Berita Ekbis Terkini

Harga Sawit Hari Ini, Petani Menjerit Harga TBS Mendadak Anjlok hanya Dalam Satu Hari, Penyebabnya

Update harga sawit hari ini. Petani kelapa sawit menjerit, harga TBS kelapa sawit anjlok dalam satu hari. Ini penyebabnya

Editor: Amalia Husnul A
Tribunnews.com/Jeprima
Ilustrasi. Pekerja mengangkut kelapa sawit ke dalam jip di Perkebunan sawit di kawasan Bogor, Jawa Barat, Senin (13/9/2021). Update harga sawit hari ini. Petani kelapa sawit menjerit, harga TBS kelapa sawit anjlok dalam satu hari. Ini penyebabnya 

TRIBUNKALTIM.CO - Berikut update harga sawit hari ini, petani menjerit karena harga tandan buah segar ( TBS ) kelapa sawit di sejumlah daerah tiba-tiba anjlok.

Turunnya harga sawit hari ini ini diduga dipicu kebijakan Pemerintah untuk menstabilkan harga minyak goreng.

Dari pantauan di sejumlah daerah, harga sawit ini turun hanya dalam waktu satu hari.

Selain petani yang mengeluhkan turunnya harga sawit hari ini, Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) juga menyoroti kebijakan Pemerintah terkait kewajiban memasok ke dalam negeri atau domestic market obligation (DMO) dan domestic price obligation (DPO) untuk minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), olein, dan minyak goreng. 

Sejak hari ini, Sabtu 29 Januari 2022 harga tandan buah segar ( TBS ) sawit di Riau anjlok Rp 1.000 per kilogram. 

Harga Tandan Buah Segar (TBS) Kelapa sawit di Riau sejak Sabtu (29/1/2022) anjlok Rp1000 perkilonya.

Baca juga: KPPU Desak Pemerintah Tata Ulang Regulasi Kepemilikan Kebun Sawit, Ini Tujuannya

Anjloknya harga sawit hari ini, tidak dibarengi juga dengan turunnya harga produksi yakni pupuk sebagaimana kebutuhan para petani.

Dilansir dari TribunKaltim.co dari  Tribunpekanbaru.com di artikel yang berjudul BREAKING NEWS: Harga TBS di Riau Mendadak Turun Rp 1000, Ini Penyebabnya, di sebuah  pabrik kelapa sawit di Rokan Hulu, harga yang ditetapkan petani kelapa sawit ( PKS ) tni turun Rp1.000 dari biasanya untuk semua umur.

Sebagai contoh harga TBS usia di atas 10 tahun yang biasanya menjadi harga utama di pabrik tersebut dari semula harga Rp 3.130 turun menjadi Rp 2.130.

Dengan demikian terjadi penurunan sebesar Rp 1.000 per kilogram. 

Seperti untuk harga TBS diusia diatas 10 tahun yang biasanya menjadi harga utama di pabrik tersebut dari biasanya Rp3.130 turun menjadi Rp2.130, terjadi penurunan Rp1000.

Hal serupa juga terjadi di Kabupaten Aceh Barat Daya, harga tanda buah segar ( TBS ) kelapa sawit sempat menggembirakan petani.

Namun harga sawit tiba-tiba turun drastis dalam satu hari.

Dikutip TribunKaltim.co dari SerambiNews.com di artikel yang berjudul Petani Sawit Menjerit, Dalam Sehari Harga TBS di Abdya Turun Rp 900 per Kilogram, harga TBS sawit pada Kamis (27/1/2022) malam hingga Jumat (28/1/2022) masih cukup baik.

Kemarin harga TBS masih tercatat sebesar Rp 2.950 per kilogram yang ditampung oleh pihak pabrik kelapa sawit.

Baca juga: Minat Kerja di Sektor Sawit Berau Rendah, Dinas Perkebunan Minta Dukungan Perusahaan

Atau untuk tingkat petani, Rp 2.700 hingga Rp 2.600 per kilogram.

Namun, mulai Jumat (28/1/2022) malam, harga sawit turun drastis mencapai Rp 900 per kilogram  atau Rp 1.8000 per kilogram di tingkat petani. 

“Ia benar, turunnya sangat drastis mencapai Rp 900 per kilo dari harga sebelumnya,” ujar salah seorang agen pengepul sawit di Kecamatan Babahrot, Yusran Adek ketika dikonfirmasi SerambiNews.com (grup TribunKaltim.co)

Akibat turun harga sawit dalam sehari itu, Yusran mengaku mengalami kerugian mencapai puluhan juta rupiah.

"Saya rugi mencapai Rp 20 juta lebih, untung saja pembelian saya kurang kemarin, kalau pembelian sawit saya seperti biasa mencapai 100 ton per hari, maka bisa rugi mencapai Rp 90 juta," terangnya.

Menurutnya, turunnya harga TBS itu, dipicu turunnya harga CPO dunia, sehingga berimbas pada TBS.

Ia berharap ke depan, jika ada penurunan harga secara drastis itu, ada dispensasi kepada para pengusaha pengepul.

"Karena CPO turun, makanya seperti ini, tapi ini sangat terasa, karena dalam hitungan jam, padahal baru saja kami beli siang Rp 2.850 ke petani, malamnya dibeli Rp 2.050 per kilo," katanya. 

Baca juga: Kapal Tongkang Muat Cangkang Sawit Nyaris Karam, Jika Cemarkan Sungai Pemkab Kukar Diminta Tegas

Kebijakan DMO dan DPO

Turunnya harga sawit hari ini hingga 25 persen ini diakibatkan pemberlakuan Domestik Market Obligation (DMO) dan Domestik Price Obligation (DPO).

Menurut Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ( DPRD ) Riau asal Rokan Hulu Kelmi Amri, kebijakan ini memang seperti pisau bermata dua.

Satu sisi pemerintah ingin mengedalikan harga minyak goreng yang akhir-akhir ini meroket akibat harga CPO di pasar dunia melambung hingga Export CPO begitu besar dan pasokan dalam negeri pun mengikuti harga dunia dan berimplikasi langsung terhadap harga produk hilir CPO itu sendiri, seperti halnya minyak goreng dan lain sebagainya.

"Pemerintah menerapkan kebijakan DMO dan DPO dengan harapan pasokan dalam Negeri tercukupi dan Harga disesuaikan dan dikendalikan,"ujar Kelmi.

Maka ditambahkan Kelmi, implikasinya langsung dalam satu Hari Harga Tandan Buah Segar Rakyat turun hingga 25%.

"Dampak terhadap TBS rakyat ini mestinya diperhitungkan pemerintah tak cukup hanya dengan niat mengendalikan harga produk hilir CPO saja jauh dari pada itu,"ujar Kelmi.

Pemerintah juga menurut Kelmi, diharapkan melihat persoalan ini lebih luas lagi.

Dimana implikasi ini mengakibatkan penurunan harga TBS, dan apakah dengan turunnya harga TBS pemerintah juga mampu kendalikan harga pupuk yang dalam setahun terakhir alami kenaikan hingga 100 persen.

"Agar balance antara penurunan harga TBS dengan harga pupuk akibat pemberlakuan DMO dan DPO.

Jika tidak mampu kendalikan harga pupuk Ini tentu akan menimbulkan persoalan baru bagi petani di mana ongkos produksi naik hingga 100 persen tapi harga produksi turun hingga 30 persen,"ujar politisi Demokrat ini.

Menurut Kelmi, ini yang dimaksudkannya dengan istilah pisau bermata dua, disisi pertama niatnya baik ingin stabilkan harga produk hilir dengan pembatasan ekspor dan kendalikan harga, tapi disisi lain ada petani dan pengusaha yang akan menjadi korban.

"Lalu apa gunanya PTPN yang mestinya mampu jaga kebutuhan dalam negeri.

Bukankah hadirnya BUMN ini untuk kepentingan rakyat dan disini sebenarnya peran negara yang kita harapkan,"ujar Kelmi.

Baca juga: Petani Sawit di Kembang Janggut Keluhkan Kendaraan Roda 10 Angkut Kayu Gelondongan Lewat Jalan Umum

(*)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tRibunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved