Banjir di Samarinda

Dampak Banjir Samarinda Setelah Normalisasi Drainase Oleh Pemkot, Pengamat Nilai Perlu Komprehensif

Banjir kembali menggenangi sebagian wilayah kota Samarinda tiga hari terakhir.

Editor: Mathias Masan Ola
TRIBUNKALTIM.CO/HANIVAN MA'RUF
Genangan air di simpang empat Mal Lembuswana, kota Samarinda, Rabu (23/3/2022). Genangan air terpantau telah mengalami penurunan setelah tahap awal normalisasi drainase di jalan S. Parman. TRIBUNKALTIM.CO/HANIVAN MA'RUF 

TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Banjir kembali menggenangi sebagian wilayah kota Samarinda tiga hari terakhir.

Tingginya debit air Sungai Karang Mumus atau SKM dan Sungai Mahakam yang dibarengi dengan curah hujan yang mengguyur dari malam hingga siang hari dinilai menjadi penyebab luapan air kali ini.

Pada tahun 2021 pemerintah kota Samarinda telah memulai serangkaian upaya untuk meminimalisir dampak banjir di kota tepian.

Beberapa di antaranya normalisasi drainase yang dilakukan di sejumlah titik seperti simpang empat Sempaja, simpang D.I. Panjaitan dan jalan S. Parman.

Setelah dilakukannya tahap awal normalisasi drainase yang dikerjakan pada tahun 2021 tersebut, perbedaan dampak banjir di Samarinda sudah mulai terlihat.

Baca juga: Banjir Samarinda Mulai Surut di Sejumlah Kawasan, Potensi Hujan Masih Tinggi Beberapa Hari ke Depan

Baca juga: Empat Kecamatan Terendam Banjir di Samarinda, BPBD Siagakan Perahu untuk Evakuasi Warga

Baca juga: Dapat Kiriman Air dari Waduk Benanga, Beberapa Wilayah di 2 Kecamatan Samarinda Kena Banjir

Seperti simpang empat Sempaja yang terpantau bebas dari genangan air pada banjir kali ini.

Sementara itu banjir simpang empat Mal Lembuswana yang coba diatasi dengan perbaikan drainase jalan S. Parman yang rencananya akan dilanjutkan hingga perempatan, kali ini masih terendam banjir.

Sampai dengan Rabu (23/3/2022), air terpantau masih menggenangi kawasan itu sampai jalan S. Parman depan rumah jabatan walikota.

Namun dari segi debit air yang menggenang, cukup terlihat perbedaan yang biasanya ruas jalan tersebut praktis tak bisa dilewati kendaraan, kali ini tinggi genangan cukup berkurang ditandai dengan ruas jalan yang masih dapat dilintasi oleh kendaraan roda empat maupun roda dua.

Pengamat lingkungan dan tata kota Universitas Mulawarman, Warsilan mengungkapkan penanganan banjir oleh pemerintah kota perlu dilakukan secara komperhensif.

Baca juga: Banjir di Samarinda, Banyak Pengendara Motor Nekat Terobos Genangan Air dan Gagal

Warsilan menilai langkah yang dilakukan oleh Pemkot Samarinda di bawah kepemimpinan walikota Andi Harun sudah mampu menggerakkan elemen masyarakat di tiap lingkungannya untuk membenahi saluran air yang ada.

Namun kerja-kerja besar seperti normalisasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus tetap perlu terus dilanjutkan.

"Dalam pelaksanaannya harus bertahap dan komperhensif, tidak hanya pada hasil tetapi kondisi di daerah hulu dan tengah juga harus dilakukan pembenahan," ungkap Warsilan, Rabu (23/3/2022).

Normalisasi drainase yang sudah dilakukan tahapannya pada tahun 2021 juga perlu didukung dengan kemampuan drainase dalam menahan air, serta upaya rehabilitasi dan penghijauan daerah hulu.

"Juga bisa didukung melalui pembuatan Polder baru, dan membenahi polder yang sudah ada, termasuk pembangunan drainase di samping mall Lembuswana yang langsung menghubungkan aliran air menuju sungai karang mumus, tapi disana harusnya ada pompa air untuk mengalirkan air dari polder yang ada di simpang empat mall Lembuswana," ucapnya menjelaskan.

Baca juga: Banjir Genangi Sejumlah Titik di Samarinda, Walikota: Curah Hujan Tinggi dan Pasang Sungai Mahakam

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved