Berita Internasional Terkini

Terbukti Ampuh Redam Serangan Pasukan Rusia, Ukraina Terapkan Taktik Kuno Perang Dunia 1

Perang antara Rusia dengan Ukraina hingga saat ini masih terus berlangsung dan makin memanas

Twitter ??? ?????? / Kementerian Luar Negeri Rusia
Ilustrasi pasukan Rusia. Terbukti Ampuh Redam Serangan Pasukan Rusia, Ukraina Terapkan Taktik Kuno Perang Dunia 1. 

TRIBUNKALTIM.CO - Perang antara Rusia dengan Ukraina hingga saat ini masih terus berlangsung.

Ukraina yang jadi sasaran Rusia porak poranda, kawasan perkotaan Ukraina tampak jadi medan pertempuran.

Tak sedikit korban jiwa yang berjatuhan akibat perang tersebut, baik dari kalangan militer, maupun masyarakat sipil.

Sejatinya, kedua belah pihak baik Rusia dengan Ukraina telah menggelar pertemuan di Turki, namun hingga saat ini belum ada tanda-tanda perang akan berakhir.

Bahkan, perang Rusia vs Ukraina makin memanas.

Rusia yang didukung dengan persenjataan canggih dan pasokan prajurit yang besar, bukanlah tandingan Ukraina.

Baca juga: Hadapi Militer Rusia, Ukraina Peroleh Bantuan Senjata dari AS, dari Meriam hingga Radar dan Drone

Baca juga: Di Tengah Perang Rusia vs Ukraina, TNI Bersiap Pamer Kekuatan Bareng Militer Amerika Serikat

Baca juga: Swedia dan Finlandia Terancam Senasib Ukraina, Rudal Rusia Mendekat Bila Masih Ngotot Masuk NATO

Ukraina nyaris jatuh di tangan Rusia, namun Ukraina menolak untuk menyerah.

Didukung oleh sejumlah negara, Ukraina berhasil menyulitkan Rusia.

Gambar langka dari garis depan Donbass yang dikumpulkan oleh Daily Mail, dilansir dari Intisari Online.

Menunjukkan bahwa pasukan Ukraina tampaknya mencoba menerapkan taktik lama untuk menghentikan kemajuan tentara Rusia.

Pada tahun 2015, militer Ukraina mengatakan bahwa sejak konflik pecah dengan separatis di Donbass.

Mereka telah menggali ratusan kilometer parit untuk melindungi posisi kritis dan mencegah pasukan Rusia mendarat.

Dalam beberapa minggu ke depan saat pertempuran menjadi sengit, parit dikatakan sebagai "perisai" terbaik bagi tentara Ukraina saat bertempur di medan terbuka di timur.

Muncul pertama kali pada Perang Dunia I, strategi bertarung di parit masih belum "out of fashion".

Bahkan, dianggap cocok diterapkan ketika kekuatan yang lebih lemah ingin menahan lawan yang kuat.

Menurut banyak ahli, dengan keunggulan mampu melindungi pasukan dari tembakan musuh yang kuat.

Baca juga: Meski Dapat Banyak Sanksi Berat dari Barat, Vladimir Putin Tegaskan Perang Ukraina Terus Berlanjut

Parit di Donbass sangat penting bagi tentara Ukraina ketika tentara Rusia dilengkapi dengan artileri dan roket kelas berat.

Parit-parit yang padat juga bisa menjadi penghalang, sehingga menyulitkan tank dan kendaraan lapis baja Rusia untuk mengatasinya.

Jika Anda memilih untuk melewati parit dan melewati jalan beraspal, kendaraan Rusia dapat disergap oleh pasukan Ukraina dan mengalami kerusakan.

Melintasi parit dikatakan sebagai "masalah sulit" bagi tentara Rusia ketika ingin menguasai seluruh Donbass, menurut Daily Mail.

Namun, ketika hujan musim semi terus turun, tentara Ukraina yang tinggal di parit juga akan menderita.

Pada bulan September 1914, dalam Pertempuran Sungai Marne di Front Barat, Jerman bertempur secara tidak meyakinkan dengan koalisi Anglo-Prancis dan harus mundur untuk memperkuat diri dengan sistem parit.

Koalisi Anglo-Perancis tidak bisa menang dan juga memutuskan untuk menggali parit untuk berkubu.

Tarik ulur berlangsung selama empat tahun dan kedua belah pihak kehilangan puluhan ribu tentara.

Kehidupan di parit menghantui banyak tentara Eropa selama Perang Dunia I ketika mereka harus hidup dengan mayat, tikus, banjir dan terutama borok kaki.

Menurut banyak ahli, perang parit adalah perang gesekan dan hasilnya tergantung pada daya tahan masing-masing pihak.

Baca juga: Akhirnya Vladimir Putin Muncul Lagi, Klaim Invasi Rusia ke Ukraina Tetap Lanjut, Jalan Damai Buntu?

Konrad Muzyka, direktur perusahaan konsultan Rochan (Polandia), mengatakan bahwa situasi perang di Donbass antara Rusia dan Ukraina kemungkinan akan jatuh ke dalam posisi yang tidak meyakinkan.

"Akhir perang mungkin kedua belah pihak akan kehabisan kekuatan mereka sehingga Rusia tidak dapat menyerang dan Ukraina tidak dapat melakukan serangan balik," kata Konrad Muzyka.

Sementara itu, Militer Rusia pada Rabu (13/4/2022) mengancam akan menyerang pusat komando Ukraina di ibu kota Kyiv, jika pasukan Ukraina terus menyerang wilayah Rusia.

"Kami melihat upaya pasukan Ukraina untuk melakukan sabotase dan menyerang wilayah Rusia," kata Kementerian Pertahanan Rusia dikutip dari AFP.

"Jika kasus seperti itu berlanjut, angkatan bersenjata Rusia akan menyerang pusat pengambilan keputusan, termasuk di Kyiv," lanjutnya.

Sejak Presiden Vladimir Putin memerintahkan invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari, Moskwa menuduh pasukan Kyiv menyerang wilayah Rusia selatan.

Awal bulan ini pasukan Rusia ditarik kembali dari daerah utara Kyiv dan sekarang memfokuskan kembali upaya mereka untuk merebut lebih banyak wilayah di Ukraina timur.

Kemenhan Rusia mengonfirmasi bahwa pasukannya sekarang memiliki kendali penuh atas pelabuhan di kota Mariupol yang terkepung.

Mereka menambahkan bahwa pasukan Ukraina dan anggota batalyon Azov telah dikepung dan tidak memiliki kesempatan untuk melarikan diri.

Anggota batalion Azov bertempur sengit melawan Rusia di Mariupol, yang terletak di tenggara Ukraina antara Crimea yang diduduki Rusia dan wilayah separatis pro-Rusia di timur Ukraina. (*)

Berita Internasional Terkini

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved