Berita Samarinda Terkini

Puluhan Pesepeda Kenakan Batik Sambil Gowes Keliling Kota Samarinda

Puluhan penggemar olahraga bersepeda atau goweser menggelar kegiatan gowes bareng bertepatan dengan Hari Batik Nasional, Sabtu (2/10/2021).

Penulis: Nevrianto |
TRIBUNKALTIM.CO/NEVRIANTO HARDI PRASETYO
Para goweser dari berbagai komunitas saat melewati Jalan Slamet Riyadi, Jalan Gajah Mada, Jalan Sebatik dan sejumlah kawasan kota Samarinda, pada Hari Batik Nasional. Acara Batik Day Celebration ini dilaksanakan serentak oleh komunitas Bike to Work se-Indonesia, Sabtu(2/10/2021). TRIBUNKALTIM.CO/NEVRIANTO HARDI PRASETYO 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Puluhan penggemar olahraga bersepeda atau goweser menggelar kegiatan gowes bareng bertepatan dengan Hari Batik Nasional, Sabtu (2/10/2021).

Seluruh goweser dari berbagai komunitas di Samarinda mengenakan pakaian batik.

Ajang ini digagas oleh Komunitas Bike to Work Indonesia, Batik Day Celebration,

Panitia penyelenggara Goweser dari Komunitas Dorong Aja Mun Nanjak (D.A.M.N) Sofian, menuturkan gowes Hari Batik Nasional telah digelar di Samarinda sejak 2009 silam, sebagai upaya apresiasi terhadap batik sebagai karya anak negeri.

"Rute hari ini dari depan Masjid Baitul Muttaqien Islamic Center , jalan Slamet Riyadi, melewati jalan RE Martadinata, Jalan Gajah Mada, Jalan Niaga, Jalan Sebatik, Jalan Imam Bonjol, Jalan Basuki Rahmat, Jalan Agus Salim, Jalan Dr Sutomo, Jalan Letjen Suprapto, Jalan Juanda, Jalan Antasari lalu kembali lagi ke Jalan Slamet Riyadi, depan Masjid Islamic Center, dimulai sekitar pukul 16.15 WITA," tutur Sofian.

Baca juga: Aturan Bersepeda di Jalan Raya, Melanggar Bisa Didenda Rp 100 Ribu atau Pidana Kurungan 15 Hari

Baca juga: Bersepeda jadi Menu Latihan Marc Marquez Jelang Paruh Kedua MotoGP 2021

Baca juga: Aksi Gowes Semakin Diminati Warga, Walikota Samarinda Andi Harun akan Menambah Jalur Pesepeda

Sofian mengungkapan dari latar belakang tanggal 2 Oktober yang ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional berawal dari penetapan batik oleh UNESCO, sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity).

Setelah penetapan itu, maka Indonesia memperingatinya sebagai Hari Batik Nasional.

Ini juga dikuatkan dengan Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 2009.

"Di dunia luar, batik pertama kali diperkenalkan oleh Presiden Soeharto, saat mengikuti konferensi PBB," ujarnya.

Meskipun demikian, diakuinya, batik sebagai warisan budaya Indonesia oleh dunia, tidak serta merta diperoleh.

Batik sempat hampir ditinggalkan oleh masyarakat, termasuk generasi muda. Hingga akhirnya, batik hampir saja diklaim oleh Malaysia.

Saat itulah seolah masyarakat menjadi tersadar, bahwa batik adalah warisan leluhur yang harus dilestarikan.

"Menghadapi persoalan itu, Pemerintah Indonesia tak tinggal diam," jelas Sofian.

Tahun 2008, pemerintah mendaftarkan batik ke dalam jajaran daftar Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi UNESCO.

Setelah diterima secara resmi pada 9 Januari 2009, beberapa bulan kemudian, tepatnya  pada 2 Oktober 2009, UNESCO mengukuhkan batik Indonesia dalam daftar Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi, di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.

Baca juga: Bawa Batik Bermotif Cenderawasih, Rektor Uncen Undang Ganjar Hadiri Pembukaan PON XX Papua

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved