanya di tengah pandemi Corona.
Sejak wabah Covid-19 melanda Kabupaten Paser, dan Kalimantan secara keseluruhan, pola pengajaran sekolah berubah total.
Biasa menerapkan tatap muka, belajar mengajar di ruang kelas sekolah, kini harus menjaga jarak, terpisah ruang dengan alasan untuk menerapkan protokol kesehatan, menjauhkan dari penyebaran Covid-19 secara massif.
Kali ini Dende Bida, yang juga merupakan fasilitator daerah Tanoto Foundation, memberikan mata pelajaran mengenai Ilmu Pengetahuan Alam bidang pubertas manusia. Menceritakan kepada Tribunkaltim.co via WhatsApp pada Selasa (11/5/2021).
Baca Juga: Vaksinasi Covid-19 Guru PAUD di Tana Tidung, 86 Orang Masih Menunggu Giliran
Untuk bisa dipahami para siswanya, materi yang disampaikan pun dibuat inovatif dan kreatif sesuai dengan kondisi keadaan pembelajaran jarak jauh.
Dia mengajarkan siswa tentang pubertas pertama kalinya melalui sistem daring atau jaringan online dengan bantuan konseksi internet.
Tentu ini merupakan tantangan bagi Dende karena topik pembelajarannya merupakan topik yang sangat sensitif.
Dende menyisiasati dengan mengajak orangtua untuk mendampingi anaknya, dalam belajar soal pubertas ini.
Baca Juga: Hardiknas 2021, Bupati Tana Tidung Ibrahim Ali Singgung Guru dan ASN: Beri yang Terbaik Buat Rakyat
Langkah pertama, Dende mengajak siswa untuk mencari koran Tribun Kaltim di rumahnya masing-masing.
Dende meminta menyusun perkembangan manusia dengan potongan-potongan gambar yang ditemukan di koran Tribun Kaltim.
Satu di antara siswa yang ikut program belajar dari guru Dende ini adalah Muhammad Aufan Gaffan.
Siswa tersebut menyusun potongan gambar sesuai dengan umurnya.
Baca Juga: Tantangan Guru SD dalam Pandemi Covid-19 di Kukar, Hingga Membuat Duta Orangtua
Gambar pertama anak bayi berusia 8 bulan, kemudian anak kecil berusia 7 tahun, dan hingga paling dewasa diibaratkan umur bapak Aufan.
Aufan dan teman-teman mempresentasikan di grup kelas melalui Google Classroom dalam bentuk video, gambar, dan tulisan.
Interaksi dan komunikasi tetap terjalin walaupun pembelajaran diadakan daring.
Proses diskusi berkembang hidup, satu sama lain antar siswa terjadi pertukaran gagasan, saling memberikan saran dan kritikan.
Baca Juga: Hardiknas 2021, Bupati Nunukan Asmin Harap Guru dan Peserta Didik Tetap Produktif meski Pandemi
Contohnya, salah satu teman Aufan, tidak setuju Aufan menggambarkan usia anak yang berusia 8 bulan.
Mengingat, teman Aufan merasa, adiknya yang digambarkan Aufan sudah menginjak umur 1 tahun.
Tentu saja, Dende menjaga diskusi tetap hidup dan mengarahkan diskusi untuk membahas pertumbuhan manusia dari tahun ke tahun.
Setelah diskusi, Dende melakukan penguatan dengan memberikan pemahaman bahwa manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan sesuai perkembangan.
Baca Juga: Syarat Pembelajaran Tatap Muka, Guru di Tarakan Wajib Menjalani Vaksinasi Covid-19
Masa pubertas dialami setelah masa anak-anak. Dende mengajak siswa refleksi.
"Belajar hari ini menyenangkan dan malu," ungkap Dian.
Kemasan pembelajaran ini masih berlanjut pada 2 pertemuan berikutnya secara detail agar setiap siswa bisa paham dan benar-benar teringat sepanjang masa.
Kegiatan pertemuan kedua akan membahas pubertas lebih rinci dengan membahas ciri khas biologis pertemuan pubertas.
"Sedangkan di pertemuan terakhir membuat poster yang menarik pada masa pubertas," ungkap Dende. (ADV)
Penulis Syaifullah Ibrahim | Editor: Budi Susilo