Natal dan Tahun Baru
Kerap Ditanya soal Hukum Mengucapkan Selamat Natal bagi Orang Islam, Gus Miftah Beri Jawaban Ini
Merasa selalu mendapat pertanyaan terkait hukum mengucapkan selamat Natal bagi orang Islam, Gus Miftah menjawabnya dengan mengutarakan pengalaman
TRIBUNKALTIM.CO - Pertanyaan terkait hukum mengucapkan selamat Natal bagi orang Islam terus menerus diperdebatkan sampai saat ini.
Hal ini bahkan ramai dipertanyakan warganet ke pendakwah kondang, Miftah Maulana Habiburrahman atau lebih dikenal dengan Gus Miftah.
Merasa selalu mendapat pertanyaan terkait hukum mengucapkan selamat Natal bagi orang Islam, Gus Miftah menjawabnya dengan mengutarakan pengalaman yang dilakukannya setiap tahun.
Walaupun pertanyaan ini sudah banyak dibahas oleh ulama lainnya, pertanyaan ini masih saja kontroversial setiap tahun menjelang Natal.
Baca juga: Apa Hukum Orang Islam Mengucapkan Selamat Natal? Ini Pendapat Prof Quraish Shihab
Gus Miftah juga menceritakan penyebutan haram bagi penanam pohon cemara, karena identik dengan suasana Natal.
Padahal baginya pohon tidak memiliki agama dan jika hal ini terus menerus terjadi akan menjadi hal yang tidak masuk akal.
"Orang membuat pohon Natal dari buah pete, habis ini akan ada orang bilang pete itu haram karena dijadikan lambang Natal, sehingga membuat nalar kita tidak waras," ujar Gus Miftah di kanal YouTubenya beberapa waktu silam.
Baginya, hukum mengucapkan selamat Natal ini akan selalu memiliki dua pendapat yang bertolak belakang, mau dipandang dari sudut manapun.
Gus Miftah menceritakan tetangganya yang disebutnya sebagai Pakde Bagyo, seorang Katolik murni yang memeluk agamanya secara penuh.
Baca juga: Ustadz Adi Hidayat Jelaskan Hukum Mengucap Selamat Natal bagi Muslim, Ini Sikap yang Dianjurkan
Gus Miftah menyampaikan bahwa Pakde Bagyo inilah orang pertama yang datang ke rumahnya untuk mengucapkan selamat Idul Fitri dan Idul Adha setiap tahunnya.
"Selama Idul Fitri atau Idul Adha orang pertama yang ke pondok saya itu Pakde Bagyo. Bukan jamaah saya yang ribuan itu," tutur Gus Miftah.
Tidak sampai di situ, setiap malam minggu pahing, ketika dirinya mengadakan pengajian, Pakde Bagyo yang bukan muslim pun membantu Gus Miftah mengatur bus dan kendaraan untuk parkir.
"Maka kemudian ketika datang hari raya Natal, teteangga saya adalah seorang Katolik, apakah saya hanya akan diam? Tentunya tidak. Saya akan datang kepada mereka dan akan saya ucapkan selamat kepada mereka," jelasnya.
Baca juga: Asal Usul Sinterklas dan Santa Claus yang Mewarnai Perayaan Natal, Ini Perbedaannya
Gus Miftah dengan tegas mengatakan bahwa baginya tidak ada masalah terkait mengucapkan selamat hari raya bagi agama lain.
Teman dekat Deddy Corbuzier ini kembali menjelaskan bahwa dirinya tidak menyampaikan hal itu sebagai fatwa, melainkan hanya menjelaskan itulah yang dilakukannya ketika tiba hari Natal.
Terkait banyaknya opini publik di luar sana yang mengatakan bahwa dirinya kafir, Gus Miftah tak ambil pusing.
"Orang yang 70 tahun kafir mengucapkan laa ilaha illallah sekali, kekafirannya terbakar sehingga dia menjadi seorang muslim. Masa saya tiap hari tahlil, tiap hari saya baca laa ilaha illallah, hanya karena itu saya menjadi kafir. Saya pikir tidak semudah itu," ujarnya.
"Anda tidak setuju dengan saya tidak masalah, karena bagi saya soal keimanan sudah final," lanjut Gus Miftah.
Baca juga: Tawa Najwa Shihab saat Gus Miftah Bicara di Mata Najwa, Sindir Orang Ahli Berpendapat soal Corona
Menurutnya, dalam konteks toleransi yang ada di dalam surah Al-Ma'un adalah saling menjaga, namun bukan berarti saling menyalahkan dan menghujat. (*)